Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya membuat alasan kepada kedua orang tua mereka kalau kedua gadis muda tersebut ingin membaca buku di perpustakaan sekolah yang masih buka walau pun sekolah sedang diliburkan untuk sementara waktu.
Ayah dan Ibu mereka yang sudah maklum akan tingginya rasa ingin tahu dan haus akan ilmu pengetahuan anak – anak gadis mereka tersebut pun mengijinkan saja kedua anak mereka untuk pergi ke luar rumah.
Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya yang kini telah selesai mendaki sebuah bukit kini sedang bergegas untuk pergi mananjaki sebuah gunung yang mereka yakini sebagai tempat jatuhnya benda misterius yang melintasi langit di atas desa mereka pada hari minggu pagi kemarin....
Kedua orang gadis cantik nan muda yang sudah terbiasa menjelajahi lingkungan alam di sekitar desa tempat tinggal mereka tersebut dengan lincah dan tanpa mengenal rasa lelah pun mendaki gunung tersebut hingga akhirnya mereka berdua tiba di kawah tempat jatuhnya Faladhina Kiseki dari Alam Para Dewa.
Sesampainya di sana, mereka berdua dengan penuh rasa ingin tahu segera mendekati kawah tersebut dengan hati – hati.
Nadhine Aisyah yang membawa sebatang tongkat di tangan kiri nyadan sebilah parang di tangan kanan nya berjalan di depan sementara Nadhine Alisya yang memegangi sebuah telepon seluler lengkap dengan kamera bawaan yang masih tergolong sebagai barang mewah di desa mereka dengan perlahan menuruni kawah yang berupa cekungan tanah selebar sepuluh meter dengan kedalaman kira – kira lima meter tersebut....Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya menuruni kawah tersebut tanpa menyadari bahwa gerak – gerik mereka berdua sedang diawasi oleh segerombolan pemuda kekar yang masing – masing memegang sebilah golok berukuran besar dengan sisinya yang tajam berkilat – kilat di tangan mereka....
Sementara itu, di Desa Jambawana....
Hari telah menjelang siang ketika Vivadhi Ranata telah kembali pulang ke rumahnya setelah selesai berbelanja di pasar.
Sang lelaki mendapati bahwa Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane kini telah selesai membersihkan diri mereka berdua dan mengenakan pakaian yang terlihat seperti masih baru dan bersih namun dengan desain yang sama persis dengan pakaian yang kedua orang gadis tersebut kenakan di hari sebelumnya.
Vivadhi Ranata pun bertanya dimana kah kiranya pakaian yang dikenakan oleh kedua orang gadis itu kemarin, karena sang lelaki tidak bisa menemukan pakaian bekas yang telah mereka berdua gunakan baik di dalam bak cucian atau pun di gantungan jemuran yang terdapat di belakang rumahnya.
Faladhina Kiseki lalu menjelaskan kepada sang lelaki bahwa mereka berdua, meski pun tidak memiliki ilmu – ilmu yang tinggi, masih memiliki berbagai macam ilmu dasar yang dimiliki oleh para Kultivator Dewa dan Immortal yang berguna untuk mempermudah kehidupan mereka sehari - hari.
Ilmu – ilmu serba guna tersebut salah satunya adalah Ajian Pembersihan untuk membersihkan badan dan pakaian yang mereka kenakan.
Ilmu ini lah yang digunakan oleh Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane untuk membersihkan tubuh beserta pakaian yang mereka kenakan agar tampak kembali bersih dan rapi seperti baru.
Vivadhi Ranata yang merasa tertarik dengan ilmu – ilmu praktis yang dimiliki oleh kedua orang wanita yang begitu dicintai oleh dirinya tersebut pun lalu meminta Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane untuk mengajari dirinya tentang berbagai macam ilmu yang mereka miliki.
Sebuah permintaan yang tentu saja dengan senang hati disanggupi oleh Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane yang dengan semangat silih berganti secara bergiliran mengajari Vivadhi Ranata berbagai macam ilmu yang dapat diamalkan oleh siapa saja asalkan orang tersebut sudah berhasil menembus Tahap Evolusi Rookie Tingkat Kedua.
