Chereads / Gelora Gairah [R18+!] / Chapter 25 - Malam Pertama Mereka Bertiga XIII

Chapter 25 - Malam Pertama Mereka Bertiga XIII

"Akhh.... Ranata... dirimu mesum sekali... ah ah akhhh...." Kata Myradhia Chikane sambil mendesah dan mengerang menahan nikmatnya ciuman, jilatan dan kuluman lidah nakal Vivadhi Ranata di kedua puting susunya.

Tangan nakal Vivadhi Ranata pun tak berhenti menggerayangi tubuh indah telanjang bulat milik sang gadis.

Dengan nakal, kedua tangan milik sang lelaki kini berpindah menggerayangi paha dan selangkangan sang gadis.

"Akhh....! Ranata...!" Dengan jeritan sensual yang memekik kencang, Myradhia Chikane kembali mengalami orgasme ringan tatkala jari jemari tangan kanan Vivadhi Ranata mengelus – elus dan memijat mijat bagian tengah selangkangan sang gadis yang terbuka dengan begitu lebar, sementara kedua buah payudaranya, yang satu sedang ditarik dan dihisap puting susunya sekuat – kuatnya sementara belahan yang satu lagi diremas – remas dengan begitu nakal oleh tangan kiri sang lelaki.

"Wow, Chika.... Kamu udah begitu basah banget ya..." Kata Vivadhi Ranata kepada Myradhia Chikane sambil menyibakkan selangkangan sang gadis dan mempermainkan organ sensitif nya yang sudah begitu becek meluber hingga membanjir sprei kasur yang mereka berdua duduki.

"Waktu pertama ketemu, kamu itu dingin sekali... Tapi sekarang kamu kelihatan sangat manis dan begitu hangat." Kata Vivadhi Ranata mencoba menggoda Myradhia Chikane sebelum mengecup dan mengulum bibir sang gadis dengan bibirnya.

Cukup lama waktu berlalu, Myradhia Chikane telah begitu tenggelam dalam kenikmatan yang memuncrat dari tengah – tengah selangkangannya dan meleleh dalam permainan lidah sang lelaki yang mengulum seisi mulutnya.

Akhirnya setelah mampu menarik nafas panjang setelah lepas dari belitan penuh cinta sang lelaki, Myradhia Chikane dengan nafasnya yang panas menghembus terengah – engah dari mulutnya yang masih megap – megap sehabis dilahap oleh Vivadhi Ranata pun mencoba untuk berkata – kata walaupun dengan terbata – bata.

"Ran... Ata... Ini.... Rasanya sangat... memalukan... sekali..." Bisik Myradhia Chikane dengan paras wajahnya yang terlihat begitu manis karena merah merona seperti buah apel yang tampak begitu menggoda.

Dengan perlahan –lahan, Vivadhi Ranata pun membawa tubuh sang gadis yang sedari tadi terduduk di atas pahanya yang berdilang di dalam pelukan tubuh sang lelaki ke dalam posisi berbaring di atas kasur, tepat di sebelah Faladhina Kiseki yang telah terbangun dan kali ini sedang menonton hubungan intim antara Vivadhi Ranata dengan Myradhia Chikane.

Vivadhi Ranata yang mengambil posisi di atas tubuh Myradhia Chikane meniduri sang gadis sambil menghujani segenap bagian tubuh indah telanjang bugil milik sang perawan dengan kecupan bibir maupun permainan tangannya.

Akhirnya setelah Myradhia Chikane menatap mata Vivadhi Ranata dengan tatapan mata yang basah setelah sang gadis kembali mengalami orgasme ringan akibat jamahan tangan dan bibir sang lelaki di sekujur tubuhnya, Vivadhi Ranata kini membelai lembut rambut dan pipi sang gadis sambil membawa batang tombak pusakanya mendekati gerbang sakral di tengah – tengah selangkangan sang gadis.

"Chika sayang..., apa kamu sudah siap?" bisik Vivadhi Ranata dengan lembut di telinga Myradhia Chikane, setengah bertanya dan setengah meminta permisi, walau pun sang lelaki sudah yakin betul akan seperti apa jawaban dari Myradhia Chikane melihat tatapan matanya yang sudah penuh akan hasrat nafsu yang meluap – luap tersebut.

