Chereads / Dolce! / Chapter 4 - LHS Episode 4

Chapter 4 - LHS Episode 4

"Danau yang Indah Tanpa Air"

Pada akhirnya, Reva memilih untuk tidak menjadi pengurus kelas. Dia tidak jadi menjadi sekretaris, bukan karena dia mengikuti Florence, tapi karena dia ingin menikmati masa mudanya dengan cara lain, dan itu tidak harus dengan menjadi pengurus kelas.

"Pengurus kelas sudah ada, soal piket, pengurus kelas yang atur. Besok ibu harap udah ada yang piket ya. Kalau mata pelajaran, sekretaris besok ambil di meja ibu. Kalau engga tahu meja ibu, tanya aja sama guru lain. Udah itu aja. Oh iya, saran ibu kalian lebih baik belajar dari sekarang, walaupun mata pelajaran dan materi belum dapat. Berusahalah! Kalian masuk akademi ini demi masa depan kalian kan? Jadi bisa dong? Kalau gitu, ibu pergi dulu. Jangan rame ya," nasihat Bu Gea dengan santai. Bu Gea pun pergi dari kelas. Kelas pun menjadi hening setelah Bu Gea pergi, tetapi Farel memecahkan keheningan itu.

"Pengurus kelas, ayo kumpul bahas soal piket kelas," teriak Farel memanggil pengurus kelas lainnya. Mereka, pengurus kelas berkumpul di belakang kelas yang kosong, sedangkan mereka yang bukan pengurus kelas mulai berbicara satu sama lain, seperti Reva dan Florence.

"Florence, hari ini kita cuma perkenalan aja, ya?" tanya Reva.

Florence mengangguk, "Iya, jadi hari ini kita pulang cepat, kalau engga salah jam 12 kita baru bisa pulang. Besok kita baru pulang sekitar jam dua siang, karna sekolah mau promosi eskul-eskulnya," Reva mulai bersemangat dan tidak sabar untuk besok. Apalagi di Akademi Dandelions banyak ekstrakurikuler yang bagus.

"Lo nanti mau masuk eskul apa?" tanya Florence dengan penuh penasaran. Reva mulai berpikir, karena banyaknya eskul jadi Reva menjadi bingung ingin masuk eskul yang mana.

"Engga tahu, aku masih bingung karena banyak banget, mungkin besok aku baru tahu mau masuk eskul apa," jawab Reva dengan ragu-ragu, Tentu saja, tidak Reva saja, Florence, Diva, dan Nessa bingung ingin masuk eskul apa nanti. Florence, Diva, dan Nessa mengangguk kepala bersamaan dan tertawa bersama.

***

Kringgg!!!!!

Bel istirahat pun berbunyi, semua murid di kelas langsung bergegas pergi ke kantin, termasuk Diva dan Nessa. Lalu, kelas menjadi sepi dalam sekejap dan hanya ada beberapa orang di kelas, termasuk Florence dan Reva. Mereka membawa bekal dari rumah.

"Kamu bawa bekal dari rumah juga ya, buatan sendiri?" tanya Reva sambil melihat makanan Florence yang terlihat sedikit menggoda, bekal Florence berisi ayam goreng tepung dengan telur gulung dan sosis yang berbentuk gurita, yang paling menarik adalah sebuah nasi yang berbentuk panda yang lucu.

"Iya, karna gue tinggal sendiri jadi gue harus bisa masak sendiri. Mau coba?" Florence menawarkan bekalnya ke Reva, Reva yang mendengar Florence membuat Reva benar-benar ingin coba makanan Florence.

Reva menelan ludahnya dan menatap Florence dengan mata terbinar-binar, "Serius, boleh?" tanya Reva, Florence pun mengangguk. Akhirnya Reva mengambil satu potongan ayam goreng tepung dari kotak bekal Florence dan memakannya. Seketika Reva terdiam setelah memakan ayam goreng tepung buatan Florence.

"Rasanya kurang enak, ya?" tanya Florence yang terlihat gelisah karena Reva terdiam saat mengunyah ayamnya.

"Ini ayamnya kamu bumbuin sendiri?" tanya balik Reva.

"I-iya, emang kenapa? engga enak, ya?" Reva pun menelan karage buatan Florence.

