"Ian kamu baik-baik saja?" Diana bertanya dengan lembut.
"..."
Tidak ada jawaban yang datang dari Ian. Jadi Diana hanya duduk di samping Ian yang sedang tidur.
Sejak pulang dari lapangan, Ian diam tanpa tanpa suara dan langsung kembali ke kamar penginapan. Wajahnya pucat pasi seperti sedang sakit parah.
Dari pagi sampai malam, Ian hanya mengurung diri dikamar. Sesekali Diana, Fina dan Olina datang ke kamar untuk melihatnya atau membawakan makanan. Namun Ian tetap diam seperti patung, tidak berbicara sedikitpun dan makanan yang dibawakan untuknya tidak tersentuh sama sekali.
Kelakuan Ian membuat bingung orang-orang didekatnya. Tidak seperti biasanya yang agak konyol dan malas, kali ini dia benar-benar berubah 180° .
Ini membuat semua orang khawatir, terutama Diana. Dari ketiga wanita didekatnya, Ian paling dekat dengan Diana yang paling dewasa diantara mereka. Dan Ian memperlakukan Fina dan Olina seperti adik kecil.
"Ibu, apakah Ian baik baik saja? kenapa dia tiba-tiba menjadi seperti ini" Fina terlihat sangat khawatir.
"Benar Bu apa yang terjadi dengan Nii-chan?" Olina bertanya dengan malu, tapi terlihat jelas bahwa di juga khawatir.
"Sayang ibu juga tidak tahu apa yang terjadi dengan Ian, tapi tenang Ian tidak sakit apapun kemungkinan dia terpengaruh oleh acara tadi pagi" dengan lembut Diana menjawab pertanyaan kedua anaknya.
"Syukurlah kalau begitu" Fina menghela nafas lega.
"Niiii-chan...."
Meskipun Fina telah merasa lega, tapi Olina masih sangat khawatir. Bukan tanpa alasan, namun karena dia pernah berada diposisi yang sama seperti Ian. Dia pernah mengalami apa yang dirasakan oleh Ian, oleh sebab itu kekhwatiran diwajahnya tidak pernah hilang.
Olina pada dasarnya adalah gadis yang ceria, tapi sekarang menjadi pendiam. Itu terjadi disaat dia akan di jadikan sebagai budak, dan pembunuhan terjadi tepat di depan matanya. Hal itu membuatnya trauma yang belum hilang sampai sekarang.
Tapi sejara perlahan Olina mulai menghilangkan trauma yang dialami. Alasannya sederhana, itu karena Ian yang selalu mengganggunya dengan cara yang konyol. Bahkan sekarang Ian dipanggil Nii-chan/Oni-chan oleh Olina.
Jika waktu telah lama berlalu mungkin Olina akan menjadi yang paling dekat dengan Ian.
"Sayang biarkan ibu merawat Ian, kalian pergi istirahat" kata Diana
"Baik Bu" Fina mengangguk dan keluar dari kamar
Tapi tidak dengan Olina, dia hanya berdiri diam tanpa bergerak. Diana memeluknya dan mengusap kepalanya.
"Maafkan ibu sayang, ibu tahu kamu masih mengalami trauma sejak hari itu. Itu salah ibu karena tidak bisa melakukan apa-apa. Ibu tahu kamu mengkhawatirkan kondisi Ian, tapi kamu bisa tenang sayang dia akan baik-baik saja" Diana mencoba meyakinkan.
"Tapi bu-"
"Kenapa begitu mengkhawatirkan Ian, sebaiknya kamu mengkhawatirkan dirimu sendiri besok Ian mungkin akan lebih banyak mengganggumu"
"I..ii...itu benar" tiba-tiba wajah Olina memerah seperti tomat.
"Ara~ sepertinya putri kecilku sangat menyukai kakaknya"
Olina menunduk dengan wajah yang masih memerah kemudian dia menatap langsung ke mata Diana. Ekspresi wajah Olina terlihat serius dan berkata, "Aku tidak akan kalah darimu ibu!"
Diana dibiarkan tertegun sendirian di kamar, "Bocah kecil itu benar-benar. Huuu...." dia menghela nafas "Tidak ingin kalah dariku yah? Hmm tapi apakah aku menyukainya?"
Sekarang pikiran Diana sedang berkonflik. Jika dia mengatakan tidak maka itu adalah kebohongan, tidak mungkin dia menyukai pria tampan dihadapannya. Perlakuan yang diberikan olehnya (Ian) sangat baik meski dia dan anak-anaknya adalah budak, dengan perlakuan seperti itu wanita mana yang tidak jatuh cinta kepadanya(Ian). Hanya saja bagi Diana tidak bisa mengakuinya, karena dia hanyalah seorang janda dua anak yang yang kurang pantas. Tapi yang paling penting Ian lebih muda.
Diana hampir di 40an dan Ian hanya awal 20an, itu perbedaan yang jauh dan Ian lebih cocok menjadi anaknya.
