Semua orang tidak melihat dengan jelas, pria itu telah dilempar oleh Gu Mang hingga melewati bahunya. Tubuh pria itu pun terbanting dengan keras ke tanah.
Ekspresi pria playboy lain seketika langsung berubah. Karena mereka sudah terbiasa sombong, mendominasi, dan tidak pernah menderita. Sehingga saat melihat ada seorang wanita yang memukul salah satu temannya, mereka semua langsung mengepalkan tinjunya.
"Tangkap dia, kita beri dia pelajaran malam ini!"
Pemimpin dari sekelompok pria itu menggertakkan giginya karena kesal.
Sudut mulut Gu Mang tersenyum sinis, sikapnya yang tampak malas saat menghadapi para pria tersebut. Tatapan matanya yang indah juga mulai menyipit, auranya terlihat sangat dingin.
Cari mati? Batin Gu Mang.
Dalam gerakan yang cepat, Gu Mang langsung melesatkan tendangannya dengan sekuat tenaga, ia menendang pria yang ada di depannya itu hingga membuatnya sampai terjatuh ke tanah dan tidak bisa bangkit lagi.
Kemudian Gu Mang mengayunkan tinjunya ke arah pria itu. Hanya dengan satu gerakan dan tenaga yang kuat, ia langsung mematahkan tulang pergelangan tangannya. Pria itu pun berteriak kesakitan.
Kini hanya tersisa satu orang yang masih berdiri melihat tiga pria lainnya yang terbaring di tanah. Pria itu merasa bulu kuduknya seketika langsung merinding. Karena merasakan adanya bahaya, pria itu pun mundur dan ingin segera lari.
Hanya dalam sekejap mata, Gu Mang langsung bertindak. Ia mencekik pria itu dengan sekuat tenaga. Gu Mang menekan lehernya, lalu melemparkannya ke atas kap mobil sport.
Dengan gayanya yang keren, Gu Mang menginjak kap mobil sport dengan kakinya yang panjang. Tatapan matanya tampak sangat tajam, ia memandang pria yang disekap di bawahnya ekspresi yang dingin.
Emosinya semakin memuncak, ekspresi wajahnya tampak sangat marah. Pria itu pun langsung panik, dan seketika seluruh tubuhnya menjadi lemas. Keringat dingin mulai bercucuran di wajahnya, namun ia tidak berani berkata apa-apa pada Gu Mang.
Sudut mulut Gu Mang sedikit naik, ia tersenyum dengan ekspresi yang jahat, "Nyalimu cukup besar ya."
Pria itu berkata dengan gemetar, "Ma... Maafkan aku…"
Gu Mang menatap wajah pria yang semakin pucat. Kemudian ia pun tersenyum dengan lembut sembari berkata, "Belajarlah bagaimana menjadi seorang pria, mengerti?"
"Mengerti…"
Gu Mang meregangkan lengannya, menurunkan kakinya yang panjang dari atas mobil. Kemudian ia pun memasukkan kembali tangannya ke dalam saku.
Gu Si tersenyum sambil melihat beberapa orang yang tergeletak di tanah dan berteriak kesakitan.
Gu Mang hanya melakukan sebuah tendangan, namun banyak suara erangan kesakitan yang terdengar, "Aku beritahu ya, kalian ini benar-benar tidak punya mata. Berani-beraninya kalian menggoda kami. Sebenarnya waktu yang kita miliki dalam hidup ini sangat singkat, tapi kalian malah memilih jalan pintas!"
Kakak perempuannya Gu Si itu saat ini suasana hatinya sedang tidak bagus, dan sekaran malah ditambah dengan bertemu dengan para bajingan-bajingan ini! Kakaknya itu masih memberi kesempatan untuk hidup kepada mereka saja sudah merupakan belas kasih yang sangat besar.
Kemudian Gu Mang mengeluarkan korek api dan rokok dari dalam sakunya. Ujung jarinya yang indah namun sedikit kapalan mengapit puntung rokoknya, kemudian ia pun menyalakan korek apinya yang terdengar renyah.
Cahaya api itu menerangi wajahnya. Wajahnya terlihat menarik, namun juga berbahaya.
Gu Mang menyalakan korek api itu dengan gerakan yang elegan, setelah itu ia pun memasukkan kembali korek apinya ke dalam sakunya. Dengan santai ia menghisap rokoknya sambil melihat ke arah jendela besar yang terbuka di lantai dua Bar Tianque.
Tatapan matanya terhenti selama beberapa detik, kemudian bibirnya yang indah mulai tersenyum. Setelah itu ia pun menarik kembali pandangannya, dan berjalan dengan santai ke luar bar. Gayanya benar-benar terlihat sangat sombong.
*
Di dalam aula yang ada di lantai dua, ketiga pria itu menyaksikan perkelahian tersebut dari awal hingga akhir.
Tidak, itu tidak bisa dibilang perkelahian. Ini bisa dikatakan sebagai penyiksaan sepihak. Batin mereka bertiga.
He Yidu dan Qin Fang melihat kejadian dengan penuh kekaguman.
"Apakah gadis kecil jaman sekarang begitu galak?" Qin Fang mengusap dagunya dan
menunjukan ekspresi kagum yang luar biasa.
He Yidu menghela napas dengan menggebu-gebu, "Seorang pria setinggi 1,8 meter langsung jatuh di tanah hanya dengan satu tendangan saja. Apakah dia ini benar-benar seorang wanita?"
Lu Chengzhou tersenyum tipis di sudut bibirnya, tatapan matanya tampak sangat tajam dan dingin menatap punggung Gu Mang. Ujung jarinya dipenuhi asap yang mengepul dari rokoknya.
Gadis itu masih kecil, tapi ternyata ia mengerti cara merokok.
*
Saat ini Lu Yi baru saja naik ke kelas 3 SMA, setelah menyelesaikan pekerjaan rumahnya, ia keluar dari ruang buku. Melihat dua wajah asing di lantai tiga. Terutama wajah gadis itu. Seketika pandangannya terhenti.
"Bu, siapa dia?" Lu Yi bertanya pada Lin Zhou, yang datang dengan membawa camilannya.
Kemudian Lin Zhou pun melirik ke lantai tiga sembari menjawab, "Tamu Ayahmu."
"Bagaimana mungkin tamu Ayah adalah orang yang seperti itu?" Lu Yi mengerutkan keningnya, "Bukankah mereka adalah orang miskin yang mengaku sebagai kerabat kita, dan datang ke rumah kita untuk meminta makan dan minum?"