"Cepat lah, Ranata... Aku udah gak sabar lagi menanti giliranku... Akh!" Jawab Myradhia Chikane dengan sayup – sayup menahan malu sebelum tiba – tiba sang gadis memekik dan sekujur tubuhnya gemetar penuh sensasi tatkala dirinya yang masih perawan tersebut merasakan ujung tombak pusaka yang begitu besar mencoba menerobos masuk menembus pintu gerbang sucinya yang masih menutup dengan begitu rapat.

Dengan nafas yang tertahan menahan rasa sakit bercampur nikmat dan kebahagiaan bahwa sebentar lagi sang gadis akan memberikan keperawanannya yang begitu berharga kepada sang lelaki yang telah menaklukkan dirinya, Myradhia Chikane kembali melanjuttkan perkataannya dengan nafas yang tersengal – sengal.

"Ran... ata... tolong... pelan kan sedikit... ini... ini pertama kali nya bagi ku..." Dengan tatapan mata yang basah sembab karena air mata yang secara refleks keluar saat sang gadis merasakan rasa perih ketika ada benda asing berukuran besar yang mencoba untuk menerobos masuk ke dalam tubuhnya melalui tempat yang belum pernah dijamah oleh siapa pun sebelumnya, Myradhia Chikane menatap mata Vivadhi Ranata dalam – dalam seolah ingin mengukir momen pertama kali seumur hidup nya ini ke dalam hati sanubari sang gadis.

Yang dibalas oleh sang lelaki dengan mendaratkan sebuah ciuman panjang yang terasa begitu hangat dan penuh cinta ke bibir sang gadis, menenggelamkan Myradhia Chikane dalam buaian hangat nikmatnya cinta sementara sang lelaki dengan penuh kehati – hatian perlahan – lahan terus mendorong maju tombak pusakanya untuk menembus ketatnya pertahanan Myradhia Chikane yang begitu rapat dan kencang.

"akh... sa---" erangan sakit bercampur nikmat yang akan keluar dari mulut Myradhia Chikane pun akhirnya tenggelam dalam kuluman lidah Vivadhi Ranata, bibir sang gadis tersegel dengan rapat oleh bibir sang lelaki.

Dan ketika Vivadhi Ranata akhirnya berhasil menembus tembok suci yang menjadi tanda pelindung keperawanan sang gadis, dengan darah keperawanan Myradhia Chikane yang menyeruak keluar membasahi kasur dan selangkangan mereka yang telah bertemu, yang menandakan bahwa sang gadis kini telah naik tingkat dan menjadi seorang wanita seutuhnya sama seperti Faladhina Kiseki, maka sang wanita tersebut pun dengan segera melingkarkan kedua belah lengannya merangkul leher sang lelaki yang telah mengambil keperawanannya tersebut.

Myradhia Chikane memeluk Vivadhi Ranata erat – erat, sementara lubang cintanya yang masih merah berdarah tersebut pun juga turut mencengkeram dan meremas – remas batang tombak pusaka sang lelaki yang telah menembus area suci paling pribadi milik sang wanita dan mengambil miliknya yang paling berharga.

Vivadhi Ranata pun melepaskan ciuman panas penuh cinta yang dia berikan pada Myradhia Chikane, membiarkan sang wanita yang kelihatannya telah begitu kehabisan nafas akibat dihujam oleh rasa nikmat bercampur perih yang teramat sangat untuk menarik nafas sebanyak – banyaknya melalui mulutnya yang terbuka dengan lebar.

"Chika sayang..., kamu gak apa – apa?" Tanya Vivadhi Ranata sambil dengan lembut membelai pipi dan rambut sang wanita.

"Sakit.... sedikit.... tapi tenang... saja... aku... sudah siap... untuk... menerima... dirimu... Ranata..." jawab Myradhia Chikane sambil menarik nafas sebanyak – banyaknya.

Vivadhi Ranata lalu kembali mendaratkan sebuah ciuman di bibir Myradhia Chikane, kali ini sebuah ciuman yang begitu lembut sembari sang lelaki menggerakkan pinggulnya untuk dengan perlahan – lahan menggentot batang tombak pusaka miliknya yang sedang dicengkeram dengan sekuat tenaga oleh segenap lapisan otot – otot yang memenuhi sepanjang tembok dalam lubang kenikmatan milik sang wanita.

Dengan perlahan – lahan, Vivadhi Ranata menggerakkan batang tombak pusaka miliknya yang dengan segera menjadi panas berkedut – kedut menerima rangsangan gesekan, remasan dan jepitan di sepanjang rute perjalanannya dalam upayanya untuk menembus maju ke bagian terdalam dari lubang harta karun milik Myradhia Chikane.