"Enak bangettt gilaa!!!o((*^▽^*))o kamu pinter masak ya!! Enak banget, pengen nangis rasanya," seru Reva yang mulai meneteskan air matanya.

"Bagus deh. Kalo enak," Florence menghela napas dan tertawa melihat Reva yang menangis hanya karena itu.

Setelah jam istirahat istirahat, mereka tidak tahu harus melakukan apa, walaupun mereka mungkin disuruh untuk belajar tapi Florence sudah menguasai pelajaran inti kelas X IPA, sedangkan Reva belum menguasai semuanya. Sedangkan yang lain sibuk mencoba mempelajari pelajaran yang harus dikuasai. Akhirnya Florence dan Reva hanya bisa berdiam memainkan handphone dan berbincang-bincang.

"Florence, boleh engga aku minta nomor telfon-mu? Biar bisa saling menghubungi," pinta Reva.

"Boleh," mereka saling bertukar nomor telfon masing-masing.

"Gue juga mau dong,"

"Gue juga," sahut mereka berdua dengan menyodorkan handphone mereka.

"Okee," jawab Reva, mereka saling bertukar nomor handphone. Nessa menatap nomor handphone Reva dengan lekat-lekat, "nomor telfon lo mudah diingat ya," ucap Nessa. Reva lalu tersenyum, hehe.

Setelah bertukar nomor telfon, Reva senyum-senyum sendiri menatap ke arah handphonenya, kali ini akhirnya dia punya nomor kontak selain keluarga-nya. Tidak apa kan untuk senang karena hal itu.

"Seneng banget kah dapat nomor dari kami?" tanya Florence sambil tertawa kecil.

"Iya lah, seneng, ini pertama kalinya aku punya nomor temen," jawab pelan Reva. Suasana hening dalam sesaat. Menurut Florence, Reva masih misterius, dia selalu membuatnya terkejut dengan hal yang tidak terduga.

"Rev, lo main game engga?" tanya lagi Florence ke Reva untuk memecahkan keheningan.

"Game? Kalo game aku cuma main Onet aja," jawab Reva menunjukkan game dihandphone miliknya ke Florence.

"Onet doang?!" kejut Florence. Reva pun mengangguk. "Lo engga main ML atau game lain?" tanya Florence yang masih dengan nada kejutnya.

Reva menggelengkan kepalanya, "Aku main Onet karena kakakku bilang kalo refreshing main Onet aja, jadi aku engga tahu game yang lain. Memang ML game apaan?" tanya Reva dengan terheran-heran. Florence terkejut lagi. Bagaimana tidak terkejut, ini sudah tahun 2019 banyak game yang sangat populer dikalangan orang zaman sekarang, seperti Mobile Legends, PUBG, Free Fire, dan game populer lainnya. Tetapi Reva tidak mengenal game yang sangat populer itu.

"Reva, coba lo main ML deh. Gamenya seru, coba aja, gue main juga kok. Kita bisa mabar nanti," ajak Florence, tapi muka Reva masih menunjukkan kebingungan.

"Mabar apaan?" tanya Reva. Florence pun terdiam, lalu menepak dahinya seperti tidak percaya.

"Wahh... lo beneran engga tahu? Mabar itu main bareng, kalo lo main ML kita bisa mabar. Rev, lo harus belajar lebih banyak lagi, deh," jawab Florence. Reva hanya bisa tertawa kecil, karena banyak hal yang masih ia tidak tahu.

Akhirnya Reva pun diajari banyak oleh Florence tentang hal-hal yang dia tidak ketahui, terutama game. Reva sekarang mempunyai dua game di Handphone-nya, Mobile Legends dan Onet. Dia mulai sangat suka dengan game Mobile Legends karena Florence. Mereka menghabiskan banyak waktu hanya bermain Game Mobile Legends sampai jam Pulang Sekolah bunyi, tanpa meluangkan waktu untuk belajar sekalipun.

"Gamenya ternyata seru juga ya," seru Reva sambil tertawa senang.

"Engga ML aja yang seru banyak game lain yang seru," seru Florence.

"Kapan-kapan kita mabar lagi, yuk. Florence," seru Reva dengan tersenyum lebar.

