Chereads / PONZ crew / Chapter 28 - [26] Sebuah Episode Baru [1]

Chapter 28 - [26] Sebuah Episode Baru [1]

Dan hari ke hari, minggu ke minggu serta bulan ke bulan berikutnya aku mulai berusaha menjalani hidupku seperti yang lain. Membiasakan hatiku untuk hidup tanpa ada dia. Melatih mataku untuk tak lagi ingin menatap matanya.

Dan Nita juga sudah mulai jarang meneleponku setelah kejadian terakhir dirumah sakit waktu itu. Kadang aku juga harus berusaha menghindar ketika tahu kalau dia telepon. Dengan berbohong agar Ibu atau adikku yang menerima telepon Nita bilang kalau aku lagi gak di rumah. Meskipun hatiku sebenarnya masih ingin mendengar suaranya.

Bukan maksudku gak mau menerima telepon Nita, atau menghindar darinya. Saat itu aku beranggapan bahwa untuk bisa beranjak dari semua kenangan buruk itu aku harus mulai menjaga jarak kontak dengannya. Dan ini adalah caraku agar gak terlalu larut dalam kesedihan. Namun Nita kadang masih mengirimkan surat padaku.

Sebenarnya aku sudah gak mau lagi bicara soal luka itu. Aku juga gak ingin terlalu membuat Nita merasa bersalah atas apa yang pernah terjadi. Meskipun dulu kita pernah menjadi sepasang kekasih dan dia cinta pertama ku lalu kemudian ada yang tersakiti, tapi hal itu gak harus di jadikan alasan untuk menjadikan benci bukan? Aku hanya ingin menjaga hubungan baik dengan masa laluku dengan menjaga frekuensi percakapan. Bagaimana pun Nita pernah membuat ku bahagia. Bagaimana pun dia pernah membuatku tersenyum. Dan hal itu gak bisa kupungkiri menjadi sebuah goresan di atas kertas diare hidupku.

Hingga, seiring waktu berjalan perasaan yang dulu seringkali resah ketika ingat akan wajahnya pun perlahan berangsur tenang. Mungkin saja hati ini sudah mulai sembuh dari sakitnya. Jantung yang dulu pernah menghitam terkena racun pengkhianatan mungkin sudah berangsur pada warnanya semula.

Dan juga, kini,....sudah ada Kristin yang menggantikan posisi Nita meneleponku. Menanyakan kabar ku, aktivitas ku. Membuat ku kembali tertawa bahagia. Meskipun tetap tak mungkin sama! Tak pernah sama. Sampai kapanpun!

Aku teringat suatu ketika pernah membaca sebuah buku karya Damien Dematra. Dan di dalamnya ada serangkaian kata kata yang tertulis indah :

"Orang bilang rasa sakit karena kehilangan cinta pertama adalah yang paling sakit. Bagai dibor, menusuk tajam, mendesak keras, menoreh luka dan pedih. Sampai ketika luka itu sembuh bekasnya pun masih menjadi sebuah peringatan. Sebuah monumen kesedihan untuk siapapun yang masih memiliki rasa.

Hati yang kehilangan kekasih yang sangat dicintai terasa bagai diempaskan kedalam karang berduri dan harus menetap disana. Koyakan perasaan itu terasa lama dan mengiris,sampai suatu hari, kesadaran mulai menebal. Pengondisian keadaan mulai bertakhta dan akal bermain mata menghibur lara."

---()---

Hari apakah yang ku nanti dari sekian banyak hari yang ku jalani dan juga di jalani oleh seluruh murid yang berseragam putih abu abu saat sudah di kelas tiga?Kalau jawaban mu adalah saat hari ke lulusan berarti jawabanmu benar sekali. Dan hari ini aku dan teman teman yang lain sedang menunggu rapat guru dan orang tua diruang kelasnya   masing-masing.

"gimana ya al... Deg deg an e aku.. " ucap Gatot. Wajahnya yang sedikit tegang kadang melihat ke ruang kelas dari balik jendela.

" sama lah Tot! " jawab ku yang berdiri di sampingnya. Aku dan beberapa teman berkumpul depan kelas menunggu, harap dan cemas!

Namun sesaat berlalu ada dorongan hati yang menyuruhku melempar pandangan kederetan kelas yang ada di seberang kelasku, kelas dua. Memperhatikan satu persatu lalu lalang mereka. Menyisir setiap jiwa muda yang bercanda dengan sebayanya. Berinteraksi dan aktif!

Mataku terhenti pada sosok gadis yang masih tetap cantik seperti awal aku melihatnya bertahun lalu. Dan kini nampak lebih memukau seiring usia di balut seragam putih abu abu.

