Di dalam perjalanan kembali ke kantornya, Dya terus berpikir bagaimana bisa ia begitu mudah mempercayai seorang Dani yang nota bene baru ditemuinya. Entah mengapa hati kecilnya terus berkata bahwa dialah takdir yang di kirimkan Tuhan untuknya. Sebuah senyum tersungging di bibirnya dan hal itu tak lepas dari pengamatan seorang Dani.
"Ada apa? Kelihatannya kau sangat bahagia?" tanya Jac sambil tetap memperhatikan jalan yang ada di hadapan mereka.
"Hm….ada apa?" Dya balik bertanya.
Ck… Jack berdecak malas " Kenapa seorang wanita itu sangat rumit?" kesalnya.
Dya mengernyitkan alisnya "Maksudmu?"
"Iya kalian wanita sangat rumit. Saat di tanya bukannya menjawab kalian malah balik bertanya" ketusnya.
"Hm...mungkin sudah bawaan perempuan dari lahir kali." Jawab Dya sambil mengangkat bahunya acuh.
Huft.....Jack menarik nafasnya dalam mencoba bersabar menghadapi makhluk manis yang sudah merebut hati sang bos.
"Oh Iya kau belum menjawab pertanyaanku tadi kau terlihat sangat bahagia apakah ada sesuatu yang baik terjadi diantara kalian tadi?" Tanya Jack sambil memperhatikan jalan di hadapannya.
"Tak ada apapun yang terjadi." Jawabnya sambil menatap jalan di sampingnya.
"Lalu kenapa kau terlihat begitu bahagia hingga aku terus melihatmu tersenyum sejak tadi." Tanya Jack.
Dya menatap Jack penuh selidik, "Kau memperhatikanku?" tanya nya penuh curiga.
"Eits.....jangan salah sangka, aku memperhatikanmu karena kulihat senyum sumringah di wajahmu dan di wajah Dani terlihat sama." Ucapnya dengan santai.
"Idih... pede sekali aku senyum tadi hanya karena aku merasa lucu aja, ini pertama kalinya aku begitu terbuka terhadap seorang pria bahkan dengan mantan tunanganku saja aku tak pernah seterbuka ini." Jelasnya sambil tersenyum.
"Kalau begitu syukurlah karena untuk pertama kalinya pula setelah dua tahun aku bisa melihat senyum sumringah di wajah bos sekaligus calon kakak iparku itu dan kami berterima kasih padamu untuk itu." Kata Jacob sambil terus mengemudikan mobil menuju ke kantor Dya.
"O...…what calon kakak ipar?" pekik Dya yang membuat Jack terkejut dan merem mendadak mobil mereka.
"Iya calon kakak ipar ku dan tolong jangan buat aku terkejut lagi seperti tadi karena itu akan sangat berbahaya." Kesal Jack sambil mengelus dadanya yang masih bergemuruh akibat terkejut.
"Hehehe…..maaf tapi aku benar-benar terkejut, jadi Dani itu calon kakak iparmu maksudnya kau adalah tunangan adiknya?" tanya Dya tak percaya.
"Iya meskipun bukan adik kandungnya, Sandra adalah sekertaris sekaligus adik sepupu Dani. Semenjak orang tua Sandra meninggal, orang tua Dani mengadopsinya menjadi anak mereka aku Dani sudah mengenal sejak kami masih kecil dan semenjak bertunangan dengan Sandra tiga tahun yang lalu hubungan kami semakin dekat meskipun jika di depan orang-orang kami terlihat bagai bos dan karyawan namun jika kami hanya berdua tanpa orang lain maka semua akan berbeda." Ujar Jack sambil tersenyum.
"Kau dan Sandra bertunangan sejak tiga tahun yang lalu? Kenapa kalian gak menikah saja padahal kan kalian sudah lama bertunangan?" tanya Dya.
Mendengar pertanyaan Dya Jack tersenyum masam, "Seharusnya sejak dua tahun yang lalu kami menikah tapi karena tragedy yang menimpa keluarga Dani maka kami memutuskan untuk menundanya sampai semuanya kembali dan Dani bisa kembali seperti semula." Terang Jack.
Ingin rasanya Dya bertanya lebih jauh namun apalah daya kini mereka telah tiba di kantornya. "Terima kasih telah mengatarku kembali dan ku harap di lain waktu kita dapat mengobrol lagi karena sejujurnya banyak hal dari ceritamu tadi yang membuatku penasaran." Jujur Dya.
Jack tersenyum tulus "Any time, kapanpun kau ingin bertanya aku siap menceritakan semuanya." Ucapnya sebelum melajukan mobilnya meninggalkan kantor Dya.
Setelah mobil Jack pergi Dya kembali ke ruangannya. Hatinya diliputi rasa bahagia dan penasaran akan cerita Jack. "Ada apa dengan Jack? Rahasia apa yang disembunyikannya di balik senyumannya itu. Seharian Dya tak bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya.
