Beberapa penyusup tertusuk pada nadi di tangan dan kaki mereka membuat teriakan yang menyedihkan menggema di bawah sinar rembulan malam itu. Cairan kental terciprat pada rumput-rumput, mewarnainya dengan merah darah yang mengkilap. Pemandangan tersebut merangsang senyum ceria pada kedua kembar.
"Membunuh para half-beast memang sangat menyenangkan. Iya kan, El?"
"Benar sekali, Ela. Apa lagi jika dibunuh secara pelan-pelan."
Keduanya kembali tertawa 'hihihihi…' hingga hampir sakit perut.
Salah satu dari gerombolan penyusup itu menatap tajam pada si kembar dengan penuh kebencian. Matanya melotot hingga saraf-saraf terlihat jelas membuat matanya memerah dengan sangat menyeramkan.
"Semuanya, makan benda itu!" pintanya setengah berbisik tapi cukup untuk tertangkap alat komunikasi yang terpasang di telinga.
Mereka mengambil sesuatu dari tas hitam yang terikat di pinggang mereka lalu memasukkan benda itu ke mulut.
Senyum lebar menghiasi pria yang memerintah itu. Ia bisa merasakan sesuatu yang kuat membuncah di dalam dirinya. Tanpa bisa ditahan, ia tertawa bahagia dengan lantang.
"Enyah kalian!" teriaknya dengan tangan tertunjuk pada si kembar.
Sesuatu yang bercahaya merah kejinggaan meluncur dari ujung jari telunjuknya ke arah kedua anak itu dengan kecepatan tinggi.
Alis kedua kembar itu terangkat heran. Yang laki-laki menggerakkan tangannya untuk membentuk sebuah dinding air yang cukup untuk melindungi dirinya dan kakaknya. Energi merah kejinggaan itu langsung menabrak dinding air, menghasilkan suara 'css' dan sedikit asap.
'Api? Dari mana asalnya?'
Seperti menjawab pertanyaan itu, beberapa penyusup yang sudah terluka hingga hampir tidak bisa bangun tiba-tiba berdiri tegak dengan senyum lebar di wajah mereka. Darah yang mengucur keluar dari nadi mereka sudah hilang tak berbekas dan luka yang menganga telah menutup kembali. Dari telapak tangan mereka, muncul energi yang berwarna-warni – merah jingga, biru, hijau, putih, biru, kuning, dan abu-abu.
"Sihir?" Albert hampir tidak dapat mempercayai matanya.
Lonel yang dari tadi datar pun memperlihatkan sedikit ekspresi heran. Dari mana para half-beast mendapatkan energi sihir? Kecurigaannya membuat otaknya berputar keras, memutar kembali kejadian tadi untuk mencari keanehan yang mungkin sudah terlewatkan.
"Ela, mengapa mereka punya—"
Api merah kejinggaan tiba-tiba melahap seluruh tubuh El, membuat anak laki-laki itu tidak dapat melanjutkan kata-katanya. Ela mematung di tempat tanpa mengucapkan satu kata pun. Matanya terbelalak lebar melihat keadaan menyedihkan saudaranya.
"Hahahaha … rasakan itu!" Teriak pria memerintah tadi – sepertinya merupakan komandan grup penyusup itu – sambil tertawa dengan penuh rasa puas. Tangannya terkepal kuat dengan penuh semangat.
Melihat kekuatan yang mereka dapatkan itu bisa membakar salah satu dari anak kecil yang beberapa saat yang lalu telah membuat mereka babak belur, rasa percaya diri meningkat di dalam mereka. Sorakan bagaikan merayakan kemenangan mereka yang sudah di depan mata mulai bergema di halaman kediaman itu.
"Bunuh yang satunya lagi! Setelah itu, target kita adalah kepala Luca Mocanu!" teriak ketua mereka itu, membakar semangat rekannya.
"Kepala Luca Mocanu!" seru para anggota penyusup itu mengikuti sang ketua.
Semua penyusup yang terdiri dari sekitar 50 orang itu menunjuk pada gadis kembar itu dan langsung meluncurkan kekuatan sihir mereka yang terdiri dari berbagai elemen hampir secara bersamaan.
