Chereads / Andai Kau Tau Aku Tidak Tau / Chapter 3 - Pagar batas air hujan

Chapter 3 - Pagar batas air hujan

Aku dan Akbar terhenti di suatu tempat, suatu taman yang indah.Taman Kota yang cukup asri dan dihiasi banyak pohon yang rindang.

Karena keasrian dan keindahannya sehingga taman tersebut cukup mengundang datang pengunjung.

Banyak para remaja berada di sana, sekedar untuk bermain, bercanda ria, bepacaran bahkan ada yang tidur-tiduran di rumput.

Taman ini memang sangat dijaga kebersihan nya. Sehingga tempat ini sangat disukai oleh orang orang yang sengaja untuk sekedar melepas lelah, beristirahat, dan berjalan jalan bersama keluarga.

Aku dan Akbar terus berjalan mencari tempat yang nyaman dan kursi yang kosong buat kami berdua.

" Disini saja Mun, kita duduknya..." kata Akbar sambil menunjuk pada kursi kosong di bawah pohon yang agak rindang. Kami duduk berdekatan karena memang kursinya dirancang untuk berdua.

" Asyik juga ya..duduk disini..adem.." kataku memulai percakapan.

" Ya tempat ini khusus untuk orang orang yang lagi butuh kesendirian, butuh menenangkan hati dan pikiran..." jawab Akbar sambil melihat sekeliling taman.

"Lo sering kesini, bar ? " tanyaku penuh selidik.

" Pernah..tapi ga sering...." jawab Akbar santai.

" Lo pernah kesini ma siapa ? " lanjutku penasaran. Jangan jangan Akbar kesini sama Pacarnya.....hatiku was was mulai khawatir.

" Sama seseorang,...temen.." kata Akbar dengan suara sedikit tertahan dengan raut muka agak sedikit berubah.

" Oh. mau ngapain " tanyaku kembali

" Ya dulu kesini untuk sedikit cari inspirasi dan menghirup udara segar....he..he..he." Akbar melanjutkan dengan mangatur raut muka biar tidak keliatan menyimpan sesuatu.

" Terus kalau kita kesini termasuk orang yang mau ngapain... ..? tanyaku balik tanya.

" Kita termasuk orang yang mau mencari kedamaian hati..." bisik Akbar sambil tangannya memegang tanganku

" Ehmm....pegang pegang..." kataku sambil melihat tangan Akbar memegang tanganku. Aku melepaskannya, aku merasa malu karena disini dilihat banyak orang, dan aku tidak terbiasa seperti ini.

" Kan kita berteman..." kata akbar.

" Teman tuh harus saling menjaga..." lanjut Akbar sambil tersenyum melihat wajahku yang sedikit berubah dan Akbar tetap memaksa memegangi tanganku.

" Nggak harus sambil pegangan juga kali, Bar..". kataku sambi tersenyum. Dan Akbar pun membalas senyuman itu dengan semakin memegang erat tanganku, waduuh.

"Emang lo mau jagain gue ?...sampai kapan ? " tanyaku. aku ingin tau respon Akbar.

" ya..sampai lo mau dijagain gue,...." bisik Akbar pada telingaku, sambil memindahkan tangannya pada bahuku.

Aku jadi merasa risih dan malu dilihat orang tapi aku tak bisa berbuat apa karena disatu sisi pun sebetulnya aku merasa senang juga.

" Kalau perlu selamanya.....he...he...he..." kata Akbar menggoda.

" Woww...beneran nih..? " kataku memastikan ucapan Akbar, bahwa Akbar mau menjagaku selamanya.

Aku seneng sekali mendengar jawaban Akbar seperti itu, meskipun aku tau itu hanya basa basi dan candaan saja. karena kalau sudah pada menikah pun baik aku maupun Akbar semuanya akan berbeda dan memiliki jalan masing masing.

Akbar hanya tersenyum, sepertinya Akbar tau apa yang ada di hatiku..

Kami terus berbincang, terus bercanda dan tak terasa waktu pun telah berlalu begitu cepat. dan kami pun siap siap untuk bergegas pulang.

Waktu sudah pukul tiga sore, Aku dan Akbar masih di atas motornya. Kami sengaja melambatkan laju motornya. Kami ingin lama-lama bersama, ingin lama-lama bersentuhan, ingin lama ngobrol secara dekat, meskipun kami tidak tau hubungan apa yang sedang kami bina.

