"Jangan terlalu banyak mikir, Ren. Masalah yang lo hadapi ini lebih berat daripada masalah orang lain," ujar Rean memotong ucapan Rena.
Rena mengangkat satu alisnya. "Maksud lo? Gue enggak ada masalah—"
"Yakin?"
"Ha? Gue enggak ngerti maksud lo."
"Satu minggu lagi ulangan tengah semester dua, yakin enggak ada masalah? Nilai lo itu turun, Ren. Lo harus memperbaiki nilai. Kedua, Yunbi. Sekarang kita lagi memecahkan masalah Yunbi. Ketiga, bunda lo."
Mendengar nama bundanya yang disebut oleh Rean, seketika Rena kembali menatap ke arah Rean. "Bunda gue? Kenapa? Dia kerja di Singapura, Re!"
Rean menghela napas panjang, sebenarnya dia enggak mau memberitahu masalah ini ke Rena. Namun, dia adalah bunda Rena. Sebagai anak, Rena harus tau masalah ini.
"Re, kenapa diem? Bunda baik-baik aja, kan? Dia enggak sakit, kan?" tanya Rena dengan nada khawatir.
Rean tersenyum dengan memegang pipi kanan Rena lembut. "Tenang aja, bunda enggak sakit kok, dia baik-baik aja."