Chereads / "DESTINY" / Chapter 23 - Part 23

Chapter 23 - Part 23

Sejak beberapa waktu yang lalu senyuman selalu menghiasi wajah pemuda itu. Wajah dingin dan datar yang selama ini ia tunjukkan entah menghilang kemana. Hal ini pun berdampak baik bagi para bawahannya. Suasana kantor yang selama ini penuh dengan ketegangan berangsur-angsur membaik.

"Wah….kemana perginya senyuman itu selama ini? Mengapa baru sekarang ia menunjukkannya." Salah satu karyawati berseru tak percaya.

"Bahkan disaat ia tak pernah tersenyum aku sudah jatuh hati padanya apalagi sekarang..pak boss aku padamu." Karyawati yang lainnya menanggapi.

"Melihat senyuman itu setelah sekian tahun di perusahaan ini seolah malaikat sedang berbaik hati padaku!" seru yang lainnya dan masih banyak lagi komentar-komentar memuji lainnya.

Semua pujian yang dilontarkan oleh para bawahannya tak diperdulikan oleh Kris, yang ada di pikirannya saat ini hanyalah gadis yang ia cintai, gadis yang akan menjadi istri dan juga calon ibu dari anak-anaknya kelak. Membayangkan hal itu membuat Kris kembali tersenyum hatinya dipenuhi dengan perasaan bahagia. Kehidupannya terasa lengkap dan ia tak membutuhkan apa-apa lagi. Bunyi dering ponsel yang ada di atas mejanya menginterupsi hayalan Kris akan masa depan indahnya bersama Dya. Tak butuh waktu lama Kris langsung mengangkat panggilan tersebut. Senyum cerah yang sejak tadi menghiasi wajahnya seketika berganti menjadi raut dingin dan sulit diartikan. Kris meninggalkan ruangannya dengan ekspresi yang sulit untuk dibaca. Melihat hal itu para karyawan yang berpapasan dengannya dilanda rasa was-was. Aura sang bos yang penuh dengan intimidasi dan tatapan dengan sorot dingin yang membekukan membuat mereka lebih memilih menghindar.

Kris memacu kendaraannya dengan kecepatan yang di atas rata-rata segala bentakan dan umpatan kemarahan dari para pengguna jalan yang lain tak lagi ia hiraukan. Diraihnya ponsel yang berada di depannya dan langsung menghubungi seseorang. Setelah menghubungi seseorang itu lagi-lagi ekspresi yang ditunjukkan oleh Kris tak dapat di tebak. Hanya kegelisahan yang tampak jelas di wajahnya. "Brengsek…" Umpatnya kala kendaraannya tiba-tiba terjebak kemacetan akibat kecelakaan. Ditatapnya jam yang melingkar di tangannya, hatinya benar-benar diliputi rasa khawatir saat ini. Untuk pertama kalinya ia merasa seperti ini bahkan disaat menunggu keputusan dokter mengenai kondisinya dulu ia tak pernah sekhawatir ini.

Diwaktu yang sama namun tempat yang berbeda Dani berlari bagai orang kesurupan, beberapa waktu yang lalu ia tengah menyelesaikaan administrasi untuk pernikahannya dengan Dya ketika sang daddy tiba-tiba mengabarkan hilangnya sang pujaan hati. Seluruh dunia terasa bagaikan runtuh dan menimpa dirinya, benar-benar hancur. Rasa khawatir, marah, dan benci bercampur jadi satu. Dani tiba di tempat persembunyian mereka dengan perasaan yang benar-benar hancur. Hatinya tiba-tiba terasa hampa, entah mengapa perasaan akan kehilangan itu semakin besar. Bulir bening itu tiba-tiba mengalir dari sudut matanya kala sakitnya kehilangan kembali ia rasakan.

***

Perlahan-lahan mata Dya terbuka namun silaunya sinar matahari yang menembus celah tirai membuatnya terpaksa kembali menutup matanya dan berusaha menyesuaikan retina matanya dengan cahaya yang ada barulah ia sanggup membuka matanya. Tubuhnya yang masih lemas dan kepalanya yang masih terasa pusing membuatnya belum leluasa bergerak.

"Ini di mana?" Gumamnya dengan suara lemah dan kening yang berkerut penuh tanya.

Diedarkan pandangannya pada sekelilingnya, semua tampak sangat asing baginya. Sekali lagi ia mengernyitkan keningnya karena bingung. Bagaimana pun ia mencoba mengingat namun tempat ini benar-benar asing baginya.

