Kreek!!!
Pintu gubuk tua itu dibuka menimbulkan suara memilukan.
Ketiga penculik yang ada didalam melirik ke arah pintu. Seorang pemuda tampan tersenyum mempesona, melihat ke arah mereka bertiga.
"Siapa kamu?"
Salah satu dari ketiga penculik bertanya.
Mereka tau bahwa pemuda itu bukanlah orang yang memberi mereka pekerjaan, jadi mereka dalam keadaan waspada.
"..."
"Jawab aku! Siapa kamu? Kenapa kamu disini?"
"..."
Pemuda itu tidak menjawab hanya tersenyum, lalu menatap wajah tiga penculik satu persatu, seperti sedang memeriksa sesuatu. Benar pemuda itu adalah Ian, yang berniat menyelamatkan putri tuan kota yang diculik.
Setelah melihat wajah para penculik satu persatu, Ian hanya mengangguk kemudian berlari ke arah orang terdekat.
Bang!!!
Ian memukul wajah penculik terdekat, membuatnya terbang menabrak dinding. Pukulannya seperti sebuah palu, membuat beberapa gigi terjatuh ketanah.
Gerakan cepat Ian yang tiba-tiba membuat ketiga penculik lengah, sehingga tidak ada yang bereaksi dengan benar. Barulah mereka sadar ketika melihat salah satu dari mereka terbang menabrak dinding.
Shoo!! Shoo!!
Dua penculik yang tersisa melesat seperti anak panah, menyerang Ian dengan belati ditangan.
Ian tidak panik dengan serangan belati keduanya. Menggeser badannya sedikit untuk menghindari serangan pertama, Ian melihat serang dua penculik lambat dan mudah untuk dihindari. Untuk serangan kedua Ian mengambil pergelangan tangan dengan tangan kiri, lalu menyerang tepat di sendi siku dengan telapak tangannya.
Crack!!!
Suara tulang patah bergema di ruang kecil itu. Tangan penculik itu bengkok kearah yang berlawanan, membuatnya jatuh ke tanah dan menjerit kesakitan. Sekarang hanya tersisa satu penculik yang masih berdiri.
Ian bergegas ke arah penculik yang tersisa. Penculik yang tersisa menggerakkan kaki kanannya dan menendang ke arah kepala, tendangan itu disambut kembali dengan tendangan kaki kiri Ian.
Penculik itu tersentak kebelakang, Ian tidak mungkin melewatkan kesempatan yang begitu bagus.
Bump!!! Bruk!!!
Suara pukulan Ian teredam. Penculik itu memuntahkan darah sebelum jatuh ke tanah. Meskipun tidak membuat penculik itu terlempar tapi satu hal yang pasti, bahwa pukulan Ian sangat kuat. Faktanya pukulan itu merusak organ dalam penculik itu sehingga memuntahkan darah, hingga meringkuk memegangi perutnya yang terkena pukulan.
Sekarang semua telah diurus oleh Ian, diikat di kaki dan tangan sebelum mengikat semua bersama.
Cedera yang diterima tiga penculik itu tidak ringan juga tidak mematikan, hanya patah tulang dan luka di organ dalam. Setelah dibuka tudung pada jubah, merek semua laki-laki yang di usia pertengahan, yang mungkin mempunyai keluarga yang menunggu.
Ian tidak merasa kasihan sama sekali, dan hanya menggelengkan kepala. Mungkin jika tidak berpapasan dengan Ian, mereka akan berhasil dengan sempurna, tapi takdir tidak menghendaki. Dan sekarang hanya tinggal menerima hukuman, yang teringan adalah masuk penjara dan yang terburuk adalah kematian, namun ada kemungkinan mengeksekusi seluruh keluarga jika tuan kota sangat marah.
Sekarang yang tersisa hanya dalang dibalik penculikan. Dan sudah pasti akan kematian adalah hukuman yang tepat mengingat yang diculik adalah putri tuan kota, yang mungkin eksekusi publik yang digunakan sebagai contoh untuk orang lain agar tidak macam-macam.
Setelah selesai dengan para penculik, Ian menghampiri Grace disudut ruangan. Matanya mencerminkan ketakutan juga bahagia, ketika ikatannya dilepas dan mulutnya yang disumpal bebas, Grace melesat ke pelukan Ian dan menangis di dadanya.
"Jangan khawatir, kamu sudah aman sekarang tidak perlu takut"
Suara Ian sangat lembut ketika menenangkan Grace yang sedang menangis terisak-isak. Ian juga membelai kepalanya sembari terus menenangkannya.
Suasana di ruangan menjadi lebih tenang ketika Grace sudah berhenti menangis. Meski masih terisak di pelukan Ian, emosi yang ia tahan telah keluar meledak-ledak hingga ia bisa tenang. Kondisi mental Grace saat ini pasti kacau, karena sebagai putri tuan kota ia tidak pernah dimarahi apalagi sampai di culik. Terutama sebagai seorang perempuan, cenderung lebih emosional dengan segala hal.
