"Aku hanya rindu nenekku! Ya! Aku rindu nenekku.." jawabnya asal.
Tawa kecil menggelitik telinganya, tawa itu adalah milik Vania. Gadis yang saat ini setengah memeluknya dan baru saja ia menyandarkan kepalanya di kepala Kenzo. Detak jantung Kenzo semakin tidak beraturan, ritmenya hancur.
"Kau selalu konyol." Ujar Vania.
Kenzo tersenyum.
"Agak aneh saat melihatmu ketakutan, menangis, apalagi diam. Seperti bukan dirimu."
"Benarkah? Jangan memujiku seperti itu." (tsk, ia mulai lagi)
"Aku sedang tidak memujimu, Kenzo Troll Melviano."
"Troll ? Aku kan bukan pelawak. Aku—"
"Eh, rambutmu bau ceri." Vania memotong kalimat Kenzo."
"Eh? Itu, karena aku kehabisan sampo. Jadi aku minta sedikit punya adikku. Biasanya aku pakai yang aroma melon."
Ih, Kenzo pakai sampo anak-anak?
Vania tertawa geli, ia jauhkan kepalanya dari Kenzo sambil menggeleng heran. Mereka sudah duduk dengan posisi tegak namun masih dekat.
