Chereads / The Messed / Chapter 4 - Part 2

Chapter 4 - Part 2

"Ini keinginanku...

Ini pilihanku...

Dan

Ini jalanku...

Melupakan semuanya"

#####

6.54 pm

Amanda's Home

"Aku masih berpikir, bagaimana Alezeo bisa menemukanmu yang terkunci di toilet?" Ungkap Amanda setelah mendengar ceritaku tentang kejadian tadi siang di sekolah.

"Entahlah, mungkin dia punya indra keenam." Setelah mengatakan itu, aku lantas berdiri meninggalkan Amanda sendirian di tepi kolam renang.

Ya, malam ini aku menginap di rumah Amanda dikarenakan ia terus meminta padaku agar bisa menceritakan alasanku bolos kelas akuntasi tadi.

Aku merebahkan diriku di ranjang Amanda yang sangat nyaman. Sangat berbeda dengan ranjangku di Asrama.

Orang kaya bebas

Itu yang selalu kupikirkan tentang Amanda. Walau begitu aku tidak berteman dengannya hanya karena uang yang ia miliki. Jika di pikir-pikir memang aneh sekali orang kelas atas sepertinya mau berteman denganku yang biasa saja.

"Berhenti memikirkan yang tidak-tidak Aeletta!" Ucapnya yang entah sejak kapan sudah berdiri di ambang pintu.

"Memang kau tahu apa yang kupikirkan?"

"Sudah terlihat dari caramu memandang dengan tatapan kosong itu Aeletta, ia sahabatku, begitu juga denganmu. Kalau kau lupa biar kuingatkan, aku sudah mengenalmu sejak kau lahir."

"Kau terlalu berlebihan."

"I don't care. Kau besok siang tidak ada kelaskan?"

"Tidak."

Hening beberapa saat sebelum Amanda berkata,"Bagus, sudah lama aku tidak shopping denganmu"

"Kurasa itu ide yang buruk, mengetahui jika kau bisa sampai 2 jam berada di 1 toko, seperti yang sebelum-sebelumnya kakiku kram hanya karena menunggumu memilih pakaian."

"Aku mulai meragukanmu kembali jika kau memang perempuan." Ucapnya sambil memincingkan mata ke arahku.

"Okay, kau menang. Tapi hanya 3 jam, setelah itu pulang!"

"Are you kidding me? 3 jam itu sangatlah sebentar dan itu tidak akan cuk–"

"Iya atau tidak sama sekali."

"Iya ya ya, demi sahabatku tercinta ini."

#####

1.54 pm

School, cafetaria

Aku duduk disalah satu bangku menunggu Amanda yang katanya sebentar lagi selesai kelas tambahan.

Dapat kulihat si murid pertukaran pelajar tersebut—entah siapa namanya, sedang duduk di bangku paling pojok sedang membaca buku yang sangat tebal. Entah buku apa itu, yang jelas aku bukan seorang kutu buku.

Ya, tak heran jika banyak perempuan diam" memotretnya yang sedang serius itu. Dengan wajahnya yang tampan, bentuk rahang yang tegas, serta sorot mata birunya yangtajam dapat membuat siapapun yang melihatnya langsung tergila-gila padanya.

Ia sebenarnya memiliki mata yang indah, hanya saja terhalang oleh kacamata yang dipakainya.

Oh Aeletta, apa yang kau pikirkan? Kau baru saja memujinya?

Lamunanku terbuyar karena suara ponselku yang berdering.

Mandaaa🐨

[Letta, dimana kau?]

[Cafetaria]

[Aku sudah selesai kelas, kutunggu kau di mobil]

[Okay]

Kumatikan sambungan teleponku dan segera menuju parkiran, tanpa menyadari ada sepasang mata yang terus mengawasiku.

#####

10.00 PM

"See u tomorrow Aeletta!" setelah mengatakan itu, mobil Amanda melaju meninggalkan lobby sekolah. Aku berjalan sambil membawa 3 buah papperbag yang hanya berisikan baju.

Aku berjalan dengan cepat menuju Asrama dikarenakan udara malam ini dingin, walau sekarang sedang musim panas. Tidak seperti biasanya.

ASSIJENEWOQONS!!!

"Oh yaampun Aeletta, apakah aku mengejutkanmu?" tanya Claire dengan tampang menyebalkannya. Aku bingung pertanyaan macam apa itu?! Bayangkan saja saat kau berjalan sendirian di malam hari ditambah suasananya yang berbeda lalu ada yang tiba-tiba mengagetkanmu.

"Kurasa kau sudah tahu jawabannya, Claire." balasku dengan nada kesal. Bagaimana tidak kesal, aku tadi benar-benar ketakutan dan Claire dengan santainya mengagetkanku.