Sebuah kamar mewah dengan nuansa pastel yang merupakan warna kesukaanya. Di kiri dan kanan ranjang queen zisenya terdapat beberapa perabotan mewah khas kamar kaum berada. Meski rasa takut dan khawatir memenuhi hatinya namun rasa penasaran membuatnya memaksakan diri bangun dari ranjang dan berjalan menuju ke balkon yang ada di kamar itu. Setelah tiba di balkon ia benar-benar dibuat terkejut dengan pemandangan di luar sana.

"Siapa yang membangun rumah semewah dan seindah ini di tengah hutan seperti ini? Dan apa tujuannya membawaku kemari?" Dya bergumam pada dirinya sendiri.

Ditatapnya sekelilingnya sekali lagi dan berharap ada jalan untuknya keluar dari tempat yang sangat asing baginya itu. "Benarkah seseorang sedang menculikku? Siapa dan kenapa?" Tanyanya pada diri sendiri. "Argh….masih banyak anak pejabat dan gadis cantik yang bisa diculik kenapa harus aku?" Dongkolnya sambil mondar mandir memikirkan jalan keluar. Sebenarnya Dya bisa saja berusaha untuk melarikan diri namun penjaga dan tingginya tempat ia berada saat ini membuatnya berpikir ulang. "Dasar orang gila sepertinya ia benar-benar telah mempersiapkan penculikan ini. Tapi apa yang diinginkannya?" Lagi-lagi Dya bergumam pada dirinya sendiri. "Kenapa sih nasibku selalu seperti ini? Terbangun di tempat yang asing tanpa tahu apa yang terjadi?"

"Sepertinya kebiasaanmu yang senang bergumam pada dirimu sendiri masih saja sama sejak dulu sampai sekarang." Kata pria itu sambil tersenyum.

"Kau…."

"Ya ini aku, aku senang kau sudah sadar dan berada di hadapanku saat ini." Sekali lagi pria itu menunjukkan senyuman termanisnya.

"Jangan menunjukkan senyum menjijikkanmu itu cepat katakan apa yang kau inginkan dan kenapa kau membawaku ke tempat menakutkan ini!" Bentak Dya.

"Tentu saja aku menginginkanmu dan aku membawamu ke tempat ini karena aku ingin. Bukankah rumah impianmu adalah rumah yang penuh dengan ketenangan seperti ini?" Pria itu bertanya santai.

"Brengsek…lepaskan aku! Dan jangan pernah lagi muncul di hadapanku."

"Itu tidak mungkin, aku sudah pernah kehilanganmu dan itu tidak akan terulang lagi." Tegasnya.

Dya menatap pria itu penuh kebencian. ""Dasar pengecut tak bertanggung jawab sampai kapan pun aku tidak akan sudi bersamamu.."

"Oh ya? Aku hanya akan memberimu dua pilihan yaitu menikah dulu baru hamil atau hamil dulu baru menikah." Pria itu berujar santai kemudian berjalan menjauhi Dya.

Sementara itu Dya yang masih syok dengan ucapan pria itu hanya mampu terdiam dengan mata yang membola dan mulut yang terbuka tak percaya dengan apa yang di dengarnya barusan. Namun baru beberapa langkah pria itu kembali berbalik "Oh iya jawabannya aku tunggu paling lambat malam ini."

"Arghhhhh...dasar brengsek kau…" Umpat Dya sambil meraih vas di atas nakas dan melemparkannya ke arah pintu yang kini sudah tertutup. Sementara itu di balik pintu pria itu tidak dapat menahan senyumannya sambil memegang dadanya yang terasa membuncah.

Kristian meninggalkan kamar Dya perasaan bahagia yang tak dapat disembunyikan sementara itu di dalam kamar Dya tengah berteriak mengumpati dirinya, dengan segala jenis makian. Namun baginya semua umpatan ataupun cacian yang ia terima dari Dya merupakan nyanyian merdu yang akan membuat mimpinya yang selama ini menakutkan menjadi indah. Tak apa jika Dya berteriak dan memakinya asalkan gadis itu tetap berada di sisinya. Bagi orang lain ia boleh menjadi sosok yang sangat dingin dan tak tersentuh namun bagi Dya ia akan berubah menjadi sosok yang berbeda.

"Cepat selesaikan semuanya! Aku ingin besok pagi semuanya sudah beres." Titahnya pada asisten yang selama ini mendampinginya.

"Baiklah, kau tak perlu memikirkan apapun serahkan semuanya pada kami cukup jaga saja mempelaimu itu sampai waktunya tiba." Ucap Gary sambil menggoda Kris dengan menaik turukan alisnya.

"Baiklah aku percayakan padamu, ini masalah hidup dan masa depanku jadi aku tidak ingin mendengar sedikitpun kesalahan." Peringat Kris sambil menepuk pundak Gary.

"Siiiiip bos." Jawab Gery sambil tersenyum kemudian berlalu meninggalkan Kristian yang tampak penuh kebahagiaan.

***