Hayate yang berhasil menenangkan Skadi akhirnya bisa menghela nafas lega, terutama setelah Kama dan Mara kembali ke wujud loli mereka yang lebih ramah di mata.
Maksudku, pantulan dari bentuk dewasa dan eksposur kulit yang berlebihan itu benar-benar sulit ditahan bagi Hayate.
Dan sekarang Hayate terdiam melihat beberapa ksatria disana yang mulai menangis di atas mayat teman mereka.
Meskipun kemenangan datang, tapi pengorbanan selalu datang di akhir. Tanpa pengorbanan, kemenangan tidak akan bisa diwujudkan.
Kemenangan lengkap tanpa korban hanya akan ada di dalam anime dengan plot armor yang luar biasa tebal....
"Kita akan mengadakan upacara pemakaman kepada para pahlawan yang telah gugur." Hayate berjalan ke arah mereka dan mulai membantu mereka memungut mayat itu: "Mereka pantas dihormati melebihi kami yang masih hidup."
Para ksatria disana mengangguk, dan dengan bergabungnya Hayate, mereka mulai mengambil mayat teman-teman mereka dan membungkusnya dengan kain bersih sebelum mengangkatnya menuju ke tempat keluarga mereka berada terlebih dahulu sebelum mulai menguburkan mereka.
Skadi, Kama, dan Mara hanya melihat ini dari samping dan tidak membantu. Karena bagaimanapun, kematian manusia bagi mereka hanya bentuk kata yang tidak bisa dimengerti.
Sebagai seorang dewi dan iblis, mereka hanya bisa mengamati para manusia.
"Haahh....Aku masih tidak tahu kenapa Master mau membuang waktu dengan mereka." Kama mengatakan ini dengan aneh.
Mara juga mengangguk setuju, dan hanya Skadi yang menatap Hayate disana dengan mata hangat.
Bibir merah mudanya terbuka saat mengucapkan, "Orang bodoh dan naif selalu menjadi orang dengan waktu bersinar terlama diantara semuanya. Manusia itu rumit, lebih rumit dibanding kita para dewa."
"Selain itu, bukankah sebenarnya kalian berdua itu mengkhawatirkan Master lebih dari apapun? Kalian benar-benar tidak jujur."
Mara menggembungkan pipinya kesal, "Tidak, Aku hanya merasa perilaku Master-san itu membuang waktu. Tujuan awal kami dari awal adalah Singularity ini, kenapa kita harus peduli pada manusia bodoh lainnya?"
"Diriku yang lain benar. Master sendiri baik-baik saja, tapi untuk manusia lain....Ahhh, memikirkannya saja membuatku muak."
Skadi menatap kedua kembar ini dengan diam sebelum akhirnya dia menutup matanya dan tidak mengatakan apapun lagi.
Tapi dalam hatinya dia berkata, "Kalian berdua hanya kesal karena Hayate lebih perhatian pada mereka dibanding kalian bukan?"
"Ahhhh, Hayate, Master....Kau benar-benar berdosa."
Beberapa jam kemudian, dengan kerumunan keluarga dari para ksatria yang meninggal, penguburan dilakukan dengan rasa hormat dan air mata semua orang disana.
Meskipun ada beberapa bangsawan menyebalkan yang menyela di tengah, tapi Hayate hanya memenjarakan mereka langsung dibawah Rantai Surga yang dia gantung di langit-langit.
Setelah melakukan ini, Hayate yang memegang tangan kecil Kama dan Mara di kedua tangannya datang ke sebuah tempat dimana bekas api biru masih membakar sangat panas dan tinggi disana.
"Sayang sekali, daging, darah, dan sisiknya hangus terbakar. Meskipun sebenarnya ada hal yang sama di GoB, tapi mengumpulkan hal tetap saja membuat sedikit darah gamerku bergelora."
"Apa? Master, kau tidak puas dengan hasil ini?" Kama mengangkat kepalanya dan bertanya dengan tidak puas.
Hayate tersenyum pahit mendengarnya, "Bagaimana bisa aku tidak puas? Jika bukan kalian bertiga, Kota Lyon mungkin sudah hancur."
"Tentu saja, Fafnir mungkin masih hidup."
"Apakah kau yakin dia masih hidup?"
Sebuah suara yang netral dan dalam tiba-tiba terdengar dari belakang, dan disana baik Hayate, Kama, Mara ataupun Skadi mulai memasang postur bertempur tanpa disadari.
Tapi ketika Hayate melihat rambut perak panjang, wajah tampan, otot yang indah dengan baju besi perak yang sedikit terbuka di bagian dadanya yang menunjukkan suatu tato disana...
Dia langsung menahan para servantnya dan tersenyum lembut, "Kurasa kau akan datang lebih awal, pembunuh naga."
