Rena duduk seorang diri di halte, dia menghela napas panjang dan khawatir pada Rean yang sejak tadi nomornya tidak aktif. Ke mana dia? Apa dia benar-benar sudah berada di sekolah? Dia tidak mempunyai nomor telepon teman basketnya, mau nelpon Ryu juga sedikit tidak enak karena meneleponnya pagi-pagi.
Apa lagi sekarang Ryu sudah kelas tiga, kemungkinan dia sedikit sibuk dengan pelajaran yang semakin banyak. Gadis itu juga ingat kalau Ryu sudah jarang datang ke lapangan. Jadi kemungkinan dia tidak tau tentang latihan tambahan di pagi hari.
Rena menyandarkan tubuh dengan mata terus menatap layar ponsel. Berharap kalau Rean menelepon.
"Rena, mau bareng nggak?" teriak seseorang dari depan halte yang membuat Rena mengangkat kepalanya menatap lelaki itu dengan senyuman tipis,
"Ryu? Kenapa lewat sini? Makin jauh dong?" tanya Rena seraya beranjak dari duduknya dan keluar dari halte.