Chereads / Dolce! / Chapter 2 - LHS Chapter 2

Chapter 2 - LHS Chapter 2

"Masa Lalu (2)"

Hari setelah kejadian itu terjadi, Tera bersiap menuju ke Sekolah Reva, memakai jas hitam, anting kecil di telinga putihnya, dan rambut hitamnya sepanjang dada yang digerai. Tera mengecup Dahi kecil Reva yang masih kritis keadaannya di Rumah Sakit. "Kakak pergi dulu, ya," ucapnya dalam hati. Tera pun bergegas pergi menuju Sekolah Reva dengan mobilnya.

Sampai di sekolah, Tera disambut oleh wali kelasnya dan dia diberitahu kalau sekolah sudah mengumpulkan semua murid kelas 5 sampai kelas 6 di Aula. Tera langsung diantar menuju Aula dan badan tegap, seperti siap menuju pertempuran.

[Baiklah, anak-anak, apa udah semuanya di aula?] tanya guru kepada murid yang di aula

.

"Sudah," jawab semua muridnya.

[Jadi bapak ingin memberitahu alasan karena mengapa kalian semua kelas 5 dan kelas 6 untuk berkumpul di aula, sebenarnya ada seseorang yang ingin bertemu kalian dan bertanya tentang beberapa hal kepada kalian. Jadi pastikan kalian jawab yang jujur, kalau bohong nilai kalian semua akan dikurangi, lalu dihukum dan kalau yang jujur setiap pelajaran nilai akan dinaikan lima poin, oke?] bujuk guru tersebut.

"Harus jujur berarti, biar nilainya bisa naik," jawab para murid dengan excited-nya.

[Kak Tera, silahkan masuk] Tera pun masuk ke dalam aula dengan gagahnya, demi adiknya, dia pasti akan melakukannya. Salah seorang guru memberikan sebuah mic kepada Tera. Tera maju kedepan dengan memegang sebuah mic. Kemudian, para guru mengawasi gerak-gerik para murid dan menjaga pintu aula supaya tidak ada yang bisa keluar-masuk pintu aula.

[Oke, Selamat Pagi, semuanya!]

"Pagi,"

[Perkenalkan nama kakak, Tera Termania 'Termanto', panggil saja kak Tera. Kakak disini cuma mau nanya beberapa pertanyaan doang, engga apa-apa, kan?] Para murid tidak ada yang menyadari bahwa nama belakang Reva dan Tera itu sama dan membuat rencana Tera berjalan sesuai rencananya. Nama "Termanto" adalah nama keluarga dari ayah, jadi semua anggota keluarga Termanto, dibelakang namanya selalu ada nama keluarga karena itu sudah menjadi tradisi dari dulu.

"Engga apa-apa, kak,"

Tera pun tersenyum, [Jadi kakak mau nanya, pertama kakak akan kasih tau satu hal, yaitu Reva tidak lah baik-baik saja. Dia masih berbaring di rumah sakit, apa yang di katakan oleh guru kepada kalian itu semua bohong. Lalu pertanyaannya, diantara kalian apa ada yang tahu siapa yang membuat rumor buruk tentang Reva?] Pertanyaan Tera membuat para murid terdiam sejenak dan malah menundukkan kepala mereka, tetapi ada satu murid yang menunjuk tangannya.

[Kamu tahu siapa? Jangan tegang cukup jawab saja dengan jujur]

"Soal rumor itu kami tidak tahu siapa, kak, rumor itu tiba-tiba ada, lalu saat awal munculnya rumor mulai banyak membicarakannya," jawab murid yang menunjuk tangannya. Tetapi ada satu seorang cewek yang berbicara sesuka hati dan tidak takut dengan Tera.

"Maaf, kak, bolehkah kakak bertanya pertanyaan lain, selain tentang si Reva?"

[Nama kamu siapa? Kelasmu?]

"Putri Cahya Lestari kelas 6-D, kak,"

[Oke, Putri, kakak akan kasih tau kenapa kakak bertanya tentang Reva. Kamu dengar tidak nama lengkap kakak itu apa?] tanya Tera sambil menatap Putri dengan tajam tetapi tersenyum.

