"Lumayan, tidak terlalu buruk." gumam Alina yang mengamati setiap sudut di ruang apartement yang baru ia beli.
Sengaja Alina mencari apartement sederhana yang berada sedikit jauh dari keramaian jalan raya.
Dengan begini, dokter sialan itu lebih sulit menemukannya. Karena jika dia membeli apartement mewah dan luas pasti dirinya akan sangat mudah ditemukan. Itulah yang dipikirkan oleh otak kecil milik Alina.
Untuk kedua orang tua Alina.
Hal itu sudah ia urus sebelumnya, dengan membuat alasan dirinya harus tinggal di rumah teman perempuannya selama seminggu untuk mengerjakan proyek kelompok.
Dan dengan mudahnya kedua orang tua Alina percaya begitu saja.
Padahal sebenarnya, semua itu hanya bualan Alina agar dia lebih mudah menghindari Dr Arsean tanpa diketahui orang tuanya.
Sungguh licik, memang benar Alina itu licik dan juga cerdik. Tapi kelicikkan itu masih tidak ada apa-apanya dari pada kelicikan Arsean nantinya.
>>>
Di sisi lain..
Jam menunjukan pukul 14:45
Pria gagah tengah duduk bersandar pada sofa yang ada diruangan itu. Terlihat raut wajah yang lelah, tetapi tidak mengurangi ketampanannya.
Lelaki itu adalah Arsean yang kini tengah beristirahat setelah bertugas menjadi relawan.
"Sepertinya aku harus menjemput Gadis kecilku." ucap Arsean lirih dengan melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Bahkan terlihat jelas senyuman tipis di wajahnya saat ini.
Arsean beranjak dari sofa yang ada di ruang pribadinya. Setelah itu, ia melepas sneli putih bersihnya lalu disampirkan di gantungan khusus.
"Suster Risa?"
"Ya, dok. " datang seorang suster yang berdiri di samping Dr Arsean.
"Apa sore ini ada jadwal operasi?"
"Untuk sekarang sampai pukul 5 sore free, untuk shift pada pukul 7-10 malam dokter." ujar suster Risa cepat.
Tanpa menjawab atau berterimakasih Arsean melenggang pergi begitu saja.
Suster tersebut hanya mendengus sambil menatap punggung lebar Arsean yang menjauh dengan tatapan tak terbaca.
Arsean telah sampai di depan gerbang. Dilihatnya sekolah tersebut sudah sepi, Arsean pun turun dan bertanya pada pos penjaga di sana.
Yap, benar semua murid sudah pulang dari 30 menit yang lalu. Itu artinya dia terlambat menjemput Alina.
Tanpa pikir panjang Arsean segera mengendarai mobilnya menuju rumah Alina.
Ia hanya ingin memastikan apakah gadis kecilnya itu sudah sampai rumah atau belum.
***
"Halo"
...
"Cari gadis yang bernama Alina sampai ketemu!"
...
"Sudah kukirim fotonya."
...
"Ingat. Jika kau tidak menemukannya. Aku jamin kepalamu itu akan terlepas dari tempatnya." ancam Arsean dengan nada menusuk sebelum mengakhiri panggilannya.
Brakk
...
Prangg
Arsean memukul meja dengan keras dan melempar semua benda - benda keramik yang ada di ruangannya. Sungguh, gadis kecil itu menguji kesabarannya.
Ingatkan Arsean bahwa dia adalah lelaki yang disegani dan ditakuti banyak orang.
Tidak sedikit orang yang merasa terintimidasi olehnya. Namun anehnya, Alina gadis kecil itu tidak pernah merasa takut dengannya bahkan bisa - bisanya ia kecolongan seperti ini.
Padahal baru tadi pagi ia mengancam gadis itu untuk menerima perjodohan dan tidak mendekati lelaki lain.
Kini, Alina sudah berhasil kabur dan menghindarinya.
Flashback..
Sesampainya Arsean di rumah Alina.
Ia segera mengetuk pintu dan berharap Alinalah yang membuka pintunya dengan memakai pakaian rumahannya.
Namun, harapan liar Arsean pupus ketika melihat yang membuka pintu adalah Nyonya Mile Ibu Alina.
"Arsean? Silahkan Masuk dulu." ujar Alisya lembut dengan senyuman manisnya.
"Tidak perlu tante. Saya kemari ingin bertemu Alina. Apa Alinanya ada?" ucap Arsean dengan sopan. Sungguh tipu muslihat yang sempurna.
"Maaf nak, Alina tidak pulang ke rumah. Tadi dia menelfon akan menginap di rumah temannya untuk mengerjakan proyek kelompok." ujar Ibu Alina.