Jika Ian tahu apa yang dipikirkan Diana, dia hanya ingin mencemoohnya. Tidak mungkin Ian menolak wanita seperti Diana, dengan tubuh seperti gitar spanyol, wajah cantik, kulit kencang, tidak mungkin disebut wanita tua tapi lebih cocok disebut wanita dewasa. Sebagai orang dengan tujuan hidup menjadi Dewa Harem, Ian akan dikutuk jika menolak wanita dewasa seperti Diana.
Terlebih Ian lebih menyukai wanita dewasa, itu tidak berarti menolak yang lebih muda. Faktanya pacarnya Viona lebih muda, ini lebih seperti membutuhkan. Karena sejak kecil Ian bisa dibilang hidup sendiri jadi dia lebih membutuhkan kasih sayang, dan wanita dewasa seperti Diana sangat cocok mengisi kasih sayang seperti seorang ibu. Betul Ian lebih ingin diperhatikan, disayangi, dan dimanja layaknya seorang anak kepada ibunya.
Sekarangpun Diana sedang duduk disamping Ian sembari mengelus kepalanya. Dari sini pun sudah jelas bahwa Diana adalah sosok yang dibutuhkan Ian.
Tiba-tiba Ian memeluk pinggang Diana dengan mata terpejam.
Mungkin Ian merasakan kehangatan dari kasih sayang seorang wanita dewasa. Wajahnya yang selama ini tegang mulai rileks kembali, seperti beban berat yang ia tanggung sudah terangkat.
Diana mungkin terkejut dengan gerakan tiba-tiba Ian. Tapi dia tidak menolak hanya diam dan tersenyum melihat wajah Ian yang sedang tertidur.
"Terima kasih Ian, kamu telah merawatku dan anak-anakku dengan sangat baik! Meski kami budak milikmu, kamu tetap memperlakukan kami seperti seorang wanita. Andai saja dulu aku bertemu denganmu terlebih dahulu mungkin aku bahagia selama seumur hidupku. Bertemu denganmu adalah berkah bagi wanita sepertiku" ucap Diana sembari menatap wajah Ian sebelum melanjutkan.
"Kamu orang yang sangat baik, hatimu sangat lembut di dunia seperti ini. Dengan tambahan wajah tampan milikmu, wanita mana yang tidak jatuh cinta padamu"
"Mungkin aku juga sudah tidak bisa lepas dari genggamanmu, dan akupun tidak mau lepas darimu"
"Dengan sosok hebat seperti dirimu, tidak akan mustahil untuk menjadi Dewa Harem seperti yang kamu inginkan"
"Dan kamu sudah mendapatkan aku sebagai anggota Harem milikmu"
"Meski tidak muda lagi, tubuhku masih baik tidak akan kalah dari yang lain"
"Meski tidak bisa menjadi istrimu aku telah menjadi wanita milikmu"
"Jiwa dan ragaku sepenuhnya untukmu"
Tatapan Diana sangat lembut ketika mengucapkan semua itu. Hatinya yang ragu sudah menghilang, kini dia sudah menetapkan hatinya.
Diana mencium Ian di bibir. Itu bukanlah ciuman yang menggairahkan tapi ciuman dengan penuh kasih sayang. Akhirnya dia tertidur dengan memeluk Ian.
Keesokan harinya Ian terbangun seperti biasa. Sekarang dia tampak sangat berbeda, aura disekitarnya kini telah berubah menjadi lebih mengesankan dan lebih bisa diandalkan.
Peristiwa kemarin sangat berdampak pada diri Ian. Dengan orang seperti Ian yang hidup dengan damai membuatnya mengalami goncangan hati.
Maka Ian mempunyai dua jalan berbeda, apakah dia akan turun kedalam jurang ataukah naik kepuncak.
Pada akhirnya Ian memilih jalan menuju puncak.
Jika itu adalah Ian sebulan yang lalu, mungkin dia akan menuju kedalam jurang. Untungnya kali ini dia tidak sendirian, banyak orang disekitarnya. Mendorongnya untuk melangkah maju memenuhi tujuan hidupnya.
Ini adalah rintangan pertama yang berhasil dilalui. Namun masih banyak langkah yang harus diambil untuk mencapai puncak tertinggi.
Selama perenungannya Ian mengetahui pentingnya Kekuatan, Kekayaan, dan Kekuasaan. Tiga hal itu saling berhubungan, jika Ian ingin terus naik maka dia akan membutuhkan ketiga hal itu.
Kekuatan mengacu pada dirinya sendiri, Kekayaan identik dengan emas, dan Kekuasaan mengarah pada posisi dalam hierarki.
Dan untuk mendapatkan tiga hal itu, Ian harus merubah cara hidupnya. Itu pasti sangat sulit, namun itu adalah satu satunya jalan dan dia tidak ingin menjadi seorang pecundang. Ian menggertakan giginya, dan tekad yang kuat jelas terlihat di wajahnya.
Sebuah Ketetapan Hari yang Tidak Mungkin Goyah.