Trauma ini pasti berdampak pada mentalitas Grace, jika dibiarkan mungkin ia akan merasa tidak aman dan diliputi ketakutan seumur hidupnya. Secara umum Grace adalah orang yang baik hati, penurut, dan agak rewel. Tidak pernah mengganggu orang lain meski mempunyai otoritas kekuasaan, dimatanya tidak ada perbedaan antara kedudukan. Tapi kebenciannya sangat besar terhadap orang-orang yang bermuka dua, serta orang yang mengeksploitasi orang lain.
Sekarang Ian membenci orang-orang yang memiliki otoritas kekuasaan, semua yang mereka lakukan hanya semata-mata untuk keuntungan, bahkan jika perlu berkorban mereka tidak akan menolak. Dalam pikiran mereka hanya ada untung! untung! keuntungan!, jika tidak ada untung maka tidak diperlukan. Bahkan pernikahan yang sakral hanya alasan untuk mencari keuntungan, yang berakhir dengan meningkatnya otoritas kekuasaan yang mereka pegang.
Memang benar hampir semua orang menginginkan Harta dan Tahta, tapi setidaknya jangan menghalalkan segala cara. Meski terang tapi banyak kegelapan yang tersembunyi dibaliknya.
Banyak cara menuju Roma, meski banyak rintangan yang tidak bisa diatasi, kita masih bisa mengambil jalan memutar. Karena pada akhirnya, kita akan berhenti di tujuan yang sama.
Terkadang jika dipaksakan hanya akan menempatkan diri kita kedalam jurang tanpa batas.
Meski mencoba untuk naik, pasti akan ditarik kembali kebawah, tidak peduli berapa kali mencoba itu akan sia-sia. Seperti sebuah kertas yang terkena tita, hanya akan menjadi lebih hitam tanpa jalan kembali menjadi putih.
Ketika Ian masih merenung, Grace yang berada di pelukannya sudah tenang dan berkata "Terima...Kasih..."
Meski suaranya kecil, itu masih bisa didengar sehingga membawa pikiran Ian kembali dari renungan. Ian tersenyum dan bertanya dengan lembut kepada Grace "Sama-sama. Ngomong-ngomong siapa namamu nona?"
"Grace.."
"Baiklah Grace, namaku Ian si baik hati dan tidak sombong"
Grace hanya mengangguk sebagai jawaban, kemudian melepaskan diri dari pelukan Ian.
Walaupun Grace sudah tenang dan tidak menangis lagi, Ian masih berusaha menghiburnya dengan baik. Pasti pengalaman yang buruk ketika menjadi korban penculikan, jika tidak ada yang datang menyelamatkannya, tidak ada yang tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Mungkin dijadikan sandra untuk memeras keluarganya, dijual sebagi budak, dijadikan pelacur, disiksa sampai mati..... banyak hal-hal yang tidak terpikirkan mungkin terjadi.
Oleh sebab itu Ian berusaha untuk menghibur untuk meringankan trauma yang Grace alami, setelah penculikannya.
"Sekarang kamu sudah aman Grace, lihatlah mereka bertiga sudah babak belur dan sekarang diikat. Katakan kepadaku, apakah mereka menyakitimu? jika mereka berani, aku akan melemparkan mereka ke sarang Goblin"
Setelah mengatakan itu, Ian berbalik dan memelototi ketiga penculik yang diikat. Melihat Ian memelototi, tubuh ketiga penculik bergetar ketakutan, tapi tidak ada yang berani bergerak sedikitpun, apalagi bersuara.
Sebagai jawaban, Grace hanya menggelengkan kepalanya lalu menatap Ian.
"Ada apa? kenapa menatapku seperti itu?" Ian merasakan bahwa Grace menatapinya sembari meraba wajahnya. Tiba-tiba Ian menyeringai "Tampan bukan? awas nanti jatuh cinta, jangan lupa berkedip. Aku tau aku tampan, tapi jangan menatapku seperti itu..." Ian melihat bahwa Grace masih menatapnya dengan mata menyipit "Apa? kamu benar-benar jatuh cinta? sial apa aku benar-benar sangat tampan? sehingga bidadari seperti Grace menyukaiku!"
Ian berhenti sejenak seolah-olah sedang mempertimbangkan sesuatu, kemudian mengangguk dan membuka mulutnya "Aku menerima cintamu"
Setelah mengatakan itu, Ian berpose layaknya seorang model dalam majalah. Gerakannya sangat kikuk, jika Vincent melihatnya mungkin Ian akan menjadi bahan lelucon untuk beberapa bulan.
"Hihihi...." tawa merdu terdengar dari Grace, yang terdengar bahagia dan tidak merasa takut lagi. Setelah beberapa menit tertawa, Grace tersenyum kepada Ian "Terimakasih"
Ian terdiam ketika melihat senyuman Grace. Senyumannya sangat indah ibarat bunga yang sedang mekar, membuat hati Ian berdebar-debar. Sekarang amarah Ian memuncak, terutama kepada dalang dibalik penculikan ini. Untuk melindungi senyuman seperti itu, bahkan jika harus menyelam kedalam lautan monster ganas meski ratusan, ribuan, bahkan jutaan monster, Ian tidak akan mundur.