***
Seminggu telah berlalu hubungan Dya dan Dani sudah diketahui oleh keluarga Dya dan mereka sangat bahagia karena orang yang mereka sayangi kini tak lagi bergelung sendiri dengan lukanya. Kini ada seseorang yang akan menemani Dya dalam melewati hari-harinya. Tak ada lagi air mata di bola mata indah itu, yang ada hanyalah senyum bahagia.
Dya dan Talia baru saja berjalan keluar di lobi kantor mereka ketika tiba-tiba sebuah suara yang sangat mereka kenali memanggil dari arah samping "Dya….." tanpa menoleh Dya tetap melanjutkan langkahnya namun tiba-tiba tangannya telah di cekal oleh seseorang.
"Arin….dengarkan ucapan Radit dulu. " Bentak Sofi yang sudah mencekal tangan Dya.
Dya berbalik dan menatap Sofi dengan tatapan membunuh sekaligus jijik dan menyentak tangannya dengan paksa. Baru saja tangannya terlepas dari cekalan Sofi kini tangannya sudah kembali di cekal oleh Radit. "Lepaskan aku brengsek." Umpat Dya.
"Tidak sayang kau harus mendengarkan penjelasanku dulu baru aku akan melepaskanmu." Mohon Radit masih mencekal tangan Dya.
"Tidak ada lagi yang perlu dijelaskan toh sejak setahun yang lalu tak ada lagi hubungan apapun antara kau dan aku dan aku rasa seminggu yang lalu aku sudah memeberitahukan kepautusanku padamu dan juga keluargamu jadi LEPASKAN AKU BRENGSEK." Ucap Dya menyentak paksa tangannya kemudian berlalu.
"Aku tidak ingin berpisah denganmu hanya kau perempuan yang aku cintai bukan Sofi ataupun yang lainnya." Teriak Radit yang membuat semua mata yang berada di lobi itu menatap ke arah mereka.
Langkah Dya berhenti kemudian ia kembali berbalik dan tersenyum sinis dan dingin pada Radit yang masih berdiri dengan Sofi yang berada di sisinya. "Apa katamu? Cinta? Aku ragu kalau kalian tahu apa itu cinta karena menurutku yang ada di hati dan otak kalian hanyalah nafsu. Jadi silahkan jalani kehidupan kalian tanpa harus melibatkan aku. Dan kau Sofi kau tahu aku kasihan padamu kau bukan hanya tidak memiliki hati tapi juga memiliki rasa malu. Aku menyesal pernah kenal dengan orang-orang seperti kalian." Ucap Dya kemudian melanjutkan langkahnya.
Namun baru saja beberapa langkah Dya berjalan, langkahnya kembali berhenti karena mendengar teriakan Sofi,"Aku mohon padamu Rin kembalilah pada Radit. Aku ikhlas meski harus menjadi yang kedua di hati Radit." Lirihnya sambil berlutut.
"Sofi…" Bentak Talia
Semua yang mendengar ucapan Sofi barusan benar-benar tak percaya dengan apa yang mereka dengar barusan. Melihat tak ada reaksi dari Dya Sofi kembali berujar "Aku mohon padamu mari kita lewati semua masalah ini sebagai satu keluarga aku yakin Radit bisa berbuat adil untuk kita berdua. Ku mohon aku tak bisa kehilangan Radit, Rin sedangkan Radit tak bisa kehilangan dirimu aku rela jika kita berba..."
Plak….
Ucapan Sofi terpotong karena sebuah tamparan sudah melekat di pipinya. Dya yang entah sejak kapan sudah berada di hadapannya menatapnya dengan jijik dan dingin. "Aku benar-benar jijik dan benci melihatmu. Bukankah sejak awal ku katakan jangan pernah lagi menunjukkan diri kalian di hadapanku. Apapun yang terjadi dengan kalian jangan pernah libatkan aku. Terutama kau brengsek. Aku tak perduli dengan apapun yang ingin kalian lakukan di luar sana jadi jangan pernah mengganggu kehidupanku dan keluargaku lagi, aku malu karena pernah kenal dengan orang-orang seperti kalian." Teriak Dya kemudian kembali berbalik akan melanjutkan langkahnya dan alangkah terkejutnya ia karena di depan sana iris sebiru laut itu sedang menatapnya dengan tatapan yang sulit ia artikan.
Kaki Dya membatu tak mampu melanjutkan langkahnya mata beningnya yang selalu teduh kini kembali berurai air mata. Air mata itu kembali jatuh tapi bukan karena luka masa lalunya tapi ia takut kalau pemilik netra sebiru laut itu salah faham dan meninggalkannya. Ia hanya bisa menunduk ketakutan sampai tangan kekar itu meraih dirinya kedalam pelukan hangat yang sejak seminggu yang lalu sudah menjadi kebiasaannya.
