Pukul 08.00 penerbangan pertama Surabaya Banjarmasin, pesawat Lion Air mendarat di bandara Samsoedin Noor.
Laki laki berusia lima puluh tahun dengan baju garis garis melewati puluhan manusia yang lalu lalang tanpa menoleh.
Langkahnya pasti menuju pintu keluar. Seolah ada seseorang yang sedang di tuju olehnya. Ada rindu yang melompat-lompat dari pancaran bola matanya.
Ia seperti menuju pada satu titik fokus yang tidak bisa di gantikan oleh apapun. Dan hanya dirinya beserta mimpinya yang tahu apa itu.
Di depan pintu kedatangan seorang wanita berkulit putih dengan tenang sedang menunggu. Mata wanita itu menelisik ke dalam, meneliti setiap wajah yang muncul namun tak satupun yang wajahnya sama dengan lelaki idaman hatinya.
Sampai mata jernihnya bersirobok pandang dengan wajah yang sangat ia kenal.
Ia pun melambaikan tangan, sambutan lambaian tangan pun berbalas.
Ke dua pujaan hati pun bertemu, mereka saling memeluk menebarkan kerinduan saat cinta mereka harus berlangsung jarak jauh.
Rindu yang hanya bisa dirasakan oleh dua orang yang saling jatuh cinta namun harus terpisah oleh ruang dan waktu.
Bagaimana deritanya, hanya mereka yang tahu rasanya. Bagaimana menghabiskan malam tanpa seseorang yang di sayang ? Bagaimana merasakan rindu pelukan seorang yang dicinta ?
Bagaimana malam-malamnya hilang tanpa candaan kekasih tercinta?
Hanya dua orang yang melewati hubungan jarak jauh yang tahu rasanya. Dan, jarak Banjarmasin Surabaya bukan jarak yang dekat.
Harus melewati ribuan petak sawah, harus mengarungi jutaan mil air di lautan, harus melewati banyak atap rumah. Hanya demi berjumpa pujaan hati yang dirindukannya.
"Mau langsung pulang atau jalan-jalan dulu ?"
pertanyaan Amran menggoda istrinya.
"Pulang saja ya, "
"Boleh,"
"Kenapa ? kamu rindu ya?"
Riana tersenyum menghadapi candaan suaminya. Ya, Amran memang rajin sekali menggoda Riana, baik saat berjumpa maupun via chat di aplikasi whatsapp mereka.
Perbedaan usia yang berbeda membuat Riana dapat bebas bermanja dengan Amran dan Amran pun leluasa menghadirkan kemesraan.
Setibanya di rumah,
Riana tenggelam dalam pelukan Amran, mereka memadu cinta luar biasa. Mereka bergumul tanpa ada kata bosan.
Dua tahun menikah di bawah tangan tak membuat cinta mereka surut. Pelayanan luar biasa membuat Amran laki laki kaya yang hobi melompat dari satu wanita ke wanita lainnya benar - benar berhenti berpesiar.
Hingga ketika mereka ingin bercinta, hal aneh itu muncul lagi.
Amran tahu ada bayangan yang sering muncul ketika mereka bercinta.
Ada wajah yang sering datang di raut kekasihnya.
Seperti malam itu ketika Amran menikmati persetubuhan kesekian bersama Riana nya, wajah itu muncul lagi, mata merah itu, rambut yang terurai itu dan senyum yang menyeringai itu....
Menatap lurus menuju mata Amran.
Tapi Amran tak menyudahi perc**b**n itu, ia terus menuntaskannya, ia bahkan tidak perduli dengan wajah menakutkan yang menghalangi wajah Riana, wajah itu terus menyeringai, menatap tajam sambil kepalanya bergoyang-goyang dan usai menyeringai wajah itu hilang. Entah kemana ia. Amran hanya diam tanpa mempersoalkan, seolah hal tersebut adalah hal biasa baginya.
Amran menc**m kening Riana,ia ingin Riana tenang.
"Wanita itu datang lagi ya?"
"Iya"
Riana menangis,
"Sampai kapan derita ini berakhir,"
"Tenang sayang, aku terus mencintaimu meski aku tahu siapa dirimu."
"Kita akan sudahi semuanya, percayalah"
Begitulah Amran, ia selalu punya cara membuat Riana tenang. Itu sebabnya kehadirannya sangan Riana rindukan.
Riana mengangguk hingga akhirnya terpejam.
Malam ke dua pun kejadian berulang, tapak kaki itu berbunyi lagi menyusuri tangga saat Riana dan Amran tidur berdua.
Riana panik, Amran hanya tersenyum saja..
Langkah kaki itu kian mendekat,
"Ri...."
Amran menggenggam lengan Riana sampai langkah kaki itu hilang.
Ia hanya datang saat Riana berhubungan dengan laki - laki saja. Ia seolah ingin merasakan apa yang dirasakan Riana.
Amran, hanya Amran laki - laki yang mampu bertahan dalam situasi seperti ini. Laki - laki yang lain memilih pergi meski mereka juga ingin kembali seusai pergi.
Amran menikah dengan Riana selain karena Amran benar benar tergila-gila, juga karena Istri Arman sudah lama sekali enggan diajak bercinta.
Selalu lelah alasannya.
Padahal andai wanita tahu, bercinta adalah kebutuhan bagi lelaki. Kebutuhan yang terus melesak memenuhi rongga dadanya hingga penuh sesak. Kebutuhan bercinta yang tidak terpenuhi bagi lelaki adalah siksaan itulah mengapa jarang ada lelaki yang mampu bertahan.
Hingga akhirnya Arman bertemu Riana.
Menikahlah mereka tanpa sepengetahuan istri Amran. Kini, dua tahun sudah perjalanan cinta mereka lebur jadi satu dalam gairah yang setiap malam membuncah, meski mereka tak selalu bersama namun Riana selalu mampu menuntaskan hasrat suaminya.
Burung gereja yang hinggap di atap rumah setiap pagi tiba, seolah melantunkan senandung cinta. Senandung cinta milik Amran juga Riana.
Hari berganti bulan berjalan, kehidupan Riana dan Amran makin mesra saja. Bisnis jual beli mobilnya laku keras.
Riana sengaja mendukung usaha jual beli mobil milik suaminya karena ia tidak ingin kehadirannya sebagai istri ke dua justru mengganggu perekonomian Amran dan istri nya yang lain. Ia ingin hubungannya bisa terus berjalan baik-baik saja dan tidak ada hambatan apapun. Riana tidak ingin istri Amran yang di Jawa tahu perihal keberadaannya.
Tidak semua orang setuju dengan poligami, tidak semua orang bisa menerima wanita kedua yang hadir di pernikahan yang telah terbangun, apapun alasannya.
Itulah mengapa Riana memperkenalkan Amran dengan teman-temannya di Banjarmasin ini. Karena relasi Amran tidak banyak di sini.
Hari ini jadwal Amran bertemu koleganya, sebuah mobil innova berhasil di nego dan siap di ambil, hebatnya lagi pembelinya pun telah siap.
Harga mobil di pedalaman Banjarmasin bila dijual di Jawa lumayan laku dengan harga tinggi. Tinggal menambahkan sedikit perawatan dan mengurus surat-surat saja.
Amran telah tiba di Banjarmasin dan eksekusi mobil pun telah selesai.
Dalam letihnya ia ingin sekali beristirahat.
Usai percintaan mereka tergelar, mereka pun lelap dalam gairah yang telah mereda.
Hingga tengah malam Riana terbangun saat Amran ada di sampingnya dan sedang tertidur pulas. Ia hendak ke kamar mandi namun melihat baju Amran yang terjatuh dari gantungan di dinding kamar.
Riana tergopoh ingin mengambilnya, ada struk BNI terjatuh...
Tertera saldo1. 750.000.000 Riana sibuk menghitung nominalnya.
Dikerjapnya kelopak matanya tak percaya. Seumur hidup baru kali ini Riana melihat nominal sebanyak itu di struk ATM sebuah bank swasta.
Sebuah hp tergeletak...
Pelan Riana mencoba meraihnya...
Ia buka, tanpa kunci ternyata.
Chat whatsapp dilihatnya, ada nama umik dan nama pelakor.
Terkejut Riana,....
Arman menggeliat, Riana takut Arman terbangun dikembalikannya HP ke dalam saku bajunya.
Malam itu Riana resah..
Ia ingin menuntaskan keingintahuannya namun sulit, ia takut Amran terbangun dan usahanya untuk mengetahui menjadi gagal.
Pagi tiba, di meja makan terhidang kopi hitam dan sarapan untuk Armannya.
Mereka berbincang sambil bercanda, namun gurat tidak serius nampak di wajah Riana.
"Kamu sakit, ?"
"Ach.... Enggak," tepis Riana berpura pura.
Padahal hatinya luar biasa gelisah..
"Aku ngantuk sayang"
"Lho masih pagi kok sudah ngantuk?" tanya Riana.
"Entah aku lelah sekali."
"Gak jadi bercinta lagi nihhh?" tanya Riana menggoda
Amran tersenyum sambil melenggang menuju kamar.Tak biasanya Amran tidur usai sarapan, mungkin perjalanan panjang mengambil mobil malam tadi menghabiskan tenaganya.
Harum semerbak wangi bunga memenuhi isi kamar,dalam tidur Amran bermimpi wanita muda berambut panjang dan senyum mengerikan itu datang, wanita itu kembali menyeringai, taringnya tajam, giginya penuh darah, bernafsu sekali lengannya hendak mencengkeram leher Amran, mereka terlibat pergulatan panjang.Dan Amran merasa dirinya hendak terkalahkan.
Di tempat yang lain saat Riana melihat Amran telah terlelap, ia mulai membuka kembali HP Amran diam diam menuntaskan seluruh rasa penasaran...
Betapa terkejutnya ia ketika melihat gambar profil yang diberi nama pelakor itu adalah fotonya. Ya, benar itu foto yang sama dengan foto profil yang sedang ia gunakan.
Ia tergeletak pasrah diujung pintu kamar yang tidak terbuka.
Sedangkan di ponselnya nama Amran ia tulis dengan sebutan yang tercinta, mengapa Amran tega menamainya pelakor.
Lalu hubungan mereka selama ini artinya apa?
Dada Riana bergemuruh. Giginya bergemelatukan menahan amarah.
"Dia itu wanita nakal mik, dia itu pelakor, umik tidak usah kuatir. Dia punya kekuatan mik, dia mampu mempengaruhi orang untuk membeli mobil yang aku jual mik. Dalam bulan ini saja aku sudah bisa menjual 17 mobil mik.."
"Kami tidak ada hubungan apa apa santai saja,nanti kalau tunggakan kita selesai aku akan meninggalkannya"
Nafas Riana demikian sesak, selama ini ia tidak pernah menuntut, ia percaya pada setiap apa yang diucapkan oleh Amrannya. Ia tidak pernah minta bagi hasil atas keuntungan penjualan mobil, baginya Amran bisa datang seperti sekarang sudah cukup membuatnya bahagia.
Biasanya usai mobil laku terjual Riana akan langsung diberi satu juta oleh Amran, itu saja sudah cukup baginya.
Riana meradang, air matanya berlinang, laki laki yang bers*t**h dengannya menyebut dirinya PELAKOR padahal ia melayaninya dengan sepenuh hati. Sepenuh cinta.
Hati Riana sakit tak terkira. Ia mulai berfikir untuk membalas. Ia memandangi Amran dengan tatapan penuh rasa jengah.Laki-laki yang dicintainya, yang dengannya ia rela menjadi istri ke dua justru menamainya PELAKOR.
Apakah mereka mengira menjadi istri ke dua itu enak?
Kalian salah!
Istri ke dua itu harus banyak berkorban, tentang waktu dan jumlah jam, tentang hati dan perasaan juga tentang jatah senyuman dan uang.
Istri ke dua yang benar-benar mau dinikah jelas berbeda dengan pelakor ya. Pelakor jarang berfikir membaikkan, pelakor itu ingin menghancurkan, ingin merebut secara utuh, seluruhnya,100 persen. Pelakor bukan selalu istri ke dua dan jelas istri ke dua Bukan pelakor.
Dan Riana marah ketika lelaki yang ia percaya menyebutnya pelakor, karena tak ada kriteria itu dalam perjalanan cintanya bersama Amran.
Ia kirim nomer istri dan anak anak Amran ke ponsel pribadinya.
Usai melakukan aksinya Riana menghapus semuanya dan kembali meletakkan hp Amran pada tempatnya.
Riana berfikir keras bagaimana menghancurkan Amran dan kesombongannya.
Sementara di dunia yang lain Amran terus berkejaran dengan wajah Riana, hingga jari kelingking Amran terkena gigitan makhluk mirip Riana, darahnya mengucur dan ujung jemarinyapun patah.
Amran terbangun sambil berteriak, Riana yang sedari tadi duduk disebelah terkejut bukan kepalang.
"Kenapa?"
"Aku bermimpi, jemariku ada yang berdarah," ujar Amran menyentuh ujung kelingkingnya.
Kelingkingnya utuh, tanpa luka.
Amran tidak sadar disampingnya Riana menyeringai...
Ingin menerkamnya.