Saat menuju gerbang sekolah, mereka masih berbincang-bincang tentang game yang baru saja di mainkan oleh mereka. Tanpa sadar kalau Tera sudah menunggunya di gerbang sekolah.

Tera yang melihat wajah senang Reva dari gerbang sekolah, dia senang Reva bisa mendapat teman baru setelah sekian lama. Tera berpikir kalau kedepannya mungkin Reva akan baik-baik saja.

"Reva!" panggil Tera dari kejauhan. Reva yang sedang asik berbincang dengan Florence, menoleh ke arah Tera dan melambaikan tangannya dengan riang.

"Florence, aku udah di jemput sama kakakku, duluan ya," seru Reva.

"Okee," jawab Florence.

Reva langsung berlari ke arah Tera. Reva ingin bercerita kepada Tera kalau dia senang dia bisa bersekolah di Akademi Dandelions dan menemukan hal yang baru. Hari pertama Sekolah memang sangat menyenangkan mungkin ada sedikit rasa gugup karena lingkungan baru dan orang-orang baru. Sekolah seperti yang lain, lebih menyenangkan dibandingkan sekolah dirumah. Bertemu orang baru, menambah pengalaman, membuat kenangan baru, dan banyak lagi. Hidup yang hanya satu kali, tidak ada pengulangan. Jadi harus melakukan setiap harinya dengan senang hati.

"Gimana hari ini?" tanya Tera sambil menyetir mobilnya.

"Seneng, aku ketemu temen baru dan dia orangnya kayak bule, rambutnya pirang. Sangat cantik," seru Reva dengan girangnya.

"Ohh, jangan-jangan teman barumu yang tadi?"

"Iyaa. Namanya Florence Zwetta, udah pintar, cantik, baik, terus pintar masak lagi,"

"Hmmm... bagus deh, jaga baik-baik temanmu ya. Ngomong-ngomong, kapan kamu bisa pindah ke asrama?" tanya Tera

"Besok pembagian asrama sekalian langsung pindah ke asrama," Berarti nanti malam, Reva harus bersiap-siap untuk pindah besok ke asrama.

"Ohh ya udah,"

Sampai dirumah, Reva langsung menuju ke kamarnya, berganti baju dan langsung terjun ke kasur nyamanya. Sambil tertawa kecil, dia menatap ke arah handphonenya. Seketika muncul notif di handphonenya. Dia telah dimasukan oleh Diva ke sebuah grup kelas X IPA 4. Reva melihat kontak-kontak anggota grup kelas dan dia melihat nama Florence, Nessa, dan Diva tertera di situ. Banyak yang menge-chat di grup kelas yang baru dia masuki.

GRUP KELAS X IPA 4

+62 812-****-**** ~gam

Rel, bikin grup yang ada walkelnya juga

+62 857-****-**** ~FM

Iya, nanti gue bikin selow aja.

+62 857-****-**** ~Vi

Y udh sekarang aja

Diva Ranata Maharani

Iya sekarang aja

+62 857-****-**** ~FM

sabar woy

Akhirnya tidak lama kemudian grup kelas yang ada wali kelasnya sudah di buat. Melihat banyak sekali yang menge-chat di grup, membuatnya ingin bergabung, tapi sayangnya dia tidak tahu mau mengetik apa. Jadi, dia memilih mencoba menge-chat Florence.

Florence Zwetta

Florence? ●

Ya?

Lagi ngapain? ●

Lagi masak

Emang kenapa?

Pasti enak masakanmu kayak bekalmu itu ●

Biasa aja

Btw, kenapa lo chat gue?

ga papa ●

Ohh, kirain gue ada apa

Ya udah gue mau lanjut masak

Bye

Bye ○

Setelah menge-chat singkat Florence dia mematikan handphone-nya, Reva tidak tahu harus melakukan apa dan hanya bisa berbaring dikasur sambil menatap langit kamarnya. Enaknya ngapain ya, pikir Reva. Reva menyalakan handphone-nya kembali dan melihat game yang Florence rekomendasi untuknya. Reva memainkan game itu dan tanpa sadar kalau dia memainkan game itu sampai maghrib.

Reva baru ingat kalau besok dia harus pindah ke asrama sekolah. Jadi Reva langsung beranjak dari baringannya dan mencari ibunya yang sedang masak di dapur.

