Chereads / SETITIK CAHAYA DALAM RUANG TAK BERTUAN / Chapter 6 - SURAT MISTERIUS

Chapter 6 - SURAT MISTERIUS

Kertas putih tergulung rapih dalam kaleng butut berkarat dan tak sengaja terjatuh tepat di bawah kaki ku. Aku terkejut kala membaca isi dari surat itu. Aku pun bergegas kembali ke kamarku dan tak sempat menyantap roti panggang buatan ibu. "Apa maksud isi dari surat ini ?! Siapa yang mencoba menakut-nakutiku" Gumamku. Aku membuka laci dan menaruh surat itu di dalamnya dan seperti biasa aku mengabaikan sesuatu yang menurutku tidak penting.

***

Sore harinya aku berjalan di sebuah taman yang tidak jauh dari rumah. Seperti biasa tatapanku tajam dan mengerikan kepada semua orang yang berada di sekitarku. Tiba-tiba aku dihadapkan oleh sosok orang asing yang berdiri tepatnya tidak jauh dari pandanganku dan seolah berdiri tegak layaknya ingin mengajakku bergulat. Aku semakin tertarik. Aku terus berjalan ke arah depan tanpa rasa takut. Satu langkah lagi aku melewati dia namun tiba-tiba dia memegang pergelangan tanganku dan membuka sebagian topi yang menutupi wajahnya kemudian dia berjalan pergi meninggalkanku seolah mengisyaratkan sebuah tanda tanya besar dalam benakku. " Shit!!! Dasar gila!!!" Kesalku. Aku terus melanjutkan langkahku dan terhenti di sebuah bangku taman tepat di bawah pohon besar yang berdaun lebat dan di temani oleh semilir angin yang menyibak mahkota indahku. Kriiiinggg!!!! Telepon berdering. "Nomor yang tidak ku kenal??" tanyaku. Sontak aku mengangkatnya. "Hallo, Leya?!" suaranya tampak tak begitu asing. Aku lalu menutup panggilan tersebut. Aku mematikan handphone ku dan menikmati senja yang sedang menyapaku di depan sana.

***

Malam harinya, aku sedang duduk tepatnya di depan jendela kamarku sambil menatap layat laptop namun seketika dikejutkan oleh benda yang sengaja dilempar seseorang ke arah jendela kamarku. "Siapa yang beraninya melempar jendela kamarku??!!" dengan nada sedikit kesal. Aku lalu bergegas keluar kala melihat kaleng butut yang sama seperti pagi hari tergeletak tepat di bawah jendela kamarku. " Pesan yang sama" Ujarku.

***

Keesokan harinya aku pergi bersama ibuku untuk melihat perkembangan bisnis kosmetik yang sedang aku jalankan. Setibanya di sana, aku melihat seseorang yang sedang berdiri tepat di samping toko kosmetikku seolah sedang memperhatikanku. Namun, aku merasa tak asing dengan perawakan orang tersebut. Aku mencoba mendekati. Langkahku begitu ringan menuju ke arahnya. Dia yang menggunakan kacamata hitam dan topi berlogo branded itu secara perlahan mundur dan menjauh ketika aku semakin mendekatinya. Tiba-tiba dia berlari dan entah mengapa naluriku mengompori agar aku segera menangkapnya dan menghapus segala rasa penasaran. Akhirnya aku berlari mengikuti kemana dia pergi. Prakkkk!!!! Aku mencoba melemparkan balok yang tak sengaja ku temukan di sekitarku dan balok tersebut mengenai kepala belakangnya. Dia pun seolah merasa kesakitan dan tersungkur ke aspal. "Kena kau??!!" kataku . Aku penasaran dan langsung membuka topi yang dikenakannya beserta kacamata hitam itu. "Ampunnn Leya!??" kata sosok orang itu. Aku lalu memalingkan wajahnya ke arahku. "Rifann???!" jawabku terkejut. Aku lalu berdiri dan berkata "Sekali lagi kau menguntitku, aku nggak akan segan membunuhmu?!" Ancamku. Aku lalu berjalan berbalik arah meninggalkannya yang masih tersungkur di aspal. Aku kembali berjalan dengan tatapan kosong. Tidak jauh dari tempat tersebut aku menoleh ke arah bawah dan tersadar kalau aku hanya memakai satu sepatu. Karena aku mencoba memukul Rifan kembali namun menggunakan satu sepatuku. Dan di sepanjang jalan banyak mata yang meliriku. "Oh, shit!!!" Aku kembali dengan wajah geram ke tempat semula dan mengambil sepatuku. Aku berjalan menuju ke arah Rifan yang masih tersungkur di aspal dan memukulnya lagi dengan menggunakan sepatu "Aaawwwww, Leyaaaa!!!!!!" teriak Rifan kesakitan. Tanpa dosa aku berlenggang meninggalkan Rifan. Aku kembali menuju toko ku dan menyelesaikan pertemuan dengan beberapa klienku. Selepas itu aku dan ibuku pulang.

Saat berada di mobil , ibu bertanya mengapa aku tiba-tiba menghilang dan kembali dengan raut wajah yang sangat kesal. Namun, aku tak menjawab sedikitpun pertanyaan ibuku.

***

Sesampainya di rumah. Aku duduk termangu di teras sambil menyeruput secangkir kopi dan terlintas dalam benakku mengenai dua surat misterius yang ku temukan. "Berani-beraninya dia menakut-nakutiku, memangnya dia siapa ??!!" ujarku kesal. Beberapa saat kemudian Grace yang sedang berada di luar rumah menelponku. "Kak, tolong aku?!!!!" Aku terkejut kala Grace meminta tolong. Dia mengirimkan lokasi dimana dia berada dan aku segera menuju ke sana tanpa memberitahu ibu. Pepohonan yang begitu lebat dan rumput liar yang begitu padat mengejutkan pandanganku. Aku segera mencari Grace di sekitaran itu. Lalu aku terkejut dengan sosok gadis yang terikat di salah satu pohon besar disitu. "Graceee!!!!!" teriakku. Aku sengaja berteriak kencang untuk menantang orang yang melakukan hal tersebut agar keluar dari persembunyiaannya. Aku membuka tali yang melilit tangan Grace dan nampaknya Grace sangat ketakutan. Ia lalu memelukku dan menangis. Mataku terus melirik ke arah tertentu. Setibanya di mobil, aku dikejutkan oleh seorang pria yang berdiri tepat di depan mobilku dan tanpa pikir panjang aku menabrakkan mobilku ke arahnya dan berjalan pergi tanpa memedulikannya. Grace semakin di buat takut dan terkejut kala sifat acuhku mulai bermain di depan matanya. "Kak" Lirihnya. Aku tak menggubris dia sedikitpun.