Chereads / Arrayan dan Addara / Chapter 2 - Dingin

Chapter 2 - Dingin

"Assalamualaikum, Dara pulang" Salam Dara saat masuk ke dalam rumah.

"Waalaikumsalam. Loh, nak Rayan mana?" Tanya Lyn saat melihat putri semata wayangnya datang seorang diri.

"Udah pulang ma. Dara naik dulu" pamit Dara pada sang mama kemudian naik ke kamarnya setelah Lyn menganggukkan kepala tanda mengiyakan.

Sesampainya di kamar Dara men-charger ponselnya terlebih dahulu kemudian masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

***

Rayan menatap foto dua orang anak kecil di atas nakas samping tempat tidurnya.

Keduanya tampak sangat bahagia. Dengan anak laki laki itu memegang sebuah susu kotak cokelat dan kotak bekal bergambar beruang bersama seorang gadis cilik dengan rambut di kuncir yang sedang memegang sebuah tumblr bergambar beruang.

"Kapan lo bakal inget sama gue?" Rayan berbicara dengan pas foto tersebut dengan tatapan sendu.

Flashback On:

Hari itu, Rayan kecil di ajak oleh kedua orang tuanya untuk berkunjung ke sebuah panti asuhan

"Ma, disana banyak anak anak juga kan?" tanya Rayan girang

"Iya, sayang" Jawab sang Ibu

"Yeayy... Ayan bakalan dapet temen baru" Girang Rayan

Perjalanan sungguh ramai dengan celotehan celotehan Rayan yang terus bertanya tentang panti asuhan.

Rayan turun dari mobil saat mereka telah sampai ke panti asuhan.

"Ma, Pa. Ayan mau keluar main" izin Rayan kepada orang tuanya

Ibu Rayan mengangguk " jangan jauh jauh yah" Rayan tampak antusisas kemudian pergi menjauh dari Iby dan Ayahnya yang sedang berbincang dengan pengurus panti

Rayan sampai ke taman belakang. Dia melihat taman tersebut. Ada ayunan, pepohonan, dan satu yang membuat Rayan sangat terpaku. Rumah pohon.

"Wahh.. Apa yang di atas pohon itu?" tanya Rayan kepada seorang anak

"Itu adalah rumah pohon. Kata ibu Lisa, disana banyak hantunya." jawab anak itu.

Rayan mendekati pohon itu. "kata bunda, tidak ada hantu. Pasti dia tadi boong" kata Rayan.

Saat berada di depan rumah pohon, Rayan melihat sebuah tangga menuju rumah pohon tersebut. Karena rasa ingin tahu nya, Rayan pun naik menggunakan tangga tersebut.

"Ini teh untuk mu tuan beruang" Saat hampir sampai, Rayan mendengar suara anak perempuan di atas sana.

Rayan mulai merasa takut mengingat apa yang dikatakan anak tadi. Tapi, Rayan tetap naik sampai ujung tangga tersebut.

Sesampainya di atas, Rayan melihat seorang anak perempuan sedang bermain dengan 2 buah boneka dan beberapa mainan berbentuk gelas.

Gadis kecil itu terkejut melihat kedatangan seorang anak di rumah pohonnya. Baru kali ini dia melihat ada anak yang berani naik kemari. Semua anak di panti takut untuk ke rumah pohon karena pengurus panti, ibu Lisa Melarang dengan berkata ada hantu di pohon itu. Namun, gadis itu tidak percaya. Dia selalu datang kerumah pohon untuk bermain bersama boneka boneka kesayangannya.

"Hai... " Sapa Rayan semangat. Seketika, gadis kecil itu tidak terkejut lagi. Awalnya, dia mengira Rayan adalah hantu yang dimaksud ibu Lisa namun melihat Rayan yang seceria itu, ketakutannya seketika hilang.

Rayan mendekati gadis itu "kamu lagi main apa?" tanya Rayan yang tak pernah memudarkan senyumnya.