Langit sudah mulai mendung, udara menjadi dingin, Aku dan Akbar masih bersama naik motor. Hujan pun turun akhirnya, meskipun gerimis tapi cukup membasahi.

" Gerimis Mun, kita berhenti dulu ? " tanya Akbar..khawatir aku kebasahan.

"Ngga ah ..biarin saja....gini asyik basah basahan..." jawabku manja sambil mendekap punggung Akbar sangat erat.

Hujan gerimis semakin rapat, akhirnya Akbar pun menepi.

" Kok berhenti,...terus saja nggak pa pa kok..." Aku menyuruh Akbar meneruskan perjalanannya, namun Akbar tetap menepi.

Kami pun turun, namun Akbar tidak mencari tempat berteduh, Akbar hanya turun. Akbar kemudian membuka jaketnya.

" Nih pake saja jaket gue ...biar lo ga kuyup kebasahan....." kata Akbar sambil menyerahkan jaketnya, dan dengan sedikit memaksa memakaikannya padaku. Aku pun nurut saja. Aku merasa inilah awal penjagaan Akbar pada diriku.

" Terus lo gimana ? ". tanyaku khawatir melihat Akbar hanya mengenakan kemeja saja.

" Sudah ga usah mikirin gue, kan gue dah bilang...gue mau menjagain lo...salah satunya menjaga lo dari kedinginan dan kebasahan, he...he..he...' jawab Akbar sambil tertawa kecil. Aku pun akhirnya paham kenapa Akbar menepi dan aku hanya tersenyum mendengar jawaban Akbar tadi seperti itu.

Kami pun melanjutkan perjalanan kebersamaan kami dengan penuh keceriaan..

Akhirnya kami pun sampai di rumahku. Hujan pun mulai mereda.

" Mun, kayanya gue langsung pulang aja ya..mumpung hujannya mereda.." kata Akbar sambil meminggirkan motornya dipinggir pagar rumahku.

" Kok gitu,...ga minum kopi lagi.....he..he..he atau air putih hangat he...he..he. ? godaku pada Akbar.

" Besok besok lagi saja ya...." jawab Akbar sambil memaksa tetap mau pulang.

" Ya sudah hati hati ya Bar,.... " kataku sambil melepas jaket dan diserahkan nya ke Akbar...

" Aku pamit ya, Mun..." kata Akbar sambil mengambil jaketnya dari tanganku

Akbar mendekatkan tubuhnya dan berbisik pada telingaku

" Terimakasih atas kebersamaannya..." bisik Akbar dan secara spontan langsung mencium pipiku dan setelah itu membalikan tubuhnya menuju ke luar pagar.

Aku kaget sekali, aku merasa syok, wajahku memerah, dadaku deg .deg berdetak kencang, hatiku bergemuruh, aku hanya bisa diam, bingung tak bisa dan tak tau apa yang harus dilakukan. Aku tidak menyangka Akbar berani mencium pipiku, padahal Akbar bukan siapa siapaku, Akbar bukan pacarku, dia hanya sebagai teman, dan hubungan yang kami bina pun hanya sebatas hubungan pertemanan.

Dengan hati yang masih gundah, aku pun mengantar Akbar keluar pagar.

" Hujannya membesar, bar ..." kataku sambil menatap Akbar yang sudah berada di luar pagar. Akbar hanya tersenyum di luar pagar. Kejadian tadi cukup membuat kami menjadi kikuk dan salah tingkah.

Akbar sudah menyalakan Motornya di luar pagar, Akbar menganggukkan kepala sebagai tanda dia pamit. aku pun membalas mengangguk dan melambaikan tangannya pada Akbar.

Akbar pun melajukan motornya. Aku menatapnya dari dalam pagar sampai Akbar hilang dari pandangan ditelan hujan.

Aku masih berdiam, berdiri diteras, Aku masih syok dan kaget atas kejadian tadi.

Kok Akbar berani mencium pipiku. Apakah Akbar sudah mulai ada perasaan padaku ?.

Aku masih membayangkan Akbar masih berdiri diluar pagar sambil kehujanan.

Melihat pagar sebagai batas cucuran air hujan, hatiku terus berkecamuk, hatiku terus merasa tak habis pikir atas tindakan Akbar tadi. Kalau pun Akbar mulai ada perasaan suka padaku, apakah tidak terlalu cepat dia menciumku ? tanyaku dalam hati.

***