Mengesalkan Jika Janji Yang Kita Sepakati Menjadi Tertunda. Jika Beberapa Saat Yang Lalu Kencan Mereka Batal Dan Ingin Mendebatnya, Kini Clara Tak Ada Niatan Lagi.
Iya Memilih Rebahan Dikasur. Lagipula Hari Ini Pak Richard Begitu Menyiksanya Dengan Pekerjaan Yang Terus Menumpuk.
Clara Sempat Protes, Tapi Akhirnya Iya Menyerah. Menonton Sambil Rebahan Adalah Pilihan Yang Tepat.
" Clara"
Richard Ikut Duduk Disamping Ranjangnya.
" Maafkan Aku Ya, Janji Besok Kita Kencan".
" Aah, Sepertinya Itu Tak Perlu".
" Memangnya Kenapa?".
" Apa Kau Tak Nyaman, Marah, kah?".
" Aku Tak Marah, Sudahlah Aku Mau Nonton".
" Yaampun, Kau Mengusirku?". Tanya Richard Terkejut.
" Tidak Juga, Aku Hanya Tak Ingin Diganggu, Lagipula Tubuhku Sangat Lelah".
" Clara..." Panggil Richard.
" Apalagi, Iss Kau Ini Terlalu Mengganggu". Jawab Clara Sedikit Kesal.
Richard Yang Melihat Wajah Kesal Clara, Akhirnya Tak Bisa Menahan Bibirnya Untuk Tak Mengecup Benda Kenyal Clara.
Terkejut Dengan Ciumnya Tiba-Tiba, Wajah Clara Merona Hebat.
"Aa...apa Yang Kau Lakukan?".
" Sebentar" Jawab Richard, Lalu Kembali Menyatukan Bibirnya. Kali Ini Iya Melumat Dengan Lembut, Kedua Matanya Ikut Tertutup Saat Melakukan Ciumannya.
Napas Keduanya Terengah-Engah, Lalu Richard Menatap Clara Dengan Yang Tersenyum Karena Malu.
"Pipimu Merah".
Clara Kaku Ditempat.
" Hentikan, Aku Malu".
" Kau Malu, Dan Aku Sangat Suka Wajah Malumu".
" Clara Aku Minta Maaf, Kita Akan Kencan Besok".
" Aah Kamu Tak Salah, Mestinya Kau Yang Minta Maaf. Semua Itu Memang Salahku. Hidupku Memang Seceroboh Ini. Karena Bersamaku Kau Jadi Terimbas. Aku Akan Bertanggung Jawab.
" Besok Aku Yang Akan Bicara Dengan Klien Kita. Kali Ini Aku Berjanji Proyeknya Akan Berjalan Lancar, Setelah Itu Aku Akan Kembali Keapartemenku". Ucapnya Menunduk.
Krukkkk...
Clara Merutuki Perutnya Yang Berbunyi Tidak Tepat Waktu, Berharap Hanya Dirinya Yang Mendengar. Iya Mendongak Perlahan Melirik Richard Bertepatan Dengan Kelopak Mata Itu Terbuka Dan Tatapan Mereka Bertemu.
Tentunya Saja Richard Mendengar!
Sekarang Clara Mendengar Helaan Nafas Dari Clara.
" Aku Juga Lapar, Aku Mau Makan Masakanmu".
Mata Clara Mengerjap Sejenak, Lalu Mengangguk Dengan Percaya Diri. " Ide Yang Bagus Aku Suka Memasak". Ayo Kita Masak, Ajak Clara Semangat.
Richard Hanya Terkekeh, Melihat Tingkah Laku Clara.
Sepertinya Richard Setuju Tentang Wanita Terlihat Seksi Saat Memasak. Raut Wajahnya Yang Serius Memotong Wortel Lalu Membuat Beberapa Bahan Rempah Dan Beberapa Saos Di Atas Wajan Yang Panas.
Ketika Ia Tepat Dibelakang Clara, Tangan Richard Terulur Mengambil Seluruh Rambut Panjang Itu Lalu Menggulungnya Tanpa Ikat Rambut.
Clara Menoleh Ketika Richard Sudah Selesai Dengan Rambutnya, "Kau Apakan Rambutku?"
" Hanya Mengikatnya, Aku Tak Ingin Menemukan Helaian Rambut Di Makananku."
Tangan Clara Yang Bebas Terangkat Memegang Gulungan Rambutnya, "Terima Kasih", Aku Ingin Mengikatnya, Tapi Tak Menemukan Tali Atau Apapun. Ternyata Kau Pintar Juga Mengikat Rambut, Aku Yakin Kau Sering Melakukan Ini Pada Para Wanita Di Luar Sana.
" Apa Di matamu Aku Selalu Bersama Banyak Wanita Semasa Hidupku?" Kenapa Suaranya Terdengar Tidak Terima?
" Aku Hanya Mengatakannya, Kenapa Sekarang Kau Yang Sensitif?" Ucap Clara Pelan.
Richard Menghelakan Nafas Lagi, Sepertinya Ini Efek Dari Lelah Bekerja. Moodnya Belum Benar-Benar Normal. "Dulu Aku Sering Mengikat Rambut Mama Dan Saat Remaja Rambutku Lumayan Panjang.
Aku Tak Pernah Mengikat Rambut Wanita Manapun," Termasuk Jennie Karena Dia Tak Pernah Memanjangkan Rambut, Sambungnya Dalam Hati. "Apa Masih Lama?"
Aku Sudah Sangat Lapar."
