Setelah kepergian keluarga Radit, Dya melirik jam sudah menunjukkan pukul 08.00 malam. Ia melihat ponselnya yang sejak tadi ia silent ada banyak pesan dan panggilan tak terjawab dari para teman-teman bahkan dari pak Sony pun ada. Dengan segera dihubunginya pak Sony untuk memberitahu kalau ia tidak akan datang karena ia sudah sangat terlambat namun pak Sony tetap memaksa hingga di sinilah ia kini duduk diantara pak Sony dan tuan Daniel Kim yang entah sejak kapan sudah bergabung bersama mereka. Saat ia tiba tuan Daniel Kim sudah tiba lebih dulu sebelum dirinya.
Dya terus-terusan menunduk tak nyaman karena posisi duduk yang sangat membuat dirinya risih. Ingin rasanya ia bertukar tempat dengan seseorang saat ini.
"Wah…. melihat kerjasama tim kalian aku harap kerjasama kedua perusahaan kita bisa berhasil dan kedepannya kita bisa tetap menjalin kerjasama lebih baik lagi." Ucap Daniel sambil tersenyum.
"Kami pun berharap seperti itu tuan Kim!" jawab tuan Sony sambil membalas senyum Daniel.
"Baiklah kalau begitu mari kita bersulang demi kerjasama yang baik kedua perusahaan." Ucap Daniel sambil mengangkat gelasnya yang diikuti oleh tuan Sony dan seluruh karyawan divisi promosi dan pemasaran.
Setelah acara makan dan bersulang seluruh karyawan semakin larut dengan berbagai kegiatan yang mereka lakukan. Namun berbeda dengan Dya yang terlihat jelas ada ketidak nyamanan yang ia rasakan dan hal itu tidak lepas dari pengamatan seorang Daniel Kim.
"Maaf semuanya saya permisi ke belakang dulu!" ucap Dya kemudian berlalu menuju ke arah toilet.
Dya berjalan menuju ke toilet sambil terus menenangkan jantungnya yang terasa berdegup kencang setiap kali tatapannya bertemu dengan iris sebiru laut itu. Begitu tiba di toilet Dya langsung membasuh wajahnya dengan air setelah itu ia kembali membenahi dandanannya lalu setelah merasa dirinya siap ia keluar dari toilet. Namun baru saja ia keluar dari toilet wanita betapa terkejutnya ia tiba-tiba seseorang telah menarik tangannya dan berjalan menuju ke pintu keluar.
"M…maaf tuan Kim anda akan membawa saya kemana?" tanya Dya dengan terbata.
Tanpa menjawab Daniel terus menarik tangan Dya membuat Dya semakin diliputi perasaan takut. Dya berusaha menarik dan melepaskan tangannya dari genggaman Daniel namun apalah daya tenaga Dya bila dibandingkan dengan tenaga Daniel. Daniel terus menarik tangan Dya dan setelah tiba di depan mobilnya dengan segera ia mendorong Dya memasuki mobilnya kemudian melajukan mobilnya meninggalkan restaurant itu.
Dya semakin ketakutan dan mencoba keluar dari mobil tersebut namun semua usahanya sia-sia. Melihat usahanya yang selalu gagal maka Dya mencoba untuk tenang meski di dalam jantungnya berdegup dengan kencang.
Tak lama setelah itu mereka tiba di sebuah mansion yang sangat mewah dengan taman yang begitu indah di hiasi dengan lampu-lampu yang tampak bagaikan bintang di malam hari. Daniel turun dari mobilnya kemudian membuka pintu untuk Dya dan menuntun gadis itu untuk mengikutinya memasuki mansion tersebut. meski terlihat bingung namun Dya tetap mengikuti langkah Daniel.
"Maaf tuan Kim tapi ini dimana? Kenapa anda membawa saya ke tempat ini?" tanya Dya akhirnya setelah mereka duduk di sebuah ruang tamu yang terlihat mewah.
Dengan tersenyum lembut Daniel mendekati Dya yang terlihat sangat tidak nyaman. "Tenanglah ini adalah mansionku,"jawabnya sambil menatap Dya.
Mendengar jawaban Daniel Dya mengernyitkan alisnya semakin bingung dan melihat hal itu membuat senyuman Daniel semakin lebar. "Apakah kau tahu Dya kalau sebenarnya aku adalah seseorang yang sangat anti dengan keramamian dan orang-orang baru?"
"M…maksud anda?"
"Aku adalah orang yang sangat sulit bergaul dan bersosialisasi, selalu cemas bila harus berinteraksi dengan orang yang baru dan para dokter sering menyebutnya gangguan kepribadian menghindar atau avidant personality disorder ." Jelas Daniel akhirnya.
"Anda jangan bercanda tuan Kim?" tanya Dya semakin gugup.
"Aku sedang tidak bercanda, aku memang menderita sindrom tersebut yang mana penderitanya selalu cemas jika harus bersosialisasi terutama dengan orang-orang yang baru."
Dya semakin bingung dan tak mengerti "Kalau anda memang memiliki gangguan kepribadian seperti itu kenapa tadi saya sama sekali tidak melihat tanda-tanda seperti yang anda katakan tadi?" tanya Dya tak mengerti.
"Semua itu karena dirimu" jawab Daniel sambil menatap mata Dya dengan dalam.
"Aku? Apa hubungannya denganku?" tanya Dya semakin bingung.
