Chereads / Kepingan Sayap Memori Penuh Dendam / Chapter 3 - Ingin Memutus Hubungan Pernikahan, Tapi..

Chapter 3 - Ingin Memutus Hubungan Pernikahan, Tapi..

Dina Baskoro mengeluarkan telepon dan melihat jam, menebak-nebak dalam pikirannya bahwa Teddy Permana harusnya ada di kantor sekarang.

Begitu memikirkan itu, Dina Baskoro meminta pengemudi untuk berbalik.

Beberapa menit kemudian, Dina Baskoro berdiri di depan sebuah gedung perkantoran.

Melihat ke atas ke lantai atas gedung yang menjulang tinggi, di bawah matahari, lapisan kaca bangunan luar bangunan memantulkan cahaya yang menyilaukan membuat Dina Baskoro menyipitkan matanya.

Pria itu ada di kantor pimpinan utama. Ruangan nya berada di lantai paling atas.

Dina Baskoro masuk ke lobi dan langsung menekan tombol lift eksklusif, yang hanya orang-orang tertentu yang boleh menggunakannya. Seseorang di lobi mengenali identitas Dina sekarang, jadi tidak ada yang berani menghentikannya.

Dina lalu sampai di lantai paling atas. Saat Dina keluar dari lift, seseorang asisten kantor, bernama Rahmi terkejut melihat Dina Baskoro datang kekantor.

"Ibu Dina? Maaf, ini sudah waktunya untuk mengganti namamu menjadi Ibu Permana. Maaf Ibu Teddy, mengapa kamu ada di sini?"

Rahmi segera berdiri, sedikit gagap karena terkejut.

Ada yang harus diketahui, bahwa Dina Baskoro di masa lalu tidak pernah mau repot-repot datang ke kantor tempat Teddy bekerja, dia juga mengatakannya secara pribadi.

Setiap kali Dina datang ke kantor, dia akan membuat masalah. Karena itu, Rahmi sedikit takut pada wanita ini.

Dina Baskoro jelas ingat hal-hal brengsek yang dia lakukan sebelumnya.

Tapi sebenarnya Rahmi selalu memperlakukannya dengan baik di kehidupan sebelumnya, karena itu Teddy Permana juga sangat membelanya.

Tapi Dina sangat tidak menyukai Rahmi. Sekarang Dina memikirkannya, membuatnya merasa sangat bersalah. Hingga akhirnya saat ini sikapnya berubah menjadi lebih baik, lalu bertanya pada Rahmi, "Apakah Pak Teddy Permana ada?" Rahmi jelas terkejut dengan situasi ini, seolah dia tidak terbiasa dengan perubahannya.

Namun, Rahmi langsung menjawab dengan cepat, "Bapak pimpinan sedang ada rapat saat ini."

Dina Baskoro mengangguk, "Kalau begitu saya akan masuk dan menunggunya, terima kasih." Dina lalu masuk ke ruangan Teddy Permana.

Rahmi terdiam untuk beberapa saat, Rahmi hampir curiga bahwa wanita itu mungkin telah meminum obat yang salah.

Tetapi Rahmi segera tersadar dari lamunannya dan buru-buru menyajikan Dina Baskoro dengan teh dan makanan ringan, karena takut Dina akan bosan menunggu lalu mempersulit orang lain.

Tiga jam kemudian setelah rapat, Teddy Permana kembali ke lantai dimana ruangannya berada, dia mengerutkan kening saat melihat ke arah Rahmi yang terlihat gugup dan ragu-ragu untuk berbicara.

Di sofa yang luas yang biasa digunakan jika ada tamu datang, Dina Baskoro sedang berbaring telentang, melihat-lihat majalah yang ada di bawah meja kaca, terlihat sangat tidak nyaman.

Kening Teddy Permana semakin berkerut heran, dan kata-katanya terdengar sangat dingin saat melihat Dina di ruangannya "Mengapa kamu di sini? Ada apa?"

Dina Baskoro meletakkan majalah di tangannya dan duduk, dan menatap Teddy Permana. Tidak bisa berpaling dari wajahnya.

Bentuk tubuh Teddy yang tinggi, postur yang mantap dan kuat, dan setelan jas lurus membuatnya terlihat sangat luar biasa. Ekspresi wajah yang tenang, bibir tipis yang ditutup rapat, dan alis sedikit mengernyit, dan bahkan tampilan Teddy yang sedang bingung saat itu terlihat sangat menggoda bagi Dina.

Dina Baskoro mengabaikan aura tidak nyaman yang ada di sekitarnya. Tidak peduli seberapa menarik pria itu memandangnya, tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa Teddy Permana memang terlihat sangat menawan.