Clara Menyicipi Masakannya Menggunakan Sendok Kecil. "Mm, Sudah Selesai!" Ucapnya.
" Hanya Ini?"
" Hanya Ada Dua Bahan Yang Aku Temukan Di Kulkas. Kalau Aku Tak Mau, Ya Sudah Buat Aku Sa..." Richard Mengecup Bibir Clara Agar Berhenti Mengoceh Dan Wanita Itu Hanya Mengerjap Menerima Ciuman Singkat Secara Dadakan.
Richard Mengambil Piring Berisikan Masakan Itu Lalu Membawanya Keruang Tengah, Tak Lupa Richard Menarik Tangan Clara Unguk Mengikutinya.
" Kenapa Tak Makan Di Meja Makan?"
" Aku Terbiasa Makan Sambil Menonton."
Mereka Duduk Berdampingan Setelah Menyalakan Televisi. Clara Melirik Richard Di Sampingnya.
Ia Masih Merasa Bersalah Terlebih Proyek Mahal Yang Tak Jadi Di Kontrak.
" Maafkan Aku.... Kau Tak Akan Marah Lagi Kan?"
Richard Menyipitkan Mata Saat Menoleh Padanya, Lalu Terkekeh Pelan Membuat Alis Ariana Terangkat.
Ia Mengikuti Gerak-GerikRichard, Lalu Mengarahkan Sebuah Roti Lapis Potongan Daging Tadi Pada Mulut Clara.
Ia Refleks Membuka Mulut, Mengigit Dengan Potongan Besar.
" Enak?" Tanya Richard. Clara Mengangguk Sambil Mengunyah Dengan Mulut Penuh.
" Aku Kira Kau Akan Memuntahkannya," Ucap Richard Sambil Mengigit Bekas Clara.
Clara Menyergit Tak Suka, Secara Tak Langsung Richard Menguji Masakan Clara Melalui Dirirnya Sendiri. Jiwa Menyebalkan Richard Kembali.
Apa Itu Artinya Berhasil? Sepertinya Masakan Memang Cara Ampuh Mengembalikan Mood Seseorang.
" Sekarang Kau Memelukku"
Pernyataan Tersirat Bingung Dari Suara arq Yang Teredam, Karena Tengkurap Di Atas Tubuh Berotot Richard Sambil Memeluknya. Iya Merasa Seperti Guling Hidup.
" Lalu?"
Tangan Clara Memainkan Kerah Baju Yang Dikenakan Richard Sambil Merebahkan Kepalanya Di Dada Bidang Itu. Mereka Masih Di Ruang Tengah Menatap Televisi,Tapi Tidak Menontonnya.
Kekenyangan Stelah Menghabiskan Makan Malam Mereka, Dan Sekarang Berbaring Tumpang Tindih Di Sofa.
" Kau Itu Aneh?"
"Aku? Aneh Kenapa?" Tanya Richard Tenang.
" Terkadang Kau Menyebalkan Dan Sekarang Bersikap Manis Seperti Ini Padaku, Tapi Kau Juga Bisa Semenakutkan Tadi. Apa Kau Punya Kepribadian Ganda?"
Richard Terkekeh, "Seharusnya Yang Aku Yang Menyatakan Itu Padamu. Kau Wanita Tak Terduga, Penuh Kejutan Dan Sekarang Aku Tak Heran Lagi.
Memangnya Kau Pernah Bertemu Orang Yang Mempunyai Kepribadian Ganda Sebelumnya?.
Clara Tersentak, Ia Angkat Wajah Menatap Richard Terkejut. " Kau Benar-Benar Mempunyai Kepribadian Ganda Kalau Benar, Berart Ini Pengalaman Pertamaku Menemui Pria Sepertimu.
Aku Pernah Membaca Novel Menceritakan Seorang Pria Berkepribadian Ganda. Aku Sudah Menduganya Bukan Hanya Fiksi, Ternyata Itu Benar Adanya! Antusiasnya.
Pletak.
Jari Richard Menyentil Kening Clara Karena Terlalu Cepat Menyimpulkan Sesuatu. " Ternyata Otakmu Hanya Digunakan Untuk Berhayal." Tak Heran Jika Kau Menganggap Itu Seperti Nyata.
Hasil Penelitian Hanya 0,0001% Termasuk Dirimu!" Nada Merajuk Clara Sambil Mengusap Keningnya Yang Sakit.
"Jadi Kau Tak Percaya Dengan Hal-Hql Seperti Itu?" Ia Kembali Merebahkan Kepalanya.
" Aku Hanya Akan Percaya Jika Menururku Itu Logis."
"Walau Kau Menyebalkan, Tapi Menurutku Kau Terlalu Normal."
" Jadi Menurutmu Aku Harus Tidak Normal Begitu? Aku Tak Mengatakan Tidak Percaya, Aku Hanya Belum Menemui Hal Itu Secara Langsung.
" Bukan Itu Yang Kumaksud, Tapi Cara Pandangmu. Melencenglah Sedikit Agar Lebih Seru. Aku Bertaruh Kau Tidak Menyukai Film Harry Potter.
Kata Ayahku, Berpikir Terlalu Logis Sebagai Jalan Yang Tidak Harus Selalu Kau Lalui. Kau Bisa Mencari Jalan Yang Lain.
Yang Lebih Menyenangkan Dengan Tujuan Sama." Telunjuk Ariana Bergerak Seolah Menggambar Jalan Yang Bercabang Di bahu Richard.