"Apa itu penting?" Tia menatap tajam. Entah kenapa emosinya meledak-ledak melihat Dino. Kenapa pria itu begitu bodoh.Sudah tahu meniduri wanita tanpa pengaman tapi membiarkan wanita itu pergi. Pria itu tidak berusaha mencari tahu keadaan wanita yang telah ia gauli.
"Tentu saja penting. Jika dia benar melahirkan anakku. Aku akan menikahinya jika terbukti anak yang dia lahirkan anak kandungku." Dino pantang kalah. Ia merasa bersalah karena merusak masa depan seorang gadis. Merasa menjadi pria paling brengsek di atas dunia. Dino ingat apa yang ia katakana pada Rere. Wanita itu menjebaknya demi harta. Dino malu karena mengetahui Rere anak salah satu taipan di Surabaya. Harta Rere bahkan tidak habis tujuh keturunan saking kayanya. Pantas saja gadis itu sombong dan marah ketika ia mengatakannya.
"Anda pikir temanku wanita murahan? Jika aku memegang pistol sudah aku tembak kepala anda," ucap Tia berkacak pinggang.
"Sikapmu bukan seperti sahabat tapi seperti seorang ibu yang meminta pertanggungjawaban pada laki-laki yang telah menghamili putrinya." Dino malah meledek.
"Anggap saja aku ibunya Rere. Kau telah menghancurkan masa depannya. Entah apa yang akan terjadi padamu jika malam itu dia tidak menolongmu. Aku yakin jika mereka menjebakmu dengan skandal asusila."
"Bisakah mulutmu berhenti bicara?"
"Tidak bisa. Banyak yang ingin aku bicarakan denganmu."
"Sepertinya pembicaraan kita akhiri sampai disini. Aku akan membuktikan apa yang kamu katakan. Jika itu benar maka aku akan….."
"Akan apa?"
"Aku tidak bisa bicara sekarang." Dino meninggalkan Tia begitu saja.
Dino mencari Dila untuk bertukar pikiran. Untuk saat ini Dino butuh Dila untuk bertukar pikiran. Apa yang disampaikan Tia membuatnya tidak tenang dan kepikiran.
Cemburu menguasai Dino kala melihat Bara dan Dila berdansa bersama. Mereka seperti pasangan yang saling mencintai. Dino tak suka melihat kedekatan mereka berdua. Entah kenapa tak rela jika Dila dan Bara dekat meski pada kenyataannya mereka memang suami istri. Bara saja yang hilang ingatan sehingga tak ingat siapa yang berdansa dengannya.
Langkah pria itu terhenti kala melihat roh Ananya. Wanita itu tersenyum padanya sembari menggelengkan kepala. Isyarat, tak ingin Dino bertengkar dengan Bara.
Dino terhenyak. Entah kenapa ia melihat roh Ananya. Apakah ini hanya halusinasinya. Dino berusaha menyingkarkan pikiran buruknya. Ia harus menjauhkan Bara dan Dila.
Dino mendekati Bara dan Dila dengan perasaan tak karuan. Ada rasa marah, kecewa dan cemburu disana.
"Bisa kita bicara?" Dino dalam mode jutek.
"Apa yang ingin lo bicarakan?" Bara merasa tak perlu bicara dengan Dino.
"Ikut gue!" Titah Dino terdengar mengerikan di telinga Dila. Wajahnya dingin dan tak bersahabat. Bicaranya pelan namun mampu membuat Dila merinding.
"Kamu mau bicara apa No?" Dila gemetar dan ketakutan. Jika Dino bicara dengan nada seperti ini berarti pria itu sedang marah besar.
"Ini pembicaraan antar pria Dila. Kamu tidak perlu ikut campur." Dino melayangkan tunjuknya pada Dila. "Jangan ikuti kami. Diam saja disini. Aku tidak ingin dibantah." Dino menatap tajam. Awas saja Dila membantah perintahnya!
Bara mengikuti Dino dari belakang. Dalam hati Bara bertanya-tanya apa yang akan dibicarakan Dino. Tanpa sepengetahuan Dino maupun Bara, Dila mengikuti mereka dari belakang. Perasaan Dila tak enak, merasa akan terjadi sesuatu. Dila tak ingin Dino menyakiti Bara karena tahu pria itu sedang sakit.
"Berapa kali gue harus katakan? Jangan pernah mendekati ibu dari anak-anak gue." Dino memberi peringatan. "Lo mau jadi perusak rumah tangga orang?"
"Omong kosong apa ini Dino?"
"Gue enggak bicara omong kosong Bar. Lo udah menginjak harga diri gue sebagai seorang pria."
"Why?" Bara angkat bahu. Tak mengerti arah pembicaraan Dino. Bara belum paham apa yang diucapkan Dino.
"Lo masih pura-pura?" Dino geram melihat sikap sok polos Bara. Andai saja bunuh orang tidak dosa mungkin sudah ia lakukan. Bara membuatnya emosi dan cemburu. Dino sadar tak layak cemburu tapi…..
"Jelaskan lebih rinci sama gue. Apa kesalahan gue?"
"Beraninya lo masuk ke dalam kamar istri gue." Dino geram lalu melayangkan bogem mentah ke wajah Bara.
Bibir Bara langsung berdarah kala pukulan Dino mengenai sudut bibirnya. Dino masih tak tahu diri mengakui Dila sebagai istrinya padahal mereka hanya sepupu. Menurutnya mereka sudah bersikap seperti suami istri hanya tak dilegalkan secara hukum.
"Jangan pernah merusak keluarga gue. Anak gue memergoki lo berada di dalam kamar Dila, bahkan dia menyaksikan lo menggoda Dila. Sampai kapan pun gue enggak biarkan lo merusak rumah tangga gue. Kami berlima sudah bahagia dengan kehidupan kami sekarang. Jangan pernah masuk ke dalam hidup kami. Ini peringatan buat lo. Jika lo berani mendekati ibu dari anak-anak gue….."
"Apa yang akan lo lakukan? Bukan gue yang mendekati Dila, tapi dia yang mendekati gue. Diam-diam Dila mengikuti gue." Bara malah menantang Dino. Ia sakit hati tiba-tiba dipukuli. Bara merasa tak menggoda Dila. Menurutnya Dila yang kegatalan karena memata-matainya selama ini.
Keduanya baku hantam saling memukul dan menendang. Wajah Dino babak belur seperti wajah Bara.
"Bara, Dino. Hentikan!" Pekik Dila melerai pertengkaran keduanya. Dila berdiri di tengah-tengah melerai pertengkaran kedua laki-laki itu.
Dino dan Bara tidak mau mengalah. Mereka mau melayangkan tinju namun Dila menjadi tameng. Untung saja keduanya bisa menghentikannya sebelum tinju mereka mengenai wajah cantik Dila.
Dila menangis melihat keduanya bertengkar hebat. Dila mengakui kesalahannya. Ia yang memulai kesalahpahaman ini.
"Please…Jangan bertengkar lagi," pinta Dila terisak tangis.
"Puas lo?" Bentak Bara meninggalkan Dino dan Dila. Pria itu tak terima dituduh mengganggu istri orang.
Dino kecewa pada Dila. Pria itu meninggalkan Dila begitu saja. Tak terima dengan penjelasan Dila. Tak seharusnya Dino marah karena Bara masih suami sah dari Dila. Cinta telah membutakan hatinya sehingga sulit berdamai dengan keadaan. Dino telah memperkeruh suasana. Seharusnya ia menyelesaikan urusannya dengan Rere bukan membuat keributan dengan Bara. Tia pun sudah memberi tahunya jika Rere adik tiri Bara. Tanpa mereka sadari takdir membuat mereka saling terhubung. Dino dan Bara bertukar tempat. Dino menjadi ayah dari ketiga anak Dila sementara Bara menjadi ayah untuk Leon.
Tanpa pamit Dino membawa Hanin, anaknya dengan Ananya dan triplets pulang ke KL. Pria itu masih marah dan meninggalkan Dila seorang di Pangkor Laut Resort.