"Dengar, kak, nama kakak adalah kak Tera Termania Termanto,"

[Lalu, kamu tau nama lengkap Reva?]

"Nama lengkap Reva? Kalau engga salah ingat, nama Reva itu, Reva Alvina Termanto, lalu?" sayangnya Putri masih belum menyadari nama belakang yang sama. Tera sedikit terkikih kecil dengan respon Putri yang masih belum menyadarinya.

[Dek, bukankah aneh kalau nama belakang kami sama?] Tera mencoba menekannya.

"...Termanto...," Seketika Putri terkejut dan panik. Dia merasa sesuatu hal yang buruk akan menimpanya.

[Ya, Saya adalah kakak kandung teman kalian yang sedang kritis berada di rumah sakit karena terjatuh dari tangga yang masih dibangun] Para murid tercengang dengan yang sebenarnya, termasuk Putri. Putri langsung terlihat pucat mukanya dan Tera terus memperhatikannya. Tera tahu mungkin dia sedikit kejam berperilaku seperti ini, tapi mau bagaimana lagi kejadian yang menimpa adiknya ini harus di tindak secara langsung.

[Karena kalian sudah tahu, jadi saya akan berbicara secara langsung. "Siapa yang menjatuhkan adik saya dari tangga yang masih di bangun?" walaupun kalian masih SD, saya tidak akan segan. Karena kelakukan kalian sudah kelewat batas. Beberapa minggu lalu, adik saya, Reva ingin melakukan bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perutnya, tapi untung hal itu tidak terjadi. Kemudian, kemarin kalian membuat adik saya hampir meninggal lagi. Jadi, saya ingin kalian tunjuk tangan bagi yang sudah melakukan kekerasan kepada adik saya. Kalau tidak suka ya sudah tidak suka. Apa orang sini senang melakukan dengan kekerasan?] Para murid mulai ketakukan dan suasana menjadi tegang dan sunyi, karena bagi mereka tidak ada yang tahu kalau akan terjadi seperti ini.

Seri pun berdiri dan berjalan ke arah Tera, "Kak yang ngebully Reva, semua anak murid kelas 6-D, terutama Putri. Kemarin dia yang mendorong Reva jatuh dari tangga itu," jawab Seri dengan tegas. Muka Putri langsung benar-benar pucat dan ketakutan setengah mati.

"B-Bukan saya, kak, saya mana mungkin membully Reva, apalagi menjatuhkan Reva. Jangan percaya, Seri, kak. Dia kadang suka berbohong,"jawab Putri dengan gagap. Tera langsung menatap tajam ke arah Putri dalam sesaat dan itu semakin menekan Putri.

"Bukankah kamu yang menyuruh temanmu untuk menahanku supaya aku tidak menolong Reva, saat kamu ingin mengunci dan menyiram Reva di kamar mandi, saat kau menyuruh teman laki-laki mu untuk membuang tas Reva ke tong sampah, aku lihat dengan mata kepalaku sendiri, tangan dan badan Reva diinjak-injak, dan kau selalu menahan ku. Dan terakhir, di saat kau mendorong Reva untuk jatuh dari lantai, kalau kau tidak menarik tanganku, aku pasti bisa menyelamatkan Reva, KAU TAHU. Bahkan Reva lebih baik daripada kau yang menggunakan dada besarmu untuk menggoda para lelaki untuk membantumu membullynya!!" Kesal Seri, dia sudah cukup menahan semua amarahnya karena Reva menahannya. Para guru, Tera dan muridnya lainnya mendengar semua kelakuan buruk Putri dan teman-temannya terbongkar. Semuanya mulai membicarakan tentang Putri.

[Putri dan teman-temannya, kalian sungguh beruntung masih SD, kalau kalian sudah SMP atau SMA, saya bisa saja tuntut kalian kepihak kepolisian. Tetapi karena masih SD kelas 6 saya tidak akan melakukannya. Tapi, pak kepala sekolah, saya ingin bapak mendrop out mereka dari sekolah ini jadi saya harap bapak segera menyiapkan surat drop out untuk mereka dengan alasan pembully-an dan percobaan pembunuhan, lalu saya ingin mereka datang kerumah sakit untuk menjenguk dan meminta maaf kepada Reva bersama orang tua mereka. Tenang saja, tidak akan ada masalah yang buruk terjadi jika alasannya seperti itu. Saya akan menunggu mereka di drop out. Terakhir, jika kalian ingin membully Seri karena dia sudah memberitahu semuanya, maka jangan lupa nyawa kalian ada di tangan kakak cantik ini. Untuk Putri, kalau kamu pintar gunakan otak jangan tubuh. Terimakasih dan sekian. Pak Bu, saya mau kembali ke rumah sakit] Pak kepala sekolah tidak bisa berbuat apa-apa, karena bapak itu tahu kalau Tera sudah merekam semuanya dan jika Tera berkemauan memposting ke media sosial dan melaporkan ke pihak kepolisian, maka harga diri sekolah sekaligus harga dirinya akan runtuh, dan Kejadian terburuknya dia bisa saja di pecat dari pekerjaannya.

Tera kembali ke rumah sakit untuk menjaga Reva, sedangkan Winka, kakak kedua Reva disuruh untuk menjaga rumah. Sampai di rumah sakit dia berjalan ke ruangan Reva dengan membawa satu keranjang buah, "kak Tera pulang, Reva," ucapnya dengan tersenyum tipis. Dia membuka jas hitamnya dan mengupas buah apel yang ada di keranjang buah yang dia bawa. "Reva, cepatlah bangun oke," dia menatap Reva dengan muka dan nada sedih.

...Adikku yang malang...

Lima bulan setelahnya, Reva masih belum juga terbangun dari kritisnya dan keadaannya masih sama seperti dua bulan sebelumnya. Tera yang masih kuliah, memilih cuti sementara sampai Reva terbangun. Sampai dimana kejadian Reva mulai membuka matanya saat jam 12 malam, dia membuka matanya dan melihat Tera yang sedang tidur di Sofa. Tapi sayangnya Reva sudah tidak mengenal Tera, tidak mengingat semuanya, nama, keluarga, teman, dan dirinya sendiri, kalimat yang pertama dia ucap adalah "Ini dimana? Perempuan yang tidur disofa siapa? Siapa aku?" walaupun sesaat dia kembali tertidur, terbangun lagi saat matahari terbit. Dia mencoba untuk duduk tetapi tubuhnya sangat kaku mungkin sudah lama dia tidak menggerakkan badannya dan selang pernapasan di hidungnya, jadi dia kembali untuk tiduran dan menatap cerahnya langit pagi dari jendela dekat kasurnya ditemani suara EKG.

Tera yang mulai terbangun dari tidurnya, melihat Reva sudah membuka matanya. Dia terkejut sekaligus panik, dan berteriak memanggil nama Reva, tapi Reva tidak merespon Tera dan hanya terdiam.

"Syukurlah kamu udah sadar, bentar akan aku panggilkan dokter dulu," girang Tera dan bergegas menemui dokter untuk memeriksa keadaan Reva. Reva menoleh ke arah Tera yang keluar dari ruangannya.

Siapa wanita itu? Dia memanggilku dengan sebutan Reva, apa Reva namaku?, pikir Reva.

Tidak lama kemudian, dokter pun datang untuk memeriksa Reva. Lalu, hasilnya Reva sudah pulih tapi belum pulih total, patah tulangnya juga sudah pulih hanya saja tidak bangun selama lima bulan membuat tubuh Reva jadi kaku. Jadi Reva bisa membutuhkan waktu selama setahun untuk sembuh total. Tera langsung menghubungi ayah, ibu Reva, dan Winka untuk memberitahu kalau Reva sudah sadar. Mereka pun senang dan dengan cepat mereka menuju rumah sakit.

"Maaf, bolehkah saya tahu, nama anda siapa ya?" tanya Reva yang sedikit bingung, pertanyaan Reva membuat hati Tera sakit tetapi tertutupi dengan senyuman tipisnya. Walaupun Tera tahu akan seperti ini, tapi tetap saja sakit kalau ternyata adiknya tidak mengenali semuanya.

"Namaku Tera Termania Termanto, aku adalah kakak pertamamu dan kamu adalah adikku, Reva Alvina Termanto," jawab Tera.

