Chapter 3 – Hari Penghakiman
Jum'at, 24 Mei 2030…Pukul 18.00 malam, Aku… Ryoda Tatsuya kembali bekerja di restoran seperti biasa. Awalnya, saat memulai hari ini…bangun dari tidur…sarapan…aku masih terpikirkan oleh "hal itu". Berjam-jam ku lewati masih dengan perasaan aneh akan hal itu, hingga akhirnya aku berangkat bekerja dan mulai melupakan "hal itu".
"Ya…aku rasa tidak akan terjadi apa-apa…mungkin kami hanya salah lihat, begitu juga dengan Kyoko, dia pasti hanya mengigau" ucap ku dalam hati.
Tanpa memikirkan hal itu lagi, aku melanjutkan pekerjaan ku.
Saat aku mengepel lantai, tiba-tiba dari belakang ada yang merangkul ku.
"Hoi Tatsuya" ucap orang yang merangkulku… Satoru Kusakabe, Dia adalah salah satu pegawai disini, dan posisinya adalah pelayan.
Ya…aku yakin kalian pasti sudah tahu, dia juga merupakan orang yang ku benci. Pria ini memiliki sifat yang mudah berteman dan sok akrab, sangat bertentangan dengan kepribadian ku…karena itulah aku membencinya.
"Hoi Tatsuya…kamu punya pacar gak?" dengan nada sok akrab dia bertanya pada ku.
Aku berpikir, lagi-lagi pertanyaan ini muncul…mengapa mereka selalu bertanya mengenai "pacar". Ahhh…aku menjadi muak tetapi aku tidak bisa mengungkapkannya.
"Tidak" jawab ku datar.
Ternyata manusia ini malah menanggapi jawaban datar ku sebagai kesedihan.
"Heiii…jangan sedih begitu dong...tidak apa apa…aku yakin suatu saat kamu akan memiliki pacar" balas dia dengan gembira.
"Hei Manusia!!!…aku tidak sedang bersedih dan aku tidak membutuhkan seorang pacar" Ucap ku dalam hati dengan nada jengkel.
"Bagaimana jika dunia kiamat dan kamu masih belum memiliki pacar?...ini sungguh gawat!" lagi-lagi makhluk itu berkicau dengan sendirinya.
"ahh…diamlah wahai makhluk fana" ucap ku dalam hati.
Dia kemudian menepuk bahu ku dan pergi…entah mengapa tepukan itu serasa seperti ia sedang sangat kasihan kepada ku. Setelah dia agak jauh, aku menghela nafas dan melanjutkan pekerjaan ku.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 malam…karena pelayan yang lain sedang sibuk melayani pelanggan lain, aku pun membantu untuk melayani pelanggan. Ketika hendak ingin menanyakan pesanan pelanggan…tiba-tiba terdengar suara teriakan Kyoko dari arah dapur kemudian disusul dengan suara auman yang sangat besar dari arah luar. Semua orang dalam restoran terkejut dan terdiam termasuk diriku.
"Suara apa itu?", "Apa yang terjadi?", "eh…", "ibu…itu suara apa?" suara-suara pelanggan yang terlihat mulai panik.
Entah mengapa, tubuh ku kemudian bergerak dengan sendirinya dan berlari kearah dapur. Kudapati Kyoko tidak ada disana dan pintu belakang sudah terbuka. Tanpa memikirkannya lagi, aku tau bahwa Kyoko pergi lewat pintu itu. Aku mengejarnya hingga ke pantai.
Sesampainya di pantai, ku melihat Kyoko sedang berdiri mematung menghadap pantai dan menunjuk kearah lautan luas.
"Apa yang sedang ia lakukan" gumamku.
Aku kemudian menghampirinya…kudapati tatapan mata Kyoko begitu kosong. Tiba-tiba terdengar lagi suara raungan besar itu…namun kali ini berbeda, tidak hanya suara saja…dengan mata kepala ku sendiri, aku melihat makhluk besar itu muncul dari permukaan laut dan mengeluarkan suara auman lagi yang sungguh besar hingga terdengar diseluruh kota ini.
"Apa itu… naga…yang kami lihat beberapa hari yang lalu?" gumam ku dengan muka yang pucat.
Tanpa pikir panjang, aku langsung menarik tangan Kyoko dan berlari menjauh dari pantai. Menuju ke restoran dan memperingati yang lain untuk segera pergi menjauh dari kota ini sebisa mungkin. Semua orang panik dan berlari. Harta benda sudah tidak penting lagi, nyawa adalah yang terpenting.
Tak berapa lama setelah itu, 3 pesawat tempur militer terbang melintas kearah kami dan menembaki makhluk itu, namun itu sia-sia…tak ada luka sedikit pun yang makhluk itu terima, dan malahan semua serangan hanya membuat makhluk itu marah. Seperti ledakan kembang api besar, 3 pesawat itu hancur hanya dengan sekali semburan api dari mulutnya.
Aku heran…padahal dia naga yang muncul dari air, tapi ternyata dia bisa mengeluarkan nafas api dari mulutnya.
Monster itu semakin mendekat kearah sini, sesampainya di dekat pantai…ia kembali menyemburkan nafas apinya yang melintas di atas kami dan mengarah ke gunung…dalam sekejap gunung itu hancur lebur tanpa sisa. Semua orang menjadi semakin panik dan kacau. Orang - orang menjadi hanya mementingkan nyawa mereka sendiri, bahkan ada seorang ibu yang tega meninggalkan anaknya dan terus berlari. Ya…ini memang sifat alami manusia yaitu keegoisan yang hanya mementingkan diri sendiri…melihat itu membuat ku menjadi semakin membenci orang-orang.
"Kyogoro-san, bawa Kyoko menjauh sejauh mungkin dari sini…,aku akan segera menyusul kalian" ucapku pada Kyogora-san.
Kyogoro-san mengiyakan permintaan ku dan membawa Kyoko menjauh. Aku yang hanya dengan modal nekat…berlari kearah paling belakang menuju anak yang ditinggalkan itu dan memeluknya.
"hei nak…jangan menangis…sekarang sudah tidak apa-apa…kakak akan membawamu ketempat yang aman…" ucapku menenangkan anak itu.
Namun sialnya…monster itu melihat kearah kami berdua dan bersiap untuk menyemburkan nafas api ketiganya.
"Aaahhh….sial…inikah akhir dari ku dan anak ini…padahal anak ini masih kecil dan memiliki masa depan yang harus ia hadapi…maafkan aku nak…kakak tidak bisa menyelamatkan mu…kakak berjanji akan bersamamu hingga akhir". Ucap ku dalam hati dan tersenyum sambil memeluk eratnnya.