Namun baru saja Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane masing – masing selesai mengajari Vivadhi Ranata satu buah amalan, yaitu Ajian Pembersihan untuk membersihkan badan serta Aji Kunang – Kunang yang mampu mengubah satu buah benda untuk menjadi sumber cahaya selama satu jam, sayup – sayup mereka bertiga mendengar ada suara teriakan minta tolong dari wilayah pegunungan yang berada di belakang rumah sang lelaki.
Ketiga orang yang dengan cepat dapat menduga kalau suara tersebut berasal dari kawah tempat mereka bertiga telah bertemu tersebut pun dengan secepat kilat langsung pergi melesat keluar dari rumah dan meluncur menyusuri bukit dan gunung hingga mereka bertiga dapat tiba dengan sekejap di kawah yang mereka tuju.
Sesampainya disana, Vivadhi Ranata, Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane melihat ada sepasang gadis kembar yang sedang dikerubungi oleh enam orang pria yang membawa sebilah golok tajam di tangan mereka.
....
Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya memandangi enam orang lelaki berpenampilan garang yang masing – masing memegang sebilah golok besar dan tajam terhunus di tangan mereka.
Kedua gadis muda belia tersebut tidak menyadari kalau selama ini ada sekumpulan orang – orang yang sudah mengawasi mereka sedari tadi hingga mereka berdua pun sudah dikepung dan dikelilingi oleh orang – orang tersebut.
Melihat enam orang lelaki yang dengan jelas tidak memiliki itikad baik terlihat di wajah mereka, Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya pun spontan berteriak sekuat – kuat nya meminta tolong.
Tapi ke enam orang yang sedang mengelilingi mereka malah tertawa terbahak – bahak melihat kedua orang gadis cantik tersebut sambil menatap mereka berdua dengan tatapan mata yang penuh nafsu.
"Ha ha ha ha ha ha, gadis muda , berteriak lah sepuas hati kalian. Tidak ada yang akan mendengar suara teriakan kalian dari sini." Kata salah satu pemuda yang berada di posisi paling depan.
"Hue hue hue hue, sebentar lagi kami akan membuat teriakan minta tolong kalian berubah menjadi teriakan nakal penuh birahi." Kata pemuda yang lain lagi sembari terus berjalan mendekati kedua orang gadis yang telah mereka kepung dari segala arah tersebut.
Nadhine Aisyah yang membawa sebatang tongkat di tangan kiri nya dan sebilah parang di tangan kanan nya dengan tanpa menunjukkan rasa takut sedikit pun dengan penuh kenekatan maju dan menghunuskan kedua benda yang ada di tangannya tersebut kepada pemuda yang paling dekat dengan dirinya dan saudarinya.
"Berhenti! Jangan mendekat!" seru Nadhine Aisyah sambil matanya melotot mencoba untuk mengancam para lelaki bertampang garong yang mengelilingi mereka.
Sementara itu Nadhine Alisya dengan tangan yang bergetar menahan rasa takut mencoba untuk tetap tenang dan menyalakan telepon seluler yang berada di tangannya.... Hanya untuk mendapati kalau mereka ternyata tidak bisa mendapatkan sinyal di tempat yang sangat terpencil di alam terbuka tersebut untuk menghubungi seseorang dan meminta pertolongan.
Para pemuda garang yang melihat gerak – gerik kedua gadis tersebut yang memiliki penampilan yang identik sama namun menunjukkan perangai dan sikap yang berbeda pun menjadi semakin bersemangat untuk semakin mendekat dan mencicipi tubuh muda belia milik kedua orang gadis cantik tersebut.
Nadhine Aisyah yang dengan penuh keberanian menghunuskan sebatang tongkat di tangan kiri nya dan sebilah parang di tangan kanan nya itu pun mencoba maju untuk menghalau dua orang lelaki yang berjalan semakin ke hadapan dirinya.
Swwwooossshhhh!!!!
Lalu hanya dengan satu ayunan parangnya, salah satu pemuda kekar tersebut dengan mudah memotong tongkat bambu yang dipegang di tangan kiri Nadhine Aisyah.....