"Daniela!" Albert hendak terbang menuju si kembar ketika Lonel yang disampingnya menangkap lengannya, menahannya dari melakukan hal tersebut.
"Lepas Lonel, Daniela akan—"
Dengusan Lonel menyela perkataan Albert. "Bodoh. Sudah seribu tahun dan kau masih tidak terbiasa dengan ini."
Tiba-tiba, sebuah dinding air yang lebih besar muncul di depan Daniela – kembaran yang perempuan, menghalangi semua energi sihir yang hendak menyerang gadis kecil itu.
"Hah … susah sekali memadamkan api ini." El, yang seharusnya telah dilahap api, terbang di sebelah kembarannya tanpa satu pun luka.
"A—apa yang terjadi?!"
"Bukannya dia sudah terbakar?!"
Darah para penyusup semakin mendingin seiring dengan melebarnya senyuman di wajah El.
Daniela berkacak pinggang dengan mulut yang sedikit dikembungkan. "Huh! Lama! Hampir saja aku kira kau akan mati." Hal ini membuat kembarannya terkikik-kikik seperti telah mendengar sesuatu yang lucu.
Di kejauhan, Albert menghela napas lega. "Setiap kali melihat Daniel dan Daniela yang bertubuh anak kecil, aku sering lupa bahwa mereka juga abadi seperti kita."
"Kalian ... bantu Daniel dan Daniela." Suara Luca tiba-tiba menggema di dalam kepala semua bawahannya.
Si kembar langsung memprotes. "Kami bisa menyelesaikannya!" seru mereka dengan wajah yang dikembungkan.
Para penyusup menatap bingung sekaligus takut. Bingung karena mereka berbicara kepada udara kosong dan takut karena melihat Daniel yang tidak terbakar sama sekali.
"Ka—kalian, cepat serang! Bunuh mereka!" teriak pemimpin mereka yang sudah setengah gemetaran. Namun, mereka tidak bisa berhenti karena sudah sampai sejauh ini. Selain itu, kembali hanya dengan alasan yang sepele seperti takut kepada dua anak kecil hanya akan membuat mereka menjadi bahan cemoohan selama bertahun-tahun ke depan.
Para penyusup lain juga memiliki pemikiran yang sama dan dengan patuh berlari mendekati keduanya dengan tangan yang kembali mengumpulkan energi sihir.
"Mereka terlalu berisik. Cepat habisi mereka." Perintah Luca kembali menggema dengan nada yang mutlak, tidak menerima bantahan.
Akhirnya, kedua kembar itu hanya bisa menelan keberatan mereka. Dengan penuh kekesalan, keduanya tidak lagi bermain-main seperti tadi.
"Padahal kita bisa menyelesaikan semut-semut ini dalam sekejap! Ya kan, El?"
"Benar sekali, Ela!"
Tepat saat Daniel menjawab, ia melemparkan beribu-ribu tetes air yang dibekukan oleh Daniela hingga membentuk duri es. Duri-duri itu begitu banyak dan rapat sehingga tidak mungkin ada yang bisa menghindarinya.
Melihat itu, Albert, Lonel, dan Victor menahan diri untuk keluar membantu. Mereka bisa melihat kekalahan para penyusup saat itu juga. Akan tetapi, tidak terpikirkan oleh mereka bahwa ketua dari kelompok itu cukup pandai dalam menggunakan sihir – bagaikan ini bukan pertama kalinya untuknya seperti yang diperlihatkan oleh penyusup-penyusup lain.
Ketua para penyusup itu melebarkan energi api di tangannya dan menebalkan lapisannya hingga membentuk tameng yang begitu besar. Seluruh duri es itu menusuk tameng api, tidak bisa menembusinya karena terlalu tebal, lalu akhirnya meleleh dan hilang dengan meninggalkan suara css.
Kedua kembar itu berdecak kesal.
"Dia menyebalkan!"
"Aku tidak suka dia!"
Kesal keduanya seperti saling melengkapi kalimat satu sama lain. Mereka kembali meluncurkan serangan yang sama.
Mengambil kesempatan di mana fokus semua orang tertuju pada duri itu, Victor meