Chereads / Gelora Gairah [R18+!] / Chapter 33 - Tiga Belas Penyamun III

Chapter 33 - Tiga Belas Penyamun III

"Hei, anak muda. Kamu mungkin sangat kuat sekarang. Tapi kamu tidak akan mungkin bisa mengalahkan Boss kami! Kami adalah para perampok yang terkenal dengan sebutan Tiga Belas Penyamun! Boss kami yang sudah menembus ke ranah Houtian tidak akan mungkin bisa dikalahkan oleh anak muda sepertimu yang paling – paling masih ada di tahap akhir Ranah Penetapan Fondasi!" Seru sang perampok kepada Vivadhi Ranata.

"Ah? Ranah Houtian? Ranah Penetapan Fondasi? Apaan tuh?" Tanya Vivadhi Ranata dengan polosnya.

"Anak muda!? Apa kamu bercanda dengan ku!? Bagaimana bisa kamu tidak tahu tahap – tahap kultivasi di dunia ini!?" Teriak sang perampok yang mengira kalau Vivadhi Ranata sedang bercanda dan mengolok – olok dirinya.

"Enggak. Aku benar – benar gak tahu. Ngomong – ngomong, dari tadi kamu bilang Tiga Belas Penyamun, Tiga Belas Penyamun melulu. Tapi kalian cuma berenam. Dimana tujuh orang lainnya?" Kata Vivadhi Ranata sambil bertanya mencoba menggali informasi.

"Hue hue hue. Kenapa? Kamu mulai takut? Kami Tiga Belas Penyamun memiliki Boss seorang kultivator ranah Houtian yang tidak terkalahkan. Anak Muda bau kencur sepertimu tidak akan mungkin bisa melawannya! Kalau kamu menyerah dan membiarkanku pergi sekarang, aku akan lupakan kejadian ini dan kita tidak akan bertemu lagi. Bagaimana? Kalau kamu membunuh kami semua Boss kami pasti akan memburu kamu sampai dapat. Hue hue hue...." Sang Perampok kembali mencoba menakut – nakuti Vivadhi Ranata supaya dia bisa pergi dari tempat ini dengan selamat.

"Ngomong – ngomong, dari tadi kamu menyebut ku anak muda melulu? Oi, asal kamu tahu saja ya, umurku ini sudah enam puluh sembilan tahun lho. Malah kelihatannya kamu yang masih seperti seorang anak kecil di mata saya, tahu?" Kata Vivadhi Ranata dengan santai.

Sang perampok, bersama –sama dengan Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya yang mendengar hal ini pun spontan saja membelalakkan mata mereka dengan penuh rasa kaget dan tidak percaya.

"Ah!? Enam Puluh Sembilan Tahun!? Yang bener aja!? Kalau dia bilang umurnya masih Sembilan Belas Tahun baru kami percaya!" Seru ketiga orang tersebut di dalam hati mereka.

Sementara si Perampok bersama dengan Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya sedang tercengang tak percaya mendengar hal absurd macam apa yang baru saja mereka dengar, Vivadhi Ranata beserta Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane dapat merasakan dengan jelas bahwa ada sekumpulan orang yang datang mendekat ke arah mereka.

Dengan indra – indra mereka yang sudah menjadi semakin tajam setelah mereka berevolusi ke tahap yang lebih tinggi, Vivadhi Ranata bersama dengan Faladhina Kiseki serta Myradhia Chikane dapat memastikan kalau yang datang mendekati mereka semuanya ada tujuh orang.

Ketujuh orang tersebut memiliki perawakan yang kekar dan garang mirip dengan para perampok yang baru saja dibantai oleh sang lelaki.

Bahkan ketujuh orang tersebut juga jelas sekali lebih kuat dari pada enam orang yang tadi baru saja mereka lawan.

Dari tujuh orang yang sedang berjalan sambil bercakap – cakap menuju ke kawah tempat mereka berada tersebut, lima orang diantaranya berada di Tahap Rookie Tingkat Tiga, sama dengan perampok yang senjata nya telah dihancurkan oleh Vivadhi Ranata.

Sementara dua orang yang lainnya memiliki kekuatan yang setara dengan Tahap Rookie Tingkat Empat dan Lima.

Dua orang yang memiliki kekuatan yang lebih tinggi daripada kelima orang yang lain tersebut juga membawa senjata yang berbeda dengan yang lainnya.