"Bu," panggil Reva.

"Ada apa, Reva?" tanya Ibunya yang sedang memasak untuk makan malam.

"Koper aku, ibu taruh mana?"

"Koper kamu bukannya ada dibawah lemari bajumu?" jawab ibunya.

Reva langsung ingat dan bergegas kembali ke kamarnya untuk mengambil sebuah koper biru langit di bawah lemarinya. Kopernya memang sedikit berdebu, karena sudah tiga tahun sejak pindah waktu itu. Reva membersihkan koper biru langitnya dengan bersih.

Setelah selesai dibersihkan, kopernya menjadi bersih dan mengkilap. Reva langsung saja memasukkan baju-baju yang mungkin akan selalu dia pakai, buku note kesayangannya, dan foto Reva bersama keluarganya.

Saat Reva ingin menutup kopernya, dia melihat terdapat sebuah kotak berwarna biru tua di meja belajarnya. Reva mengambil kotak itu dan membukanya. Ternyata isinya sebuah kalung kerang yang sangat cantik. Reva ingat Kalau Tera pernah bilang kotak itu adalah sebuah pemberian dari temannya yang berharga sebelum kecelakaannya terjadi. Sebuah benda berharga yang selalu Reva simpan. Sayangnya Reva tidak ingat dari siapa kalung itu. Reva menutup kotak itu.

"Kamu belum selesai membereskan bawaanmu?" tanya Winka, kakak keduanya yang memperhatikan Reva dari pinggir pintu kamar yang terbuka. Reva langsung menoleh ke arah Winka

"Belum," jawab singkat Reva. Winka melihat ke arah kotak biru tua yang dipegang Reva.

"Kamu tidak mau membawanya ke asramamu?" tanya lagi Winka. Reva yang menoleh ke arah Winka, kembali melihat ke arah kotak biru langit itu.

"Tidak, lagipula aku tidak punya ingatan tentang kotak ini. Jadi lebih baik aku tidak membawanya," jawab Reva dengan tersenyum tipis.

Menurut Reva, daripada membawa sebuah kenangan yang tidak dia ingat lebih baik disimpan. Winka masuk ke dalam kamarnya dan duduk di kasur Reva.

"Reva, lebih baik kamu bawa aja," saran Winka.

Reva menatap dengan lekat kotak biru itu. Di dalam hatinya dia merasa kotak itu sangat berharga baginya, tetapi dia tidak memiliki ingatan tentangnya. Seperti danau yang indah tanpa air.

"Kamu bawa saja kotak itu, Reva," sahut Tera yang tiba-tiba datang ke kamarnya. Winka dan Reva menoleh ke arah Tera.

"Sudah bawa saja," lanjut Tera. Reva menatap isi kotak biru itu.

"Ngapain lo ke sini?" tanya Winka kepada Tera.

"Oh iya, ibu tadi suruh aku buat panggil kalian buat makan malam," jawab Tera.

"Ohh," Winka langsung meninggalkan kamar Reva dan pergi ke ruang makan untuk makan malam. Sedangkan Reva masih menatap isi kotak biru itu.

Tera merangkul bahu Reva, "Kamu pernah cerita ke kakak, kalau kalung itu hadiah perpisahan darinya untukmu. Saat itu kamu menangis dengan kencang, loh, sampai-sampai kedengaran sama tetangga. Kemudian kamu bilang kalau kalau kamu tidak akan pernah memakainya dengan cemberut. Lalu, kalung itu kakak simpan sampai kita pindah ke sini. Bawa saja kalung itu, mungkin kalung itu bisa jadi jimat keberuntunganmu nanti," ucap Tera dengan tersenyum. Tera melepas rangkulannya dan pergi ke ruang makan meninggalkan Reva sendiri di kamarnya.

Akhirnya, Reva mengikuti perkataan Tera dan Winka untuk membawa kotak biru itu ke asramanya dan menaruhnya di koper biru langitnya. Selesai menaruh kotak itu di kopernya, Reva menutup koper biru langitnya dan menaruhnya di pinggir pintu kamarnya. Sehingga saat pergi besok, dia tinggal membawanya saja. Kemudian Reva langsung menutup pintu kamarnya dan pergi ruang makan untuk makan malam.