"Aku lagu main rumah rumahan sama tuan beruang dan nona kelinci" jawab Anak itu antusias. "Kamu juga mau main?" Rayan mengangguk dengan senyum mengembang.

Gadis itu memberikan satu mainan gelas miliknya. "Ini teh untukmu" kata gadis itu. "Kamu tau, tidak ada satupun anak yang berani kesini. Kata mereka, disini ada hantu. Tapi, aku tidak percaya." gadis itu berceloteh tanpa henti. Rayan hanya diam menyimak.

"Yuk turun, aku sudah bosan di atas sini." ajak gadis itu. Rayan menuruti anak itu.

"Tunggu, aku punya ini" gadis itu mengeluarkan kotak bekal serta tumblr bergambar beruang dari dalam tas nya "ini adalah barang kesayanganku. Karena kamu orang pertama yang naik di rumah pohon ini, ambillah kotak bekal ku ini" kata gadis itu" Rayan menerimanya dengan senyum mengembang "Terima kasih" mereka kemudian turun dari rumah pohon itu.

"Ohiya, namaku Addara Mikayla Ayudia. Kamu bisa panggil aku Dara" Gadis itu pemperkenalkan dirinya tanpa diminta oleh Rayan saat mereka sudah sampai di taman "Nama kamu siapa?" Tanya gadis bernama Dara itu.

"Sayang, mama cari kamu kemana mana. Yuk pulang, papa udah nunggu di mobil" Ibu rayan datang menghampiri mereka

"Hai gadis manis. Siapa nama mu?" sapa Mama Rayan sambil berjongkok mensejajarkan tinggi badannya dengan kedua anak itu.

"Addara, tante." jawab Gadis itu takut takut.

"Nggak usah takut cantik. Tante nggak makan orang kok" Dara tersenyum lebar.

"Ma, fotoin Aku sama Dara dong" rengek Rayan.

Ibu Rayan membuka aplikasi kamera di ponselnya kemudian memotret kedua anak manis di depannya itu dengan senyum masih masing yang mengembang.

"Aku pulang dulu yah." pamit Rayan. Padahal, Rayan belum sempat mengenalkan namanya pada gadis itu.

Flashback Off

"Sayang, makan malam udah siap" panggil Dinda-ibu Rayan di balik pintu.

Rayan tak menyahut. Rayan langsung keluar dari kamar menuju meja makan.

"Gimana sekekolah mu, nak?" tanya Dinda.

"Baik" singkat, padat, jelas.

Tak ada yang berbicara. Keduanya sibuk dengan makanan masing masing. Ayah Rayan meninggal sejak Rayan menginjak kelas 2 SMP karena serangan jantung. Sejak saat itu, Rayan yang dirumah berbeda dengan Rayan yang di sekolah. Jika di sekolah Rayan bukanlah orang pendiam, maka di rumah Rayan akan menjadi Rayan yang dingin dan tidak banyak bicara. Seperti dua orang yang mirip namun berbeda kepribadian.

"Rayan ujiannya kapan?" Tanya Dinda saat mereka berdua telah selesai dengan makanan masing masing.

Tanpa menjawab, Rayan langsung beranjak naik ke kamarnya meninggalkan sang Bunda.

"Sabar yah, Bu" Kata Bi Iem melihat sang majikan.

Dinda hanya tersenyum ke arah ART nya. Senyum yang dipaksakan.

"Bi, saya pamit ke kamar dulu yah. Maaf tidak bisa bantu bibi malam ini" pamit Dinda

"Ndapapa. Bu. Ibu istirahat saja"

***

Seorang cowok sedang lari dilapangan dengan baju putih abu abunya. Dia lari di lapangan bukan kerena adanya pelajaran olahraga. Tapi, dihukum karena terlambat datang ke sekolah. Lagi.

Setelah selesai dengan hukumannya, cowok itu duduk di pinggir lapangan tepatnya di bawah pohon dimana tasnya ia letakkan.

"Al, Nih minum. Lo pasti haus" Dara datang dengan sebotol air di tangannya langsung duduk di sebelah Alvaro

Alvaro menerima air itu "Terima kasih" ucap alvaro sambil tersenyum ke arah Dara.