Dina Baskoro tidak dapat menahan diri untuk tidak mengutuk dirinya sendiri, apakah dia buta pada waktu itu? Mengapa dia begitu ingin meninggalkan pria yang sempurna seperti ini? Sangat bodoh.

"Tidak bolehkah aku datang jika tidak ada yang salah? He he, ini sudaj tengah hari, mari kita makan siang bersama." Dina Baskoro tersenyum dengan manja dan memeluk lengannya.

Wajah Dina yang tersenyum semakin dekat dan dekat ke arah wajah Teddy Permana membuatnya mengerutkan kening. Teddy Permana tidak pernah melihat Dina bersikap aneh tidak seperti biasanya, dan berkata dengan sinis, "Makan siang? Untuk apa? Bukankah kamu ingin memutuskan pernikahan ini? Kalau begitu aku akan katakan sekarang, kamu harus memikirkannya lagi! Aku menyarankanmu untuk menghilangkan ide itu secepat mungkin!"

Dina Baskoro tercengang dengan nada bicara yang dingin dari Teddy Permana, dia sangat terdengar sombong saat berbicara. Dina tidak bisa menahan fitnah itu, karena itu memang benar. Jadi, tidak heran pria ini memiliki pemikiran dan kata-kata seperti itu. Namun, Dina tidak mau menyalahkan diri masa lalu.

Dina Baskoro mencoba tidak terganggu dengan kata-kata Teddy barusan dan masih dengan senyuman di wajahnya berjalan beberapa langkah mendekati Teddy dan berinisiatif untuk memeluk leher Teddy Permana, Dina memeluk Teddy seperti seekor koala yang sedang memanjat pohon. Sambil tersenyum Dina berkata, "Baiklah aku tidak akan putuskan pernikahan! Aku ingat apa yang kukatakan waktu itu. Tapi, apakah kamu ingin pergi makan siang denganku? Jika kamu tidak mau, aku akan membuat janji dengan Budi saja." Begitu Dina mengatakan itu, ekspresi Teddy Permana yang sinis tiba-tiba tenggelam, berganti dengan ekspresi cemberut yang samar-samar seperti cemburu.

Dina Baskoro menatap mata Teddy, dan tubuhnya diguncang oleh hawa dingin tanpa sadar.

Tujuan Dina datang ke sini adalah memang untuk menemui pria yang ada di depannya ini. Tapi tidak ada salahnya metode radikal digunakan, tidak ada alasan untuk menyerah di tengah jalan. Terlebih lagi, Dina akan melakukan cara yang tidak dia lakukan di masa lalu.

Tidak heran, semua telah dipersiapkan Dina dengan baik, dia harus datang selangkah demi selangkah, dimulai dengan mendekati Teddy Permana. Tidak peduli metode apa yang harus digunakan, hubungan antara keduanya harus lebih baik sekarang.

Dengan pola pikirnya itu, Dina Baskoro tidak punya pilihan selain menggigit leher Teddy Permana dan terus menempel di lehernya, hingga ada jawaban.

Teddy Permana menyipitkan matanya dan menatap Dina dengan dingin, Teddy benar-benar tidak mengerti trik apa yang sedang dimainkan Dina saat ini.

Setelah beberapa saat, Teddy melepaskan lengan Dina dengan lembut, lalu berbalik dan mengambil kunci mobil dari meja dan berjalan keluar lebih dulu, sambil bertanya, "Apa yang ingin kamu makan?"

Dina Baskoro tersenyum bahagia ketika Teddy setuju, justru sekarang lebih banyak tersenyum, dan mengikuti Teddy berjalan dari dekat, dan semakin mendekat lalu memegang tangan Teddy, "Aku tidak tahu harus makan apa, tolong bantu aku memilih."

Teddy Permana mengerutkan keningnya sedikit, dan berhenti berbicara, Teddy mencoba menekan tangannya sedikit dan menepis tangan Dina.

Dina Baskoro melihat Rahmi berdiri di dekat pintu, lalu mencoba mendekati Rahmi dan meraih lengan Rahmi.

Mata Teddy Permana yang memperhatikan itu, kemudian menarik tangan Dina ke belakang dengan tangannya dan meletakkannya kembali di lengannya lagi.

Dina Baskoro tertawa diam-diam melihat kejadian itu, meskipun pria ini memiliki ekspresi yang sangat dingin di wajahnya, ternyata juga masih memiliki kelembutan dalam hatinya. Dina percaya bahwa suatu hari, dia akan bisa menaklukkan Teddy.

Melihat gerakan mereka berdua yang tiba-tiba, Rahmi hanya diam saja. Butuh waktu agak lama sebelum Rahmi kembali dari lamunannya, jadi saat ini Rahmi hanya menikmati interaksi intim antara mereka berdua. Padahal dulu, Dina Baskoro sama sekali tidak mau dekat dengan Teddy Permana, apa yang terjadi sekarang?