"Anda kakak saya? Saya beruntung ya ternyata saya punya kakak secantik ini," seru Reva dengan tersenyum tulus, dan itu membuat Tera tidak bisa menahan nangisnya dan memeluk Reva.

Dua puluh menit kemudian, ayah, ibu Reva, dan Winka sampai di rumah sakit. Ibu Reva membuka pintu kamar Reva dengan pelan dan melihat Reva sedang tertawa bersama Tera. Ibu Reva berlari dan memeluk Reva dengan erat dan nangis terisak-isak. Tapi Reva langsung melepaskan pelukannya, karena tiba-tiba orang asing baginya memeluknya.

"Maaf tapi anda siapa? Mengapa anda tiba-tiba memeluk saya?" tanya Reva dengan pertanyaan yang sama dengan yang dia tanyakan ke Tera. Tera pun memegang pundak Reva menjelaskan siapa yang baru saja datang.

"Ibu ini adalah ibu kamu, lalu itu adalah ayahmu, dan dia kakak keduamu, Winka," jelas Tera. Reva menatap ke arah mereka, lalu tersenyum. Walaupun di dalam hatinya sedikit masih belum percaya, Reva memilih percaya apa yang dikatakan Tera itu benar. Ibu Reva menyeka air matanya dengan jarinya, lalu memegang tangan Reva.

"Ibu senang kamu sudah sadar," seru ibunya dengan tersenyum bahagia. Reva menjawab dengan lembut, "terimakasih, bu,".

Selama empat bulan, Reva menghabiskan waktunya di rumah sakit untuk rehabilitasi dan akhirnya dia bisa pulang ke rumah. Hasil dari rehabilitasi juga sudah bagus, jadi dia memutuskan untuk kembali pulang. Tapi, ayahnya tidak mau Reva kembali ke rumah yang di Batam. Jadi Reva dan sekeluarga memilih pindah ke Jakarta untuk kebaikan Reva dan sekolah Reva, Tera menyarankan kalau Reva lebih baik home schooling sampai Reva lulus SMP. Lalu, Reva bisa melakukan aktivitas sekolah seperti biasa saat Reva mau masuk SMA nanti.

Akhirnya selama dua tahun Reva belajar dengan giat, bahkan jika disuruh untuk memilih antara bermain dan belajar, Reva lebih memilih belajar untuk mengejar keterlambatannya, daripada bermain dan selama dua tahun itu Reva membawakan hasil yang bagus. Semua nilai setiap pelajarannya mendapatkan nilai diatas 85, apalagi Reva memiliki nilai matematika lebih tinggi dibanding pelajaran lainnya. Lalu, saat ujian terakhir SMP nilainya sangat bagus. Kemudian, Reva disuruh memilih sekolah dan jawaban Reva dibandingkan sekolah negeri yang gratis, Reva ingin masuk ke sekolah swasta. Tetapi bukan sekedar sekolah swasta biasa, sekolah swasta yang ingin Reva masuk adalah sekolah swasta yang terkenal dan favorit. Sekolah itu bernama Akademi Dandelions, sekolah boarding school yang terkenal dengan orang-orang yang elit, yang artinya banyak orang yang pintar dan kaya berkumpul di sekolah tersebut. Sekolah swasta yang sangat diminati oleh kalangan menengah, tetapi untuk masuk Akademi Dandelions harus memiliki banyak uang dan nilai yang tinggi. Uang SPP per bulan di Akademi Dandelions sama seperti uang SPP per tujuh bulan di sekolah negeri. Walaupun mahal tetapi setimpal dengan fasilitas yang elit juga. Jadi tidak perlu terkejut akan hal itu. Tentu Reva juga tahu tentang Akademi Dandelions, tetapi dia ingin menuju langkah baru. Karena itu, dia ingin masuk ke Akademi Dandelions demi langkah baru dan mencapai tujuannya. Untungnya nilainya cukup untuk masuk ke Akademi Dandelions. Jadi dia beruntung bisa masuk ke Akademi Dandelions.

Keluarga Reva setuju-setuju saja dengan keputusan Reva dan berharap kejadian tiga tahun yang lalu itu tidak terulang lagi.

Kemudian hari dimana Reva memulai hidup baru di Akademi Dandelions pun dimulai...