Chereads / Pelayan Genit / Chapter 13 - Nafsu si Dukun

Chapter 13 - Nafsu si Dukun

Ia bergegas menangkap lengan Helena yang masih berendam di dalam air, menariknya agar segera keluar dari kolam renang.

Tangan gadis itu terasa lembut di tangannya, membuat jantung manula itu berdebar. Ia mendudukkan gadis itu di kursi tepi kolam dengan wajah kesal.

"Kamu tahu kan, kalau kamu masih dalam perawatan? Kenapa nyebur kolam segala? Aku tak melarangmu untuk berenang di sini! Tapi kamu harus benar-benar sembuh dulu. Kalau terjadi apa-apa gimana?!" Rusman mengomel-ngomel dengan nada tinggi.

"Kan bisa nyari pembantu lain kalau aku mati..." Helena menyahut asal.

Rusman melotot. "Gak bisa! Kamu sudah terlanjur teken kontrak jadi pembantu di rumah ini! Biar kamu sudah mati juga kamu harus tetap kerja di rumah ini! Aku tidak mau sampai ada pocong berkeliaran di rumah ini, mencuci baju, cuci piring, menyetrika....!" Rusman terus mengomel sambil buru-buru mengambilkan handuk dan mengelap basah di wajah dan lengan Helena. "Sekarang pergilah ke kamarmu! Ganti baju! Terus berbaring istirahat! Nanti ada orang yang mengantarkan makanan untukmu!" Ia mendorong gadis itu menuju kamarnya.

Usai memaksa Helena ke kamarnya, Rusman terduduk di kursi ruang tamu dengan nafas megap-megap. Ada rasa bersalah di hatinya saat mengingat ia bersikap sedikit keras terhadap gadis itu. Tapi itu ia lakukan karena perasaan khawatir berlebihan. Takut kalau terjadi apa-apa dengan gadis itu.

***

Selamat malaaaaam....." Leny menggedor-gedor pintu rumah Burhan, dukun langganannya yang mengaku bisa membantu perempuan mulus dan bongsor itu untuk mendapatkan gebetannya.

Jantungnya berdebar-debar menantikan seseorang membukakan pintu. Bukan karena ingin cepat-cepat mendapatkan hasil, tapi karena gelisah bahwa ia malam itu juga harus memenuhi syarat yang kedua. Syarat yang menurutnya cukup gila-gilaan. "Nanti kalau syarat kedua sudah terpenuhi, bakal gua gebukin tu dukun habis-habisan...!" gerutunya pelan.

Pintu terbuka.

Dukun cab... eh, dukun berusia muda itu berdiri di balik pintu. Ia tersenyum ramah. Mempersilakan Leny masuk ke ruangan, lalu cepat-cepat menutup pintu depan.

"Malam ini sebenarnya banyak calon pasien yang ingin ditangani, tapi semua nya ku cancel sampai besok, karena malam ini aku ingin fokus hanya untuk menangani masalahmu," katanya sambil mempersilakan Leny duduk di kursi ruang praktek nya.

Bau asap kemenyan semerbak tercium. Leny mencium nya dengan nikmat. Matanya sampai terpejam.

"Kenapa? Asapnya harum ya?" sapa sang dukun sambil tersenyum menahan nafsu. Ia kemudian mempersiapkan peralatan praktek perdukunannya. Selama beberapa saat Ia mengedipkan sebelah matanya menatap Leny yang berwajah manis dan bertubuh sensual itu.

"Iya, bau nya spesial, gak seperti sebelumnya," jawab Leny.

"Oh, ini dupa yang saya bakar, langsung saya datangkan dari Jerman. Kalau sebelumnya saya bakar dupa lokal," sahut sang dukun lagi.

"Kok bisa begitu, duk?" Leny mengerutkan alis.

"Yah, maklumlah, soalnya jin-jin perewangan saya sekarang lebih suka hal-hal yang berbau eropa, mungkin karena mereka sering nonton you tube, biasa, chanel-chanel yang berbau pornografi begitulah," sahut Burhan sambil tertawa. "Saya memang tak ingin jin-jin perewangan saya kolot dan ketinggalan zaman. Sesuai tuntutan zaman juga lah. Sekarang kan era digital..."

"Oooh..." Leny manggut-manggut.