Mendengar jawaban Ibu Alina senyuman di wajah Arsean memudar. Namun, ia tetap memaksakan tersenyum agar calon Ibu Mertuanya tidak curiga.
"Em.. kalau begitu saya pamit dulu, terima kasih, tante." ucap Arsean sambil mencium tangan wanita paruh baya itu. Alibi yang bagus.
Begitu masuk ke dalam mobil nafas Arsean memburu. Rahang tegasnya mengetat kuat, ditambah lagi buku-buku jari tangannya yang memutih akibat menggenggam setir erat.
Dalam keadaan emosi Arsean melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah kedua sahabat Alina, yaitu Sita dan Devin.
Sampai di sana. Nihil, Arsean tidak menemukan Alina di rumah sahabatnya. Bahkan mereka mengatakan tidak ada tugas kelompok atau proyek kelompok lainnya.
Kemerahan Arsean kembali memuncak saat dirinya datang ke sekolah untuk melihat rekaman CCTV di gerbang. Namun, tidak satu pun camera yang menangkap gerak gerik Alina di sana.
'Rupanya gadis nakalku sudah merencanakan ini dengan matang dan berhati-hati.
Tunggu aku baby.
Tunggu. Setelah aku menemukanmu Kau tidak akan kulepaskan.' sumpahnya dalan hati dengan mata yang tertuju di layar LED. Bahkan satpam yang berada di sampingnya bergidik ngeri saat merasakan aura menegangkan dan melihat seringaian di bibir Dr Arsean.
Flashback off..
"Jadi kau ingin bermain-main denganku sayang? " gumam Arsean sambil mengelus foto Alina di tangannya.
"Akan kuberi kau kebebasan sementara. Setelah itu akan kukurung kau di bawah kungkunganku!!" ujarnya dengan tertawa keras.
Drtt.. Drtt.. Drtt
"Katakan."
"Kami sudah menemukan keberadaan Nona Alina, bos. "
"Di mana?
"Kami melihat nona keluar dari Apartement kecil dengan kamar nomor 12, yang berada tepat di dalam gang sempit dan bagian ujung." jelas seseorang dari sebrang telepon.
"Tetap awasi dia. Jangan sampai lengah. Jika itu terjadi, aku pastikan pelipismu akan berlubang." ancam Arsean sebelum ia memutuskan sambungan telepon sepihak.
Setelah mendapat kabar dari salah satu anak buahnya tentang keberadaan Alina. Entah, apa yang dipikirkan lelaki itu.
Terlihat jelas Arsean sedang memandang lurus pada satu titik dengan mata tajamnya, bahkan kedua tangannya terkepal kuat di atas meja. Dan jangan lupakan seringaian misterius yang tercetak jelas di bibirnya.
Dengan santai Arsean beranjak dari kursi kebesarannya dan berjalan keluar ruangan dengan tenang, seolah tak terjadi apa-apa.
>>>
Di koridor banyak pasang mata yang menatap Arsean dengan pandangan berbeda - beda. Entah itu pandangan kagum, terkesima, rasa hormat dan ada pula pandangan ketakutan.
Bagaimana tidak?
Arsean adalah seorang dokter kaya raya yang tampan dan mapan, serta ia juga sangat populer di kalangan kaum hawa. Siapa pun yang melihatnya dalam sekali pandang, pasti tau bahwa dia pria idaman bagi para wanita.
Namun, entahlah. Banyak sekali wanita - wanita yang mengincarnya, tetapi tidak ada satupun yang menarik baginya.
Hanya ada satu perempuan yang membuatnya penasaran sehingga kehilangan akal sehat.
Ya. Siapa lagi kalau bukan Alina, si gadis dingin dengan sifat keras kepalanya itu.
****
Saat ini Alina sedang berada di perpustakaan. Sengaja dia tidak ke kantin karena Memang sedari tadi dirinya menghindar dari kedua sahabatnya.
Dia malas di runtun pertanyaan konyol, dia belum siap untuk menceritakan yang sebenarnya.
"Hai Lina, boleh aku menumpang duduk? " ucap David yang dikenal sebagai ketua osis dan juga most wanted di sekolah Alina.
"Ya." acuh tak acuh Alina menjawab.
"Emm. Dimana kedua temanmu?" ucap David yang masih berusaha mengajak Alina mengobrol.
Alina hanya mengidikan bahu sebagai jawaban. Sungguh, Alina sangat risih berinteraksi dengan orang yang tidak dekat dengannya.
Banyak siswa yang mengetahui sejak pertama masuk SMA David telah menyukai Alina, ia selalu mengejar - ngejar gadis itu.