Rambut yang hampir sebahu, juga sedikit mengombak di ikat kebelakang, berdiri bergelayut pada pintu kelas. Mempesonaku!

Senyum yang terkadang mengembang mengiringi canda bersama teman-temannya semakin bisa mengikis luka hati ini dan

mencoba menggeser memori yang pernah tertanam ayu disana. Menggantikan dengan setangkai mawar putih yang harum dan ranum.

"al..? "Tiba tiba suara disampingku membuyarkan konsentrasi dan ibu sudah berdiri disebelah sambil membuka buku bersampul biru, milikku.

" gimana bu? " tanya ku berdiri cepat menyambut.

" alhamdulillah..!! "

Jawaban ibu langsung mendinginkan hatiku yang kala itu berdebar menanti hasil rapat dikelas.

" terima kasih ya bu.. Sudah mendoakan! "

"ibu yang berterima kasih, kamu udah jadi anak yang baik "

Lalu , akupun berlalu mengantar ibu ke depan sekolah dan pulang naik becak.

Ya,.. Hari itu sudah tertulis di Takdirku,...

"AKU LULUSSSS!" Teriakku dalam hati seraya mengembangkan senyum.

-----

Aku dan beberapa teman berkumpul diBasecamp, PONZ Crew. Cak Pon memperhatikan kami dengan tersenyum bahagia dan bangga pastinya. Beliau seperti

sedang ikut merasakan raga kami yang dihujani kegembiraan.

Dan deretan motor yang parkir depan warung Cak Pon itu pun mulai bergantian dinyalakan.

Datang dan pergi. Kami benar-benar dikuasai sebuah euforia masa remaja. Disanjung kebanggaan baju abu abu putih yang kami kenakan dan sebentar lagi akan kami tanggalkan.

Punto dan beberapa teman datang dan memarkir motor. Nampak baju putih mereka sudah menjadi warna pelangi. Coretan cat pilox itu menghias dengan aneka corak.

Tak beraturan, tapi mengesankan bagi kami.

Sangat berkesan!!! Sampai kapanpun.

"gimana al.. Jadi kemana, Malang ta? " tanya Punto.

" iya al ke malang aja! " imbuh Gatot.

" iya al, aku juga rencana ke sana! " Nanang melengkapi. Punto hanya mendengar.

" entah belum tau..!!" jawabku sambil melihat Berdy yang baru datang dan memarkirkan motornya. Melepas helm dan berjalan ke arah kami.

"gimana Ber..? "..... Kuliah dimana?"  tanya ku.

Dia duduk berdiri di samping Gatot. "keliatan nya ke jogja al..! " jawaban Berdy membuatku agak terkejut saat itu terkejut. Aku lupa kalau Berdy adalah pendatang. Bukan pribumi sepertiku.

"ayah pindah tugasnya kesana al! " imbuhnya

. Aku mengangguk. Dan aku baru menyadari nya saat itu. Bahwa kami akan berpisah.

Ditentukan takdir masing masing yang kamipun tak kuasa merubah kehendak Nya.

" iya Ber, di sana juga enak kok, jangan lupa kapan kapan main ke sini! " pesan Nanang.

" iyalah nang! "

Tiba-tiba aku di kejutkan oleh suara perempuan yang memanggil namaku dari arah belakang.

"aldo.. Selamat ya, aku senang udah kamu lulus!! " ucapnya seraya mengulurkan tangannya. Kristin datang dan sudah berdiri di belakangku bersama Iga memecah kami yang sedang bergerombol di trotoar pinggir jalan warung Cak Pon seberang sekolah siang itu." buat semua juga ya selamat! " Dia tersenyum hangat pada yang lain.

" makasi Kris? " jawab ku.

" Selamat ya al! " Ucap Iga juga padaku.

" iya Ga, makasi.!" Dia menjabat tanganku dan yang lain.

" bentar lagi gantian kamu Kris, hahahaha! " canda Gatot. Kami tertawa. Sesaat kemudian kuajak Kristin berjalan ke dalam warung Cak pon. Punto dan Nanang mengikuti.

" kamu minum apa Kris? "

" jangan makan ya, tinggal jatahku soalnya! Hahahaha! " kelakar Punto di sambut tawa kami dan Cak Pon yang lagi di dapurnya.

" es jeruk aja al, enak panas gini, seger! " jawab Kristin.

" Kamu juga es Ga?.. apa kopi ?"  candaku dibalas Iga dengan menaikkan sedikit bibir kanannya. Lalu senyum.

"sama kayak Kristin al.., tapi es nya dikit aja!" Iga memesan.