Sementara lima orang yang lain memiliki senjata yang sama dengan para perampok yang tadi telah dikalahkan oleh Vivadhi Ranata berupa sebilah golok besar yang tajam berkilat – kilat mampu memenggal seekor banteng hanya dalam satu ayunan saja, dua orang yang kekuatannya paling besar di antara mereka semua membawa senjata berupa sebuah Yuan Dao (Tombak Bermata Golok, terkenal juga dengan sebutan Guan Dao atau Crescent Moon Blade).

Satu orang, yang berada di Tahap Rookie Tingkat Empat membawa Yuan Dao tersebut terhunus di tangannya.

Sementara orang yang paling kuat, yang berada di Tahap Rookie Tingkat Lima, membawa Yuan Dao yang masih tersarung di punggungnya.

Melihat jumlah kelompok yang baru datang tersebut (tujuh orang) kalau ditambah dengan jumlah perampok yang tadi sedang dihadapinya (enam orang) maka Vivadhi Ranata beserta Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane dapat dengan mudah menentukan kalau mereka semua pasti lah Kelompok yang disebut – sebut sebagai Tiga Belas Penyamun.

Akhirnya untuk tidak menambah beban dalam pertempuran selanjutnya, Vivadhi Ranata pun dengan tanpa ragu langsung meloncat ke depan, melesat dan menyerang si perampok dengan kedua tangannya masing – masing membentuk sebuah cakar.

Si Perampok yang tak kuasa menahan serangan cakar bersilang Vivadhi Ranata dengan tangkisan tangannya pun segera tewas mengenaskan dengan tubuh yang terpotong menjadi empat bagian.

Vivadhi Ranata lalu memberi isyarat pada Faladhina Kiseki dan Myradhia Chikane untuk berkumpul dengannya sambil mengambil semua harta yang berserakan di kawah tersebut.

Ada empat belas keping koin emas dan lima bilah golok besar yang berhasil mereka kumpulkan.

Sepertinya jumlah koin emas yang didapatkan sebanding dengan besarnya kekuatan yang dimiliki oleh para korban Ilmu Ajian Seni Kekayaan Pixiu.

Dengan menghabisi seorang kultivator yang berada di Tahap Rookie Tingkat Dua, Vivadhi Ranata mendapatkan dua keping koin emas.

Sementara dengan menghabisi seorang kultivator yang berada di Tahap Rookie Tingkat Tiga, Vivadhi Ranata mendapatkan empat keping koin emas, hasil yang berjumlah dua kali lipat dari pada yang dihasilkan oleh mereka – mereka yang berada satu tingkat di bawahnya.

Dan dengan menghancurkan senjata mereka yang merupakan sebuah karya masterpiece berkualitas tinggi namun masih berada di tingkat One Star Mortal Grade, Vivadhi Ranata mendapatkan satu keping koin emas.

Dan sepertinya serangan yang diintegrasikan dengan prinsip – prinsip dalam Ilmu Seni Kekayaan Pixiu hanya berdampak pada objek – objek yang disentuh oleh penggunanya.

Seperti ketika Vivadhi Ranata menyerang dua orang perampok dengan mencakar dada mereka hingga hancur, pakaian yang mereka kenakan yang ikut tersentuh oleh sang lelaki juga ikut diuraikan menjadi energi murni yang diserap oleh Vivadhi Ranata dan menambah kekuatannya.

Sementara ketika Vivadhi Ranata menyerang dua orang perampok dengan mencakar leher mereka hingga putus, pakaian yang mereka kenakan yang tidak ikut tersentuh oleh sang lelaki juga tidak ikut teruraikan bersama dengan tubuh dan kepala mereka yang telah terputus dari badannya, sehingga pakaian yang mereka kenakan tetap utuh tertinggal di atas tanah tempat mayat mereka masing - masing berubah menjadi dua keping koin emas.

Ada pun golok yang mereka pegang di tangan mereka namun tak sempat mereka gunakan untuk melawan Vivadhi Ranata karena gerakan sang lelaki yang terlalu cepat hingga tak mampu mereka ikuti, golok – golok tersebut pun juga masih utuh beserta sarungnya yang terikat di pinggang para perampok, tak ikut terkena dampak dari Ilmu Ajian Seni Kekayaan Pixiu yang dimiliki oleh sang lelaki.

....

[Catatan Penulis]

[Gambar Ilustrasi para Penyamun yang membawa Golok ada di kolom Komentar dan juga saya up di Judul ya~]