"Jangan menangis, aku bangga padamu kau mampu melindungi dirimu." Ucapnya sambil mencium pucuk kepala gadis itu.
"Jadi kau tidak akan meninggalkanku karena masalah ini kan?" bisiknya di sela isak tangisnya.
Dani tersenyum membelai rambut gadisnya, "Apakah aku sudah gila meninggalkamu karena semua ini? Aku justru bahagia karena kini aku semakin yakin kalau kau benar-benar milikku." Ucapnya sambil memeluk erat Dya dan menatap dingin dan penuh intimidasi pada sosok yang telah dengan berani-berani membuat wanitanya menangis.
"Maaf semuanya tapi sepertinya saya dan tunangan saya harus pamit lebih dulu." Pamitnya sambil tersenyum pada semua yang berada di lobi kantor itu kecuali pada Radit dan Sofi tatapannya seakan membunuh kedua orang tersebut.
Meski terperajat dan tak percaya dengan kebenaran yang baru saja mereka ketahui namun mereka tetap membalas dan membungkuk hormat pada pengusaha muda yang banyak menjadi incaran para gadis ini. Setelah kepergian Dani dan Dya grasak grusuk kehebohan mulai terjadi. Para pegawai yang tadinya akan kembali ke rumah masing-masing, tiba-tiba membatalkan niatnya untuk pulang dan lebih memilih bergerombol dan membicarakan adegan drama di real life yang baru saja mereka lihat. Sementara Talia ia lebih memilih segera menghindar dari serangan pertanyaan teman-temannya yang lain.
Ia benar-benar tak menduga nasib persahabatannya yang telah mereka bina dari bangku sekolah harus hancur berantakan hanya karena seorang Raditya Permana, seorang pria brengsek yang labil dan tidak bisa mengambil sikap yang tegas. Dan ia merasa bahagia karena kini sahabatnya sudah benar-benar terlepas dari pria brengsek itu. Namun yang membuatnya miris adalah disaat sahabatnya yang satu terbebas dari pria brengsek tak tahu diri itu, sahabatnya yang lain malah terperosok semakin dalam menuju jurang akibat si brengsek tak berperasaan itu. Benar-benar ironi bagi persahabatannya.
***
"Sepertinya sekarang kebenaran penyebab kandasnya hubunganku dan Radit setahun yang lalu sudah terbuka." Kata Dya yang menyandarkan kepalanya di dada bidang Dani.
"Iya kenapa, kau kecewa hubungan kalian kandas?" ketus Dani.
"Hm...kalau dulu jujur saja aku sangat kecewa dan sakit hati tapi kini aku malah merasa lega karena semuanya berakhir sebelum semuanya semakin jauh." Ucap Dya yang tidak menyadari kecemburuan Dani. Sementara di bangku supir Jack sudah menahan tawanya melihat ketidak pekaan Dya.
"Kalau kecewa kenapa tadi kau tidak kembali saja dengannya. Ucap Dani masih dengan nada ketus.
Dya mengangkat kepalanya dari dada bidang Dani dan menatap segera menatap netra biru itu "Apa boleh aku kembali padanya?" Tanyanya dengan antusias dan penuh senyum.
Mata Dani membola tak percaya dengan pertanyaan dari kekasihnya itu" Jadi apa boleh aku kembali dengannya?" Ulang Dya yang membuat seketika aura di dalam mobil menjadi mencekam. "Awas saja kalau kau berani menemuinya lagi maka aku akan menculikmu dan mengurungmu sampai kau mengandung anak-anakku dan tak ada seorang pria pun mau menatapmu lagi karena tubuhmu yang gendut dan perutmu yang buncit karena mengandung anakku." Ancamnya.
"Ya sudah kalau begitu jangan cemburu, kalau memang aku tidak boleh kembali dengannya." Kata Dya dengan santai dan mengangkat bahunya acuh kemudian kembali bersandar di dada bidang Dani.
Dani melongo tak percaya dengan apa yang di lakukan kekasihnya barusan, sementara di depan sana Jack dan Sandra sudah tak mampu lagi menahan tawa mereka dengan sikap astral Dya. Baru saja beberapa menit yang lalu ia menangis tersedu-sedu tapi kini ia sudah mengerjai Dani dan memancing emosinya "Benar-benar kombinasi yang unik." Ucap Sandra disela tawanya.
Dani menatap dua orang di depannya dengan jengkel sementara Dya dengan tanpa rasa bersalah malah tertidur di dada bidang Dani. "Sepertinya aku benar-benar harus ekstra bersabar menghadapi tingkah ajaibmu ini sweet heart." Ucapnya sambil membelai rambut Dya dan memperbaiki posisi kepala Dya agar lebih nyaman.