Chereads / Gelora Gairah [R18+!] / Chapter 29 - Si Kembar Kembang Desa I

Chapter 29 - Si Kembar Kembang Desa I

Sementara itu, Faladhina Kiseki dan Miradhia Chikane yang melihat ajian ilmu macam apa yang telah didapatkan oleh Vivadhi Ranata dari pelemparan Divine Crest Dice hanya bisa berdiam diri saja sambil mengedipkan mata mereka berkali – kali.

Faladhina Kiseki dan Miradhia Chikane mengetahui, secara instingtif, kalau ajian ilmu Seni Kekayaan Pixiu ini adalah salah satu ilmu langka yang pasti akan diperebutkan secara mati – matian dalam perang besar hidup dan mati oleh para kultivator di seluruh jagat raya jika kabar tentang keberadaan ilmu ini sampai tersiar keluar.

Bagaimana tidak, dengan ilmu ini seseorang dapat terus menjadi semakin kuat dengan memakan kekuatan yang dimiliki oleh lawan mereka sekaligus menghimpun pundi – pundi kekayaan mereka yang semakin bertumpuk.

"Wah..., Ranata..., keberuntungan mu benar – benar lucknut yah.... Bisa – bisa nya kamu dapat ilmu macam begitu, di awal – awal lagi...." Kata Faladhina Kiseki kepada Vivadhi Ranata dengan nada suara yang penuh rasa takjub bercampur sedikit iri.

Myradhia Chikane pun juga hanya terdiam sambil manggut – manggut kepala saja, sambil mengiyakan pendapat yang keluar dari mulut Faladhina Kiseki.

"Heh, tak kusangka ada ilmu seperti jurus Pay Day nya milik Meowth dan Persian dari serial game Pokemon atau pun Skill Mug milik Class Soldier di serial Final Fantasy yang bisa menyerang sambil mendapatkan harta..... "Kata Vivadhi Ranata sebelum melanjutkan perkataannya kembali.

"Tidak hanya itu saja, serangan ini bahkan bisa dilakukan sambil memakan dan menyerap sebagian energi milik lawan untuk memperkuat diriku sendiri juga. Benar – benar ilmu ajian yang RUSAK." Lanjut sang lelaki sambil tersenyum menyeringai.Setelah selesai berasimilasi dan menyerap ilmu seni kekayaan Pixiu yang telah didapatkan oleh dirinya sebagai hasil pelemparan dadu hari ini, Vivadhi Ranata bersiap – siap untuk pergi ke luar ke pasar untuk menambah stock makanan sebagai bekal mereka untuk nanti saat memasuki Padang Harta (Treasure Plain).

Dengan bertambahnya jumlah mereka maka tentu saja Vivadhi Ranata juga harus menambah perbekalan yang ada supaya cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka semua.

Maka setelah sang lelaki berpesan kepada kedua orang wanita cantik yang masih bertelanjang bulat tanpa mengenakan sehelai benang pun di atas ranjangnya untuk beristirahat sembari menjaga rumahnya, Vivadhi Ranata pun berangkat pergi ke pasar desa.

Sepanjang perjalanan nya ke pasar, Vivadhi Ranata mendapati bahwa suasana kampung Jambawana terasa lain dari biasanya.

Jalanan terasa lebih sepi, dan orang – orang yang sang lelaki temui di sepanjang jalan biasanya selalu membentuk kelompok yang terdiri dari tiga orang atau lebih.

Semua orang yang sedang keluar rumah juga umumnya selalu terlihat sedang ditemani oleh para kerabat, teman atau tetangga mereka yang masih muda dan membawa senjata tajam berupa parang, clurit, dan lain – lain.

Setelah bertanya sebentar pada salah seorang penduduk yang dikenalnya dengan cukup baik, yaitu seorang tetangga yang berjarak setengah kilometer dari rumahnya, Vivadhi Ranata akhirnya mengerti apa yang sedang terjadi di Desa Jambawana saat ini.

Setelah kemarin muncul cahaya misterius yang melintas di langit pagi yang jatuh di sebuah gunung di bagian utara desa hingga menimbulkan suara dentuman dan guncangan yang cukup kuat hingga terasa oleh para penduduk yang tinggal di Desa Jambawana, lalu tiba – tiba saja beberapa jam kemudian terdengar suara lengkingan seorang wanita dari bagian utara desa yang membuat semua penduduk desa yang mendengarnya kehilangan kesadaran mereka.

Hal yang membuat bulu kuduk sebagian orang merinding ini membuat suasana kampung Jambawana hari ini menjadi sedikit mencekam tidak seperti biasanya.

