Chapter 31 - Percaya?

Memikirkan hal itu, Dina Baskoro sedikit takut dan berkata dengan pelan, "Teddy, aku ... Aku ingin tidur denganmu malam ini, bisakah kamu kembali ke kamar dan menemaniku?"

Namun, Teddy Permana yang mendengar permintaan itu, tersenyum kecut, "Dina Baskoro, sebenarnya kamu tidak perlu terlalu mempermalukan diri sendiri."

Dina Baskoro sedikit bingung dengan ucapan Teddy, dan bertanya padanya, "Teddy, aku tidak mempermalukan diriku sendiri, apa maksudmu mengatakan itu?". Teddy Permana lalu berbalik untuk melihat bahwa Dina ternyata masih bertahan dan tidak bisa menahan marah, berkata dalam hati.

"Jelas tidak ada aku di hatimu, kenapa kamu masih berpura-pura selugu ini? Kenapa bertindak seperti ini? Aku tidak mau ditipu seperti ini lagi!" Tiba-tiba, wajah Teddy Permana menjadi semakin muram, dan melangkah mendekati Dina.

_ _ _ _ _ _

Dina Baskoro dipaksa mundur selangkah demi selangkah saat Teddy Permana mendekatinya dan hatinya tiba-tiba menjadi gugup tanpa bisa dijelaskan.

Teddy Permana, tampak marah dan ekspresinya muram sekali.

"Teddy Permana, kamu baik-baik saja? Aku, aku hanya berpikir aku tidak bisa tidur tanpamu, jadi aku ingin kamu menemaniku malam ini." Dina Baskoro dengan suara rendah.

Tetapi segera setelah itu, Dina Baskoro tiba-tiba merasakan tangannya terasa sakit.

Teddy Permana mencengkeram kedua tangan Dina dengan kuat, dan mendorongnya ke panel pintu belakang dan membantingnya.

Dina merasakan rasa sakit dari sebuah benda tumpul di belakang punggungnya dan dia melihat seluruh tubuh Teddy Permana didepannya saat itu mencoba menekan tubuhnya, dan matanya sepertinya terbakar dengan api yang mengerikan.

"Dina Baskoro, kapan kamu akan berhenti berpura-pura?" Kemarahan dalam nadanya terdengar sangat jelas di telinga.

Dina Baskoro terkejut karena Teddy Permana sangat marah kali ini, dan dia sangat marah!

Tapi kepala Dina Baskoro kosong. Tidak bisa berpikir dengan jernih dan kebingungan dengan pertanyaan Teddy barusan, "Apa maksudnya berpura-pura?"

"Bagaimana Teddy Permana bisa mengatakan hal seperti itu? Apa yang membuatnya sangat marah?" Dina Baskoro sama sekali tidak tahu apa yang sudah membuat marah Teddy Permana saat itu.

Jadi, Dina hanya bisa merendahkan suara dan berkata dengan ketakutan, "Teddy Permana, aku benar-benar tidak mengerti apa yang kamu bicarakan, ada apa denganmu?"

"Masih berpura-pura!"

Teddy Permana merasa emosi di dalam hatinya semakin menjadi-jadi, lalu mengulurkan tangan dan memegang dagu Dina Baskoro, nadanya terdengar kejam, "Ada apa? Beberapa hari yang lalu, kamu merasa mual jika dekat denganku, tetapi hanya dalam semalam kamu menjadi berinisiatif untuk selalu dekat denganku, lalu kamu juga memasak untukku. Dina Baskoro, kamu benar-benar mengira aku tidak dapat melihat perubahan besar dalam dirimu?!"

"Atau, kamu menganggapku bodoh di matamu, lalu membiarkan kamu bermain-main dengan perasaanku. Menipu sesuka hati?!" Pada kata yang terakhir, Teddy Permana mengeraskan suaranya dan membuat Dina Baskoro terkejut.

Namun, Dina Baskoro akhirnya mengerti, ternyata Teddy Permana masih belum mempercayainya. Semua niat baik Dina Baskoro selama ini memang dilakukan untuk Teddy Permana.

Dan Dina Baskoro melihat langsung ke matanya, "Teddy Permana, bagaimana aku bisa membuat kamu mempercayaiku?"

Percaya? Teddy Permana mencibir. Dia tidak mau menggunakan kata itu lagi!

"Cukup, tidak perlu mengatakan kata-kata yang terdengar tinggi seperti itu lagi. Apa tujuanmu sebenarnya? Jangan mainkan tipuan seperti ini lagi!"

Teddy Permana menatap Dina dengan marah, mengingat puisi cinta di buku catatan yang tadi dibacanya dan penolakannya untuk mengaku bersalah. Ada rasa sakit yang membara di hati Teddy Permana.

Dina adalah satu-satunya wanita dalam hatinya dari awal sampai akhir, tapi ternyata Dina tidak pernah melupakan orang lain.

Untuk sesaat Teddy Permana merasa sudah menipu dirinya sendiri! Teddy Permana tidak bisa menahan dirinya menggenggam tangan Dina Baskoro lebih kuat.