Namun, Alina tidak pernah peka. ia selalu mengabaikannya dan acuh padanya. Tetapi David tidak pernah menyerah untuk bisa mendapatkan gadis itu.
"Lily! " teriak seseorang yang memanggil Alina.
"Sita? Devin? Ada A.. " belum sempat Alina menyelesaikan ucapannya, ia sudah ditarik oleh Sita keluar ruangan.
"Ikut kami. Kami ingin bertanya sesuatu." kata Devin serius, Alina hanya pasrah mau menghindar juga terlambat.
>>>
Di atap sekolah.
Ketiganya masih setia berdiam diri dan belum membuka suara. Mereka hanya saling menatap sinis satu sama lain.
"Apa yang ingin kalian tanyakan?" tanya Alina acuh.
"Jika tidak ada aku pergi." ucapnya lagi yang akan berjalan pergi.
"Tunggu. Dari mana saja kau kemarin?" ucap Sita Tajam.
"Di rumah."
"Bohong. Kemarin Dokter Arsean datang ke rumah kami, ia mencarimu dan bertanya pada kami apakah ada tugas kelompok atau proyek kelompok lainnya. Bisa kau jelaskan sekarang." ujar Devin serius dan hanya ditanggapi anggukkan oleh Alina.
"Jawab Sialan." umpat Sita kesal.
"Aku memiliki masalah dengan Mom. Aku ingin menceritakannya pada kalian, tapi ini bukan waktu yang tepat. Jadi kemarin aku pergi ke rumah sepupuku untuk menenangkan diri dengan alasan proyek kelompok agar mereka tidak mencariku. Tapi semua di luar dugaan." jelas Alina.
'Maafkan aku teman-teman, aku belum siap menceritakan yang sejujurnya.' Ucap Alina dalam hati.
"Huh, kau membuatku tidak bisa tidur nyenyak karena penasaran." ucap Devin menarik rambutnya sendiri dengan kasar.
"Kau bisa menceritakan pada kami sebelumnya. Siapa tau kami bisa membantu." ucap Sita seraya merangkul Alina.
"Ya, terimakasih. Jika waktunya nanti aku akan memberitahukan yang sebenarnya." bisik Alina.
Mereka bertiga pun turun dan kembali ke kelas dengan saling merangkul satu sama lain.
Setelah dua jam mata pelajaran selesai. Kini, Alina dan kedua sahabatnya berjalan di koridor sekolah menuju gerbang.
"Jadi sekarang kau pulang kemana?"
"Emmm, Aku pulang ke Apartement sepupuku. Jangan khawatir."
"Baiklah, hati-hati. Kami duluan ya." ucap Devin merangkul Sita.
Alina hanya membalasnya dengan gumaman kecil.
***
Sesampainya Alina di parkiran Apartement ia merasakan kejanggalan.
Keadaan tadi pagi yang lumayan ramai. Kini, terlihat cukup sepi. Namun, Alina tetap tidak mempedulikannya. Ia berjalan menuju apartementnya tanpa rasa curiga.
"Apa-apaan ini." teriak Alina yang baru saja memasuki Apartementnya.
Ia benar-benar terkejut melihat keadaan Apartementnya saat ini, yang lebih cocok disebut gudang bekas.
Ruangan yang tadinya rapi dan bersih. Sekarang sangat berantakan dan banyak sekali benda yang berserakan.
"K-Kau." pekik Alina Syok saat menyadari ada seseorang yang tengah duduk di sofa Apartementnya dan menatapnya tajam dari atas sampai bawah.
"Se-sedang apa kau di sini?" terlihat jelas saat ini Alina gemetar ketakutan. Namun, ia sembunyikan.
"Tentu saja mengunjungi calon istri nakalku." Ujar Arsean santai dengan berjalan perlahan mendekati Alina.
"Keluar kau dari Apartementku atau kupanggilkan security." bentak Alina
"Silahkan saja. Mereka tidak akan menanggapimu, karena Apartement ini sudah menjadi miliku." ucapnya tenang.
"Keparat!" maki Alina
Mendengar makian Alina. Seketika wajah Arsean berubah, yang tadinya santai dan tenang kini menjadi dingin dan menyeramkan.
Lelaki itu bangkit menghampiri gadis yang mulai ketakutan itu.
Arsean terus menghempit tubuh Alina tepat di belakang pintu dengan tangan yang bertengger di samping bahu Alina. Begitu juga dengan tatapan menusuk dan rahang tegasnya yang mengeras.
"Kau menghindariku, bukan?"
Alina tidak mampu bersuara, ia hanya menggeleng sebagai jawaban.
"Jawab. Aku. Sayang." tekan Arsean sekali lagi.
"Ti-tidak, a-aku hanya... "