Alvaro meneguk air itu hingga tandas.

"Ehh, ada Dara. Hai Al, nih ada Air dingin buat, lo" kata cewek yang baru saja datang menghampiri mereka. Siapa lagi kalau bukan Kinara.

Dara hanya tersenyum canggung. Alvaro menerima Air dari Kinara kemudian meneguknya sampai tersisa setengah.

Mereka berdua hanyut dengan cerita mereka. Ralat. Hanya Kinara saja yang bercerita, Alvaro hanya diam menyimak.

"Gue pergi dulu yah. Udah mau masuk jam kedua soalnya" pamit Dara.

Saat ini, kelas Dara memang sedang tidak ada guru. Jadi, dia berani keluar di jam belajar dengan alasan ingin ke perpustakaan saat ditanya oleh sang ketua kelas.

Dara berlari ke toilet. Membasuh wajah di wastafel "nggak boleh cemburu, Ra" Dara mengungatkan dirinya agar tidak terbakar api cemburu.

Toh, Dara juga bukan siapa siapa Alvaro. Jadi, dia tidak berhak untuk cemburu.

Dara keluar dari toilet setelah menenangkan diri.

Brukk..

"Aduhhh" Pekik Dara saat kepalanya menabrak sesuatu.

"Kalo jalan liat liat mak Lampir. Badan disini, jiwa entah kemana." kesal cowok itu.

"Ish, Rayan. Bukannya nanya aku gapapa malah ngomel" Kesal Dara.

"Dara, kamu gapapa kan, gak ada yang sakit kan? Kalo ada yang sakit nanti aku sedih" kata Rayan dengan tampang yang dibuat seimut mungkin.

"Jijik banget gue denger lo bilang gitu"

"Hahahaha... Dasar mak lampir" Tawa  Rayan berderai sambil mengacak rambut Dara.

"Rambut gue berantakan, bego" sinis Dara.

"Jadi, mak lampir marah nih?"

Dara hanya diam melipat tangan di depan dada dan mengerucutkan bibirnya.

"Yuk!" Rayan menarik Dara melewati koridor. Banyak pasang mata yang menatap mereka. Sudah biasa jika melihat Dara dan Rayan beradu mulut. Rasanya, jika sang Arrayan dan Addara tidak beradu mulut seperti ada yang kurang di sekolah ini.

"Ngapain ke kantin sih Ray, udah mau bel masuk nih. Nanti telat" panik Dara

"Mau es krim nggak?" tanya Rayan

"Es krim?" mata Dara berbinar "Mau mau"

"Jadi, karena mak lampir kesel sama Rayan yang ganteng tiada tara ini, mak  lampir boleh beli es krim apa ajah" kata Rayan

Dara segera pergi ke stand es krim dan membeli 4 macam es krim yang berbeda.

"Giliran disogok es krim lo malah kek bayi dugong" kata Rayan

Dara tidak menggubris ucapan Rayan, "makasih bayi drakula. Kalo bisa setiap hari lo traktir gue kek gini" Dara pergi meninggalkan Rayan ke kelasnya

Rayan geleng geleng kepala kemudian pergi ke stand es krim untuk bayar es krim yang dibeli Dara

"Berapa, bi?" Tanya Rayan kepada bi sum.

"Empat puluh lima ribu, den" kata bi sum kepada Rayan.

"Banyak amat bi, kan es krimnya rata lima ribu? Trus Dara cuma beli empat es krim" Heran Rayan.

"Neng Dara memang bawa es krimnya cuma 4 den. Tapi, neng dara suruh nyimpen 5 es krim lagi. Katanya biar nggak meleleh" Rayan melongo dibuatnya.

"Gituh.. nih, bi" Rayan memberi uang tiga puluh ribu kepada bi sum "sisanya ngutang yah, bi. Besok baru  bayar" Rayan langsung kabur sebelum dapat semprotan dari bi sum.

Bi sum cuma geleng geleng kepala.

"Awas aja lo mak lampir"