Dina Baskoro merasakan rasa sakit di tangannya, tetapi dia tetap teguh dan menatap mata Teddy Permana.

"Teddy Permana, aku bersumpah aku benar-benar tidak pernah mempermainkanmu. Apa yang bisa membuatmu percaya padaku?"

Dina sebenarnya mengakui bahwa dia telah melakukan banyak kesalahan yang telah menyebabkan Teddy Permana tidak lagi percaya pada dirinya.

Tapi itu dulu dan sekarang dia bukan lagi Dina Baskoro yang sama di masa lalu. Dia telah dilahirkan kembali. Dan ingin menebus segala kesalahannya di masa lalu. Dina hanya ingin membalikkan takdirnya dan mencintai Teddy Permana dengan sepenuh hati.

Jika tidak, tidak ada lagi yang bisa dilakukannya.

Teddy Permana mencibir ketika mendengar kata-kata Dina, "Kamu tidak mempermainkanku? Dina Baskoro, apa yang kamu pikirkan dalam hatimu, apakah menurutmu aku tidak tahu?"

Setelah berbicara, Teddy Permana mengulurkan jari telunjuknya dan menunjuk Dina Baskoro tepat di dadanya, "Kamu jelas menyembunyikan orang lain di sini, tapi kamu sombong di depanku, memohon kepadaku."

"Kenapa, menurutmu kamu mencoba mengakomodasi aku dalam segala hal akan membuatku mentolerir kesalahanmu? Dan pada akhirnya aku tidak dapat menahanmu untuk pergi dan membiarkanmu kembali ke Budi Gumelar? Membiarkanmu pergi bersamanya dan akhirnya menikah?"

Teddy Permana mencibir dengan nadanya yang tiba-tiba berubah, "Sudah kubilang, kamu sedang bermimpi!"

Dina Baskoro tercengang dan kemudian merasakan atmosfer mencekam disekitar menyelimutinya!

Tapi Dina Baskoro masih mencoba bertahan, mengatupkan giginya dan menolak untuk membiarkan ketakutannya menang. Pasti ada kesalahpahaman saat ini. Dan Dina hanya ingin menjelaskan yang sebenarnya.

Merasakan penolakan Teddy Permana saat itu membuatnya berpikir dengan enggan.

Dan sayangnya semua sudah terlambat.

Teddy Permana menggigit bibir Dina dengan keras dan Dina Baskoro merasa kesakitan. Ciuman Teddy Permana terlalu kuat dan membuat Dina tidak bisa bernapas dengan baik. Pikiran Dina melayang entah kemana di setiap kecupan Teddy Permana, di setiap hembusan nafasnya. Tapi kali ini berbeda, kecupan kali ini adalah sensasi baru yang tak pernah Dina rasakan sebelumnya.

Dina Baskoro terengah-engah dan ingin melawan, tetapi tidak bisa mendorong tubuh Teddy Permana menjauh.

Pada akhirnya, Dina tidak punya pilihan lain, Dina Baskoro lalu menggigit bibir Teddy Permana, dan kemudian mencoba untuk mendorongnya menjauh.

"Teddy Permana, ada apa denganmu! Apakah ada salah paham? Apa yang telah aku lakukan hingga membuatmu begitu marah seperti ini? Jelaskan!" Dina Baskoro bertanya dengan keras.

Namun, karena bibir Teddy Permana berlumuran darah, dia merasa marah dan tidak bisa mendengar apa-apa dari ucapan Dina Baskoro.

Tiba-tiba, Teddy melepas pakaian yang dikenakan Dina Baskoro dengan kasar.

Dina Baskoro terkejut, "Teddy Permana! Jangan, jangan lakukan ini..."

Teddy Permana tiba-tiba menghentikan gerakannya saat mendengar kata-kata barusan, matanya yang muram itu menatap langsung ke mata Dina yang sudah berair, nadanya penuh dengan ejekan. "Kenapa? Takut?"

Dina Baskoro sangat ketakutan karena perlakuan Teddy Permana saat itu yang sangat kasar dan membuat matanya merah dan dia tidak bisa berhenti gemetar.

Tetapi setelah memikirkan beberapa saat, Dina mencoba tetap kuat dan berkata, "Tidak takut."

Teddy Permana mendengus dingin, suaranya tanpa emosi, "Baiklah, ini yang kamu minta kan!" Setelah mengucapkan kata - kata itu, Teddy Permana langsung memeluk Dina Baskoro dan kemudian kembali ke kamar setelah beberapa langkah, memperlakukannya dengan kasar. Dina Baskoro dilempar ke tempat tidur dan tidak memberinya kesempatan untuk melawan.

Akhirnya, Teddy Permana masuk ...

Dina Baskoro menutup bibirnya dengan erat menahan sakit, tubuhnya seperti robek dan semua tulangnya hancur. Perasaannya dipenuhi dengan perasaan dimana saat ini mati saja jauh lebih baik.

Kecuali rasa sakitnya saat itu, tidak ada lagi yang bisa dirasakan oleh Dina Baskoro. Tidak ada yang bisa Ia lakukan. Selain merasa kesakitan. Hanya kesakitan saja…