"Kau mengenalku?" tanya pria itu tenang.
Hayate mengangguk dan berkata, "Kurasa Skadi juga harus mengenalmu? Dia adalah Dewi dalam mitosmu, benar bukan, pembunuh naga Fafnir dalam mitos Nibelungenlied, Siegfried?"
Dragon-Blooded Knight atau juga bisa disebut sebagai "Dragon Slayer" yang mengalahkan naga jahat Fafnir dengan pedang suci Balmung di tangannya, itulah identitas pria berambut perak panjang yang muncul disini!
Dia adalah pahlawan nasional besar Jerman yang memiliki banyak penggambaran berbeda dalam berbagai legenda yang dikaitkan dengannya.
Perannya yang paling terkenal adalah penampilan pengantarnya dalam epik Jerman Abad Pertengahan yang disebut Hayate tadi, yaitu epik "Nibelungenlied".
Dan Skadi yang mendengar ini langsung melebarkan matanya tak percaya, "Jadi kau adalah orang yang membunuh Fafnir? Tidak...tunggu dulu, bukankah itu Sigurd yang membunuhnya?"
Kepala Skadi menoleh ke arah Hayate, dan Hayate dengan wajah pasrah menjawab: "Dewiku, jika kau, yang merupakan seorang Dewi dalam mitos itu tidak tahu siapa yang sebenarnya membunuh Fafnir, lalu bagaimana aku yang sebenarnya dari era modern tahu?"
"Uuuu...Aku, aku juga tidak tahu! Ayah Odin selalu tidak mengizinkanku untuk pergi dari tempat itu. Jadi, kau tahu...." Skadi memerah malu dan mulai menundukkan kepalanya sedikit yang membuat ini menjadi imut.
Tapi selain imut, Hayate sedikit kasihan. Skadi, dia adalah seorang dewi yang dicintai oleh dewa-dewa lain dan terus menjadi bijih mata bahkan di mata Dewa Odin dalam Mitologi Nordik.
Tetapi karena hal ini juga, dia banyak dimanjakan dan tidak bisa bergerak bebas. Alhasil karena ini pula, setelah para dewa binasa pada klimaks Ragnarök, dia menjadi "Dewa Skandinavia terakhir dari Lostbelt" karena beberapa hal dari larangan yang ditetapkan Odin karena pemanjaan para dewa Nordik yang tidak normal kepadanya.
Oleh karena itu.... Sebenarnya, meskipun dia secara proporsional tangguh, Skadi itu benar-benar murni seputih salju.
Hayate yang mengingat sejarah ini hanya bisa menepuk kepala Skadi tapi tidak mengatakan apapun lagi.
"A-A-A-A-Apa?! L-Lepaskan! Kau, kau tidak sopan kepada seorang dewi tahu!"
"Haha, apakah kau tidak mau? Ini hangat bukan? Gosok gosok~" Hayate main-main dengan rambut ungu halusnya.
Skadi anehnya tidak mengatakan apapun dan membiarkan Hayate melakukan ini. Tapi dalam hatinya ada pemikiran seperti ini:
"Rasa hangat seperti ini, kupikir aku tidak membencinya."
"Umm...Jadi, apa maksud dari Fafnir tidak mati?" Akhirnya Siegfried menyela dan menanyakan topik awal.
"Ah, ah benar. Itu dia..." Hayate masih mengelus rambut Skadi, dan Mara menggerakkan tangannya yang lain di atas kepalanya dibawah tatapan tajam Kama.
Hayate mengelus kepala Mara juga dan berkata dengan serius, "Kurasa Fafnir akan dibangkitkan lagi selama Dragon Witch itu memiliki Holy Grail di tangannya."
"Begitukah. Jadi itu alasannya aku dipanggil disini." Siegfried mengatakan ini dengan serius.
Alhasil Hayate yang melihat ini menyarankan, "Na, Sieg...Karena kau adalah pembunuh naga, maukah kau bekerja sama dengan kami?"
"Meskipun Kama, Mara, Skadi atau bahkan servant Master yang lain mampu mengalahkannya, tapi memiliki pembunuh naga di sisi juga tambahan pasukan tempur juga bukan?"
Siegfried masih menatap Hayate dengan tenang, "Kau mengajakku bergabung denganmu?"
"Tidak mau?"
".....Kalau begitu aku akan bergabung. Tapi apa sebenarnya Dragon Witch itu?"
Hayate tersenyum lebar dan berkata, "Itu akan menjadi kisah yang panjang~ Tapi yang pasti, ini adalah inti dari kisah seorang gadis desa."
"Gadis desa?"
"Itu benar, gadis desa." Hayate terkekeh kecil saat mengatakan, "Sosok yang selalu menjadi tipikal pahlawan dalam mitos apapun."
"Seorang gadis desa yang biasa."