Dan sekarang, senyuman itu hampir hilang oleh seorang bajingan. Memikirkannya saja membuat Ian semakin marah, jika bajingan itu ada didepannya, Ian pasti akan membuatnya menderita.
Tiba-tiba Ian mendengar suara kereta kuda serta beberapa langkah kaki, kira-kira ada 4-6 orang jika berdasarkan langkah kakinya, tidak termasuk orang didalam gerbong serta sang kusir. Dan saat ini mereka mengarah ketempat Ian dan Grace berada.
Ian tertawa dalam hati, sekarang orang yang ditunggu-tunggu sudah datang. Cukup merepotkan karena orang itu memiliki cukup banyak orang, jadi Ian hanya bisa meningkatkan atributnya sebagai solusi. Bisa saja menggunakan tentara bayangan untuk mengurusnya, tapi sekarang Ian sedang diliputi amarah dan hanya ingin memukul mereka semua untuk meredam amarahnya.
[ Nama : Ian ]
[ Ras : Manusia ]
[ Umur : 21Tahun ]
[ Inherent Skill : Soul Colector ]
[ Gelar : - ]
[ Soul Points : 579 ]
[ Atribut :
( Strength : 30 poin )
( Agility : 40 poin )
( Dexterity : 30 poin )
( Intelligence : 20 poin )
( Konstitution : 30 poin )
( Vitality : 20 poin )
( Charm : 40 poin )
( Sense :30 poin )
(Mana : 2.220/2.220)
(Mana Regen : 20/menit) ]
[ Skill :
( Cooking LV 20 ), ( Survival LV 10 ), ( Archery LV 10 ), ( Martial Arts LV 30 ), ( Observation LV 20 ), ( Language LV 1 ), (Shadow Awakening LV 5 ) ]
Sekarang status Ian seperti itu, setelah peningkatan. Kemudian Ian mengintip kearah luar untuk memastikan bahwa mereka telah tiba.
Ian tersenyum kepada Grace "Apa kamu ingin ikut denganku? diluar ada ada bajingan yang harus disapa"
Grace tidak bodoh, dan tau siapa yang disebut bajingan oleh Ian. Yang kemungkinan besar adalah dalang dibalik penculikannya. Jadi ia mengangguk dan berdiri untuk mengikuti Ian.
Ketika keluar Ian tidak lupa untuk membawa tiga penculik yang sudah diikat.
Diluar sebanyak 5 orang dengan peralatan lengkap, yang kemungkinan adalah pengawal pribadi. Pintu gerbong terbuka, seorang pria paruh baya dengan pakaian khas seorang pelayan turun, dan diikuti pria gemuk dengan pakaian mencolok yang biasa dipakai oleh bangsawan atau pedagang kaya.
"Babi!!!" Ian berteriak ketika melihat pria gemuk keluar dari gerbong. Bentuknya persis seperti babi, bahkan lebih baik babi daripada orang itu, itulah yang ada di lihat Ian. Sekarang sang babi telah keluar membuat semuanya menjadi lebih mudah untuk ditangani, urutannya adalah menentukan identitasnya dahulu barulah menghancurkan. Jadi Ian bertanya kepada Grace tentang identitas bajingan itu.
Grace mengatakan bahwa babi yang Ian sebut adalah anak pedagang kaya, yang juga pernah datang kerumahnya untuk melamar. Tentunya Grace menolak mentah-mentah, bukan hanya bentuknya mirip babi, tapi juga rumor mengatakan bahwa babi itu sering memperkosa gadis dan menyiksanya. Sekarang Ian bahkan merasakan bahwa babi itu menjadi sesuatu paling menjijikkan.
Mata Ian menjadi dingin, tatapannya sangat menakutkan seperti pembunuh berdarah dingin. Kemudian Ian melirik kearah tiga penculik, tatapannya membuat mereka bergidik dan buru-buru mengangguk sebagai konfirmasi. Tiga orang itu tidak bodoh dan tau yang dimaksud Ian, dan jika berbohong atau berpura-pura tidak tahu, mungkin mereka akan mendapatkan akhir yang menakutkan.
Ian tersenyum kearah babi menjijikkan didepannya, meski senyuman Ian bisa dibilang ramah, tapi suasana disekitar menjadi tegang. Berjalan beberapa langkah lalu menghilang dari pandangan semua orang, kemudian muncul kembali di samping seorang pengawal yang sudah tergeletak di tanah, dan senyuman Ian masih belum menghilang. Sekarang mereka tahu apa arti dibalik senyuman itu, tubuh mereka menjadi kaku tidak bisa bergerak.
Iblis! serentak terlintas dipikiran semua orang kecuali Grace. Sekarang mereka telah menarik seorang iblis dari neraka.