Claire dan aku berbincang-bincang sambil menuju ke asrama kami. FYI, Claire dan aku adalah teman 1 asrama. Yeah, bisa dibilang kami dekat karena hal itu.

"See u tomorrow, Letta!" ucapnya ketika kami sampai di asrama. Aku segera masuk ke kamarku dan membereskan apa yang tadi dibeli oleh Amanda. Tak habis pikir betapa mudahnya ia menghabiskan uang hanya untuk membeli skincare, makeup, serta baju baju yang ia sendiri sudah memiliki banyak.

Setelah selesai membereskan semuanya, tanpa sadar aku ketiduran. Yeah, mungkin efek kelelahan atau semalam kurang tidur.

#####

"Okay, aku hitung sampai 10.

Satu...

Dua..."

"Sembunyi disana!" tunjukku ke arah pohon besar sambil menarik tangan anak laki-laki yang seumuran denganku. Jujur aku tak begitu mengenalnya. Anak laki-laki itu hanya mau berbicara dengannya dan Amanda. Entahlah aku ada salah atau anak laki-laki itu yang pendiam, yang jelas aku sudah berusaha untuk berteman dengannya.

"Ketemu! Kau memang sangat payah bersembunyi Letta." ucapnya dengan penuh kemenangan karena telah berhasil menemukan kami.

"Hey, bukan aku yang payah tapi kau yang menghitung terlalu cepat! Bukankah begitu bo,-" kata-kataku terhenti saat melihat disebelahku tak ada lagi anak laki-laki tersebut.

Mimpi apalagi itu? Siapa anak laki-laki itu? Banyak sekali pertanyaan saat aku terbangun disaat jam sudah menujukan pukul 5 am. Jujur saja aku tidak yakin itu hanya sekedar mimpi, rasanya seperti ingatan. Ingatan? Ya aku juga tak begitu yakin, tapi tidak mungkin aku mengalami mimpi yang mirip berulang kali.

Rasa pernasaranku semakin meningkat mengingat mimpi atau ingatan tersebut. Kemana anak laki-laki itu pergi?

Kenapa dia pergi tanpa bilang apapun?

Kenapa juga dia cepat sekali hilang?

Dan sebenarnya dia itu siapa?

Tanpa sadar aku telah menghabiskan 1 jamku hanya untuk mencari jawaban dari rasa pernasaranku.

#####

"Woahh! Shade yang kupilih sangat cocok denganmu, Letta!" ucap Amanda begitu melihat bibirku saat aku baru memasuki kelas.

"Padahal kurasa semuanya memiliki warna yang sama, Manda." tak habis pikir olehku, sebenarnya untuk sebuah liptint ada berapa shade yang tersedia?

"Sungguh Letta, kau harus benar-benar ku,-" belum selesai Amanda menyelesaikan kalimatnya aku sudah berdiri saat melihat murid pertukaran pelajar itu melewati kelasku.

"TUNGGU!" teriakku memanggilnya tanpa menghiraukan Manda yang kesal kuabaikan. Aku berlari mengejar murid pertukaran pelajar tersebut dan menghampirinya. SANGAT BURUK! Begitu aku menghampirinya semua perhatian langsung terpusat padaku. Tentu saja, selama ini aku dikenal sebagai gadis favorit si kapten basket tetapi malah mengejar si murid pertukaran pelajar itu.

Kurasa bukan ide yang tepat untuk bicara dengannya di lorong yang ramai ini, sehingga aku menyuruhnya mengikutiku.

"Untuk apa aku harus mengikutimu." balasnya dengan dingin. Demi apapun aku hanya ingin berterima kasih dan sedikit bertanya padanya tapi kenapa ia sungguh menyebalkan?

"Kau suka jadi pusat perhatian? Baiklah, aku akan bicara disini agar orang-orang mendengarkan."

"Ikuti aku." jawabnya sambil berjalan mendahuluiku. Apa-apaan ini? Kenapa jadi aku yang mengikutinya? Sungguh dibalik wajah tampannya ia memang sangat menyebalkan. Aku jamin ini adalah terakhir kalinya aku mau berbicara dengannya!

"Cepat bicaralah." suara dinginnya menyadarkanku kalau sekarang kami ada di perpustakaan.

"Sebelumnya aku mau berterima kasih karena kemarin kau menolongku, yaa walaupun kau menyebalkan tapi aku adalah orang yang tau terima kasih." ucapku sambil melihat ekspresinya yang tetap datar.

"Ok" jawabnya sambil melangkah pergi.

"Dengarkan dulu, aku belum selesai bicara!" panggilku kesal. Sepertinya kini aku tahu bagaimana perasaan Amanda yang sering kuabaikan.

Melihatnya berbalik menghadapku aku melanjutkan bicaraku, "bagaimana kemarin kau bisa menolongku?"

#####

TBC

JANGAN LUPA VOMENT YA GAIS!!