Chapter 4 - MONSTER

Tahun menggulung tahun. Tak ada lagi kabar diantara kami bertiga. Aku yang mencoba mencari kabar mereka kemarin-kemarin akhirnya menyerah juga. Aku pun berjanji tuk menjadi sosok yang dingin untuk siapapun. Aku tak peduli. Aku tak lagi mempercayai siapapun yang mencoba mendekatiku. Tatapan ramahku kini berubah menjadi tatapan tajam menakutkan. Hingga aku dijuluki sebagai monster bermata tajam.

***

Aku pada akhirnya mulai resign dari pekerjaanku yang sudah ku geluti selama hampir tiga setengah tahun dan memutuskan kembali ke tanah kelahiranku. Jerih payahku selama tiga setengah tahun itu setidaknya bisa membuahkan hasil serta membuat perekonomian keluargaku membaik. Aku memulai sebuah bisnis baru di Kalimantan dan memulai untuk menjadi seorang penulis juga. Sesampainya di Kalimantan ibu dan ayah sangat bahagia menatapku dengan penuh rasa bangga. Dan kini aku tinggal kembali bersama mereka. "Leya, kamu kenapa?" ibu bertanya hingga memecahkan lamunanku. "oh tidak apa-apa bu, aku hanya berfikir apa jadinya jika aku menjadi seorang yang dingin terhadap mereka yang telah melukaiku, meninggalkanku disaat ku butuh sandaran mereka ?" aku bertanya sambil menatap mata ibu dan mataku mulai berkaca. Ibu lalu memelukku. "Biarkan mereka yang sudah melukaimu bahagia dengan dunianya sendiri toh suatu saat nanti mereka akan balik lagi kepadamu jika mereka sudah merasa tak ada sandaran lagi". Kata Ibu menenangkan. Aku hanya mengangguk.

***

Hari demi hari telah aku lalui tanpa kehadiran sahabat-sahabatku. Aku mulai fokus terhadap bisnisku dan kebahagian orang-orang terdekatku. Aku mulai bersikap dingin dan kasar kepada beberapa orang baru yang ku rasa sangat asing. Sampai pada saatnya aku bertemu kembali dengan Raya yang ditemani oleh seorang pria. Di persimpangan jalan saat aku menyebrangi jalanan menuju sebuah cafe aku dihadapkan oleh Raya yang sedang menatapku dari arah yang berlawanan. Aku mulai berjalan menuju arah cafe itu tepat dimana Raya sedang berdiri memandang ke arahku. "Dia!! Hmm jangan harap aku akan menegurmu lagi". Gumamku. Aku terus berjalan dengan tatapan tajam dan mengarah ke depan hingga aku melewati sosok Raya yang seakan aku tak mengenalnya. "Leyaaaaa!!!" Raya berteriak. Semua mata mulai tertuju kepada dia. Dia terus memanggilku namun aku tak menggubrisnya. Aku terus berjalan menuju cafe itu. Dengan senyuman sinisku aku memandangnya dari balik kaca jendela. "Miris!" gumamku. Aku mulai memesan makanan. "Waiters, saya pesan minuman bersoda dan satu porsi steak". Tidak lama kemudian pesananku datang. Aku mulai memegang pisau dan garpuku. Entah kenapa aku mulai terobsesi dengan pisau yang ku pegang. Dengan kasar aku mulai merobek daging itu seolah menyayat hati mereka yang dengan tidak tahu dirinya meninggalkan dan melukaiku. Membiarkanku menangis di bawah rintik hujan, membisu di sudut ruang tak bertuan dan ditemani oleh gelap dan dinginnya suasana mencekam batin kala langit ditelan gelap. Aku tiba-tiba berteriak dan memecahkan keramaian di cafe itu "Arghhhhh!!!! Aku benci kalian semua!!!". Seketika semua sudut mulai memerhatiknku. Aku pun berjalan keluar dengan tatapan kosong dan mata yang berkaca diikuti oleh mereka yang nampaknya bingung akan kondisiku saat ini. Namun aku tak peduli.

Aku mulai menyusuri jalanan kecil yang sepi. Tak lama tangisan alam pun mulai menyentuh seluruh tubuhku dan secara bersamaan memecah tangisku. Aku merasa lega kala tetesan itu jatuh bersama tangisku ditemani sepi dan mendung. Aku kembali mengusap air mataku. " Sudahlah tak ada yang perlu ditangisi lagi". Kataku dalam hati.

***

Setibanya aku di rumah, ibu telah menghidangkan masakan lezatnya yang dibuat dengan penuh cinta. Aku menyantapnya dengan lahap seperti monster yang kelaparan. " Pelan-pelan dong Ya makannya" tegur Ibu. Aku terus melanjutkan makanku dan tak menggubris sedikitpun omongan ibuku Setelah makan aku kembali ke kamar dan mulai menatap layar laptopku tuk segera menuliskan sebuah cerita. Aku mulai mematikan lampu dan hanya ada satu cahaya yang cukup menerangi kamarku yaitu cahaya dari laptopku. Aku mulai menuliskan kata demi kata hingga menjadi sebuah tulisan yang ku rasa cukup menarik untuk di baca.