"Sejujurnya selama berada di USA aku berusaha mengikuti terapi pengobatan untuk menghilangkan penyakitku ini. Meskipun telah mengikuti terapi dan pengobatan ternyata tidak semudah itu untuk menghilangkan penyakit itu karena meskipun aku telah dinyatakan sembuh oleh dokter tapi terkadang rasa cemas dan ketakutan itu tetap ada. Semenjak dari vonis sembuh dari dokter sudah beberapa kali aku mengalami serangan kembali dan itu membuat aku benar-benar tersiksa. Apakah kau ingat saat pertama kali kita bertemu di pantai waktu itu?" tanya Daniel sambil tersenyum miris.
Dya menatap ke depan seakan menerawang ke kejadian beberapa hari waktu yang lalu. "Tentu saja aku ingat karena saat itu kau datang dan mengganggu saat-saat kesendirianku." Cibirnya dengan bibirnya yang manyun.
Melihat wajah manyun Dya, Daniel tersenyum dan tanpa sadar mengusap bibir Dya yang membuat sang empunya bibir secara reflex mengalihkan wajahnya ke arah lain. Melihat reaksi Dya membuat Daniel semakin tersenyum. "Saat itu aku tiba-tiba terkena serangan lagi dan membuat aku harus segera mencari tempat yang sunyi dimana tak ada orang lain. Disaat aku mencoba menenangkan diriku tiba-tiba aku melihat seorang gadis yang sedang menangis, dia terlihat sangat rapuh dan anehnya hanya dengan melihat punggungnya yang bergetar karena menangis membuat perasaan cemas di hatiku seketika hilang dan berganti menjadi rasa ingin melindungi dan menjaga gadis itu." jelas Daniel yang sontak membuat wajah Dya merona karena malu.
"Gombal….., ternyata anda bukan hanya seorang pengganggu tapi anda juga seorang perayu ulung." Dya berucap salah tingkah.
"Ini bukanlah gombal tapi apa yang ku katakan barusan adalah kebenaran yang aku rasakan. Sebenarnya aku bisa saja meminta anak buahku untuk mencari tahu tentang dirimu saat pertama kali kita bertemu tapi aku tidak melakukannya karena aku sendiri ragu dan bingung dengan perasaanku saat itu. Tapi saat kita bertemu kembali pada rapat pelelangan proyek kerjasama kita itu hati dan perasaanku semakin tak menentu. Rasa ingin melindungi itu semakin besar dan setiap kali kau berada di dekatku semua rasa cemas dan ketakutanku seakan sirna entah kemana." Terang Daniel kemudian menarik tangan Dya ke dalam genggaman tangannya yang hangat.
Wajah Dya semakin memerah jantungnya berdegup dengan kencang. Dialihkannya pandangannya ke arah yang lain untuk menyembunyikan semburat merah yang ada di wajahnya tak bisa ia sembunyikan mendengar ucapan Daniel barusan membuat perasaanya tak menentu. Daniel menyentuh dagu Dya dan membawa tatapan itu kembali mengarah padanya. Ditatapnya iris coklat itu dengan tulus dan penuh perasaan hingga tanpa ia sadari kini bibir penuhnya telah menempel di bibir tipis Dya.
Meski awalnya merasa sangat terkejut karena tipis itu telah menempel dibirnya tanpa permisi namun entah mengapa rasanya ia tak bisa marah dan malah menutup matanya menikmati kuluman lembut yang kini mulai mengeksplor bibirnya hingga mereka nyaris kehabisan udara barulah ciuman mereka terpisah. Mereka menghirup udara dengan rakus seakan itu adalah udara terakhir yang akan mereka hirup.
Sebuah senyuman tulus tercipta di bibir Daniel, dengan lembut ia membelai bibir Dya yang sedikit membengkak karena ulahnya. Ditariknya gadis itu kedalam pelukannya "Kau adalah milikku mulai hari ini, besok dan selamanya jadi jangan pernah mencoba menjauh ataupun pergi dariku karena di manapun kau bersembunyi aku pasti akan menemukanmu." Ucapnya membelai rambut Dya kemudian mengecup puncak kepala gadis itu.
Setelah ciuman panas itu Dya menyembunyikan wajahnya yang memerah di dada bidang Daniel. Sejujurnya ia tak tahu harus berkata apa saat ini, kenyamanan apa sebenarnya yang sedang ia rasakan saat ini. Bahkan disaat ia masih bersama dengan Radit dulu belum pernah ia merasakan kenyamanan yang seperti ini.
***
Setelah mengantarkan Dya kembali ke rumahnya, Daniel terus tersenyum sendiri. Rasanya ia tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi pada dirinya. Seorang gadis yang tanpa sengaja ditemuinya beberapa waktu yang lalu kini akan menjadi bagian dari hari-harinya. Ia hanya berharap kisah kelam masa lalu itu yang membuat dirinya jatuh terpuruk ke dasar jurang yang paling dalam tidak akan pernah terjadi lagi. Dan ia pastikan untuk selalu menjaga dan melindungi miliknya tak akan ia biarkan orang lain merebutnya.
Sementara itu di kamarnya Dya tidak dapat memejamkan matanya mengingat apa yang baru saja terjadi. Bagaimana bisa ia diam saja dan bahkan menikmati disaat seseorang mencium dirinya. Padahal orang itu adalah orang yang baru saja ia temui dan lebih anehnya lagi ia merasa sangat nyaman dengan semua perlakuan dan ucapan dari orang itu. Ada apa dengan dirinya bagaimana bisa ia seolah melanggar prinsipnya sendiri disaat ia sedang bersama dengan Daniel?