Ketika Vivadhi Ranata tiba di pasar dilihatnya pasar kampung yang barang – barang dagangannya biasanya sudah ludes habis di siang hari seperti saat sekarang ini dan kios – kiosnya sudah tutup ternyata malah masih banyak yang kios yang masih buka dan bahkan ada beberapa lapak yang penjualnya baru datang dan membuka dagangannya.

Menurut para penduduk desa, untuk sementara ini mereka tidak berani pergi keluar rumah saat hari masih gelap, atau dengan kata lain, mereka tidak berani untuk pergi keluar rumah terlalu pagi atau pun terlalu sore, karena para penduduk masih merasa takut dengan insiden misterius yang terjadi pada hari minggu kemarin.

Untuk sementara Pak Kepala Desa beserta beberapa orang pengurus desa juga sudah melaporkan kejadian misterius yang terjadi kemarin pada pihak yang berwajib, sembari mengeluarkan himbauan kepada para penduduk desa untuk berhati – hati dan tidak keluar rumah saat hari sudah gelap untuk menghindari kejadian – kejadian yang tidak diinginkan.

Pak Kepala Desa beserta para pengurus juga meminta para penduduk untuk bersabar menunggu hasil investigasi dan klarifikasi dari para petugas dan aparat berwajib yang sedang dalam perjalanan ke desa Jambawana untuk menyelidiki insiden tersebut sejak laporan mereka terima.

....

Sementara itu, di pinggir utara desa.

....

Dua orang gadis muda seumuran anak Sekolah Menengah Atas sedang berdiri di kaki sebuah gunung.

Hari ini sekolah - sekolah yang ada di desa tersebut semuanya sedang diliburkan karena adanya insiden misterius yang terjadi di desa pada hari minggu kemarin sambil menunggu hasil penyelidikan dari aparat yang berwajib.

Dua orang gadis muda tersebut adalah sepasang gadis kembar yang terkenal sebagai kembang desa yang menjadi kesayangan dan kebanggaan para penduduk Desa Jambawana.

Nama mereka adalah Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya.

Kedua orang gadis muda nan cantik tersebut merupakan pasangan kembar identik yang memiliki penampilan yang sangat mirip satu sama lain bagaikan buah pinang yang dibelah dua.

Kedua orang gadis muda belia yang baru menginjak umur delapan belas tahun tersebut dan akan segera lulus SMA memiliki rambut berwarna coklat kehitaman berkilau dan kulit yang putih mulus berseri sangat bersih dibandingkan dengan gadis – gadis desa lainnya.

Paras wajah mereka yang manis dan ayu berpadu dengan bola mata mereka yang berwarna ungu sejernih permata biduri anggur yang sangat indah membuat mereka berdua terkenal di seluruh kampung sebagai sepasang kembang desa.

Apalagi otak mereka yang cerdas dan brilian ditambah dengan temperamen mereka yang baik dan sopan juga membuat mereka berdua begitu disayangi oleh semua orang yang ada di desa, baik oleh para lelaki mau pun sesama perempuan, dari kalangan usia tua apalagi oleh yang masih muda.

Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi, dan lagi kedua orang gadis itu juga sangat rajin belajar untuk memuaskan rasa ingin tahu mereka, selain itu juga mereka berdua memiliki sifat yang berani sehingga tidak takut untuk pergi keluar menjelajah alam sekitar mereka untuk menambah ilmu dan pengetahuan yang mereka miliki.

Suatu waktu, mereka berdua pernah ditanya oleh orang - orang, apa sih cita – cita mereka.

Dan dengan kompak Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya menjawab, "Kami mau jadi wartawan, reporter, atau petualang."

Hari ini Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya yang memiliki rasa penasaran yang tinggi ingin menyelidiki paling duluan fenomena apa sebenarnya yang sedang terjadi di gunung yang terletak di sebelah utara desa tempat tinggal mereka.

Tentu saja kedua orang gadis pemberani yang penuh dengan rasa ingin tahu yang tinggi ini pergi ke gunung tanpa sepengetahuan ayah mereka yang pergi keluar rumah untuk membajak sawah atau pun ibu mereka yang sedang berjualan di pasar....

[Catatan Penulis]

[Gambar Ilustrasi penampilan si kembar Nadhine Aisyah dan Nadhine Alisya dengan seragam sekolah mereka dapat kalian lihat di kolom komentar dan juga di Komentar Paragraf pada Judul Chapter ini.

Tinggal Warna Mata mereka yang masih biru safir dibikin jadi warna ungu amethyst aja ya.]