"Nah, mana bunga kamboja dari kuburan perawannya?" tanya si dukun sambil menadahkan tangannya. Saat itu mereka berseberangan meja, saling menghadapi sebuah tengkorak ikan tongkol yang tergeletak di atas meja. Kenapa ia memajang tengkorak ikan tongkol? Karena ia kesulitan mendapatkan tengkorak manusia di pasar lelang sesama para dukun. Dirinya selalu kalah lelang dengan dukun-dukun lain saat memburu peralatan perdukunan. Jadi untuk sementara ia memajang tengkorak ikan dulu.

Kembali ke Leny, gadis itu memberikan kembang yang diminta oleh si dukun dengan tergesa-gesa. Kembang kamboja itu ia bungkus dengan selembar kertas wangi berwarna pink.

Si dukun menciumi kembang itu sambil memejamkan matanya. "Hmmm..." dengusnya sambil menciuminya.

Beberapa saat kemudian ia membuka matanya kembali. Lalu meletakkan bunga nya di atas meja.

"Lumayan..." gumam nya.

"Kok lumayan pak dukun?" Leny bertanya kebingungan. "Saya mendapatkan kuburannya juga tidak gampang lho. Malam-malam lagi. Hiy! Sempat ketemu hantunya!"

"Iya. Iya. Aku mengerti. Salut juga aku dengan pengorbananmu. Tapi kayaknya daya magis bunga ini kurang sempurna... " sahut si dukun lagi. Ia lama menatap Leny yang melongo memandangnya.

"Masalahnya?"

"Hm. Kuburan yang kau temukan itu memang kuburan gadis dari sisi statusnya, tapi dia bukan perawan, karena semasa ia pacaran keperawanannya sudah direnggut oleh kekasihnya. Lalu ditinggal. Itulah sebabnya ia bunuh diri..." kata si dukun sambil geleng-geleng kepala prihatin. "Kasihan juga... sudah kasihkan uang panjar, eh, malah ditinggalkan pergi nasabah..." ia lalu meletakkan bunganya di atas meja. "Aku siapkan dulu prosesi ritualnya ya," kata si dukun, lalu ia beranjak ke sebuah kamar sambil membawa kembang kamboja hasil petikan pasiennya.

Sebuah kamar khusus yang ia sediakan untuk menangani pasien-pasien dengan masalah khusus, seperti ingin memperkuat aura, atau memelet lawan jenisnya. Di kamar itu ada sebuah baskom besar berisikan air, dan juga sebuah dipan berkasur empuk.

Ia menaburkan bunga kamboja ke dalam baskom, lalu menaburkan kembang rampai di atas dipan berkasur.

"Sini, masuklah!" Ia memberikan kode kepada Leny untuk memasuki ruangan itu.

Leny masuk perlahan ke dalam ruangan. Ragu-ragu sejenak, seperti takut-takut saat menyadari.si dukun menatapnya sambil menelan ludah.

"Ayolah! Jangan lama-lama! Biar lekas selesai nih!" si dukun langsung menarik tangannya, dan menyeret perempuan itu ke ruangan khususnya.

Mendudukkan Leny di depan baskom bertabur bunga yang telah ia siapkan.

"Lepaskan semua bajumu..." perintah si dukun.

Leny melepaskan pakaiannya satu persatu, wajahnya bersemu merah, dan kini tersisa pakaian dalam.

"Hm, kau mandilah dengan air kembang itu..." perintah si dukun.

Leny menuruti perintahnya.

Usai ia mengguyur semua tubuhnya dengan air dalam baskom, sehingga seluruh tubuhnya basah kuyup, dan ia merasa kedinginan, si dukun memerintahkannya berhenti.

"Sudah, cukup..." ia menghampiri perempuan itu. Memegang ubun-ubunnya, lalu komat-kamit membaca mantera.

Leny menggigil kedinginan. Entah hawa apa yang merasuki tubuhnya ia tiba-tiba merasakan gairah yang aneh dan menggebu-gebu. Saat dukun itu mulai menciumi lehernya ia justru menggelinjang kesenangan. Bibirnya mendesah lirih. "Oohhhh...."

Dan si dukun pun mulai melumat bibirnya. Leny balas memagut dan menggelinjang....