Di sisi lain, Rean yang baru saja mandi kembali melihat kamar Rena yang sudah kembali gelap itu. Apa dia sudah tidur? Apa dia sekarang lagi nangis dan butuh seseorang untuk jadi sandarannya? Pikir Rean menatap kamar itu.
"Semoga lo enggak melakukan hal bodoh, Ren. Lo enggak lagi nangis, kan?"
Rean melangkah menuju kasurnya dan mengambil ponsel yang ada di atas nakas, dia terlalu cemas dengan sahabatnya, pikirannya berjalan ke mana-mana. Dia langsung menelepon Rena, hatinya tampak gusar karena gadis itu tidak kunjung mengangkat teleponnya.
"Angkat dong, Ren!"
Nihil, tak ada jawaban dari Rena. "Apa dia beneran udah tidur?" gumamnya yang sesekali melirik kamar Rena.
Dia melihat jam dinding yang menunjukkan pukul sembilan, kemungkinan dia sudah tidur, tapi kenapa pikirannya membayangkan kalau Rena yang sekarang tengah menangis terisak di kamarnya.
"Enggak apa deh nangis, biar hati lo juga lega, Ren," gumamnya tersenyum. Rean langsung merebahkan tubuhnya di kasur.