Pagi telah menunjukkan cakrawalanya. Matahari muncul dengan malu-malu. Langit begitu cerah berwarna biru namun terlihat kelabu di mata Dino. Udara terasa dingin menusuk kulit. Matanya tak berkedip melihat langit. Berharap si jabang bayi melihatnya dari atas.
"Semoga kamu tahu nak jika Baba berduka atas kepergianmu." Dino menyeka air matanya.
Rere mengerjap. Ia membuka mata. Melihat dengan jelas Dino tengah memandang langit biru. Rere mengucek matanya. Entah kenapa masih belum move on. Rasa sakit itu masih terasa dan ngilu.
"Mas," panggilnya pelan pada Dino.
Dino berbalik dan datang padanya, "Kamu sudah bangun?" Dino tersenyum menatap istrinya.
"Sejak kapan Mas bangun?"
"Baru saja?"
"Masih terasa sakit?"
"Sudah tidak lagi. Sudah baikan. Kondisi Mas bagaimana." Rere ingin berdiri.
Dino bergerak cepat menghampiri Rere. Membantu istrinya berdiri seraya memegang infus.
"Kenapa bangun?" Dino mengelus pipi Rere
"Mau pipis." Rere tersenyum.