"Siap permaisuri hahahaha! " ganti Cak Pon berkelakar. Kami tertawa lagi.

Benar benar lengkap kebahagiaanku hari itu. Aku lulus, ada teman yang bersamaku dan Kristin yang memberikan selamat padaku. Sebuah perpaduan yang indah untuk sebuah kenangan.

Kristin duduk dikursi panjang dari kayu disampingku, Iga duduk di depan kami. Gatot nyelonong dan duduk disamping Iga. Iga kaget dan sedikit menggeser pantatnya." apa sih Tot? "

" gak boleh ta Ga? " Rayu Gatot dengan wajah khasnya.

" Gak boleh, ta bilangin pacarku lo Tot! " ancam Iga sambil senyum. Kristin juga senyum melihat ulah Gatot. Entah apa yang mereka bicarakan kemudian. Pandangan kembali kualihkan ke Kristin.

"kuliah?"  tanya Kristin memulai obrolan denganku.

"sepertinya..tapi belum tau kemana, juga belum ngomong sama ortu! "

" silahkan tuan putri! " Cak pon meletakkan Es jeruk di meja.

" makasi Cak Pon! " jawab Kristin sambil senyum. Cak pon membalasnya sama.

" rencana ke mana? " tanya dia lagi.

" Malang, mungkin!. "

Jawabanku kali ini sepertinya membuat Kristin berubah diraut mukanya. Senyum itu hilang. Mungkin dia berpikir dengan aku kuliah akan jauh darinya. Gak akan bisa lagi bertemu. Atau mungkin dia berpikir aku akan melupakannya. Mungkin itu yang ada dipikirannya saat itu. Sebuah keraguan dan tanya. Kristin menundukkan kepala ke arah kakinya yang di ayunkan. Rautnya berubah, aku tahu dia gelisah. Namun berusaha di sembunyikan.

" knapa Kris? "

" gapapa al." Jawabnya sambil menoleh padaku. Kemudian tangannya memegang gelas, menempelkan sedotan plastik di bibirnya, meneguk es jeruk di depannya. Aku mengangguk dan sedikit mengernyitkan dahi.

"ayo al, kamu iku nggak? " Punto berdiri dari kursi dan berjalan keluar warung di ikuti Gatot.

" iya Pun, bentar Tot! " aku melihat Kristin. "Ya udah kris, aku tinggal dulu ya, ditunggu anak anak tuh..! " ucap ku sambil melempar pandangan ke luar yang mulai ramai di penuhi suara knalpot. Kristin mengikuti pandanganku. "makasi udah ke sini ngasih selamat."

"he em... Kamu ati ati ya.. Al.. Jangan jatuh lagi! "  ucapannya mengingatkan dan membuat ku tersenyum." iya, yang nabrak juga kamu ingetin itu Kris! " Kristin tersenyum dengar candaku.

" ga.. Duluan ya.. Titip Kristin!"  ucap ku pada Iga sambil mengelus sekali rambut Kristin. "Cak Pon duluan!"

"iya ati ati di jalan! " pesan Cak Pon seraya melihatku dan yang lainnya berlalu ke motor.

------

Deru knalpot bercampur asap putih dan sorakan dari mulut mulut remaja yang baru saja melepaskan baju seragam Putih Abu-Abunya yang saat ini telah berubah warna karena semprotan cat seolah memecah langit. Puluhan, mungkin ratusan motor mulai meninggalkan jalan depan sekolah menyisir jalanan kota kelahiranku. Memenuhi hampir satu jalurnya. Bercampur dari semua sekolah tingkat atas yang ada di kotaku.

Rambut kami yang di terpa panas sinar matahari dan tiupan angin yang membuat kami memicingkan mata menolak sinarnya yang menyilaukan. Asap knalpot yang mengepul dari motor dua take membasuh wajahku...tak kupedulikan! Kami tetap bersorak dan tawa kami seolah memenuhi setiap ruang di jalanan siang itu.

Semua orang melihat pada kami dengan senyuman. Pasti mereka juga teringat akan dulu, ketika mereka pernah melaluinya saat masih mengenakan seragam putih abu abu. Dan jiwa raga kami begitu bahagia kala itu!

Sungguh itu adalah waktu yang bahkan sampai sekarang pun tak bisa di lukiskan dengan kata. Tak bisa digambarkan dengan kuas warna. Hanya bisa di rasakan dengan menjalaninya. Namun itu tak mungkin berulang. Sebuah fase perjalanan hidup anak Adam yang hanya terjadi sekali dalam catatan hidupnya! BENAR-BENAR TAK BISA BERULANG!

-----[PONZ CREW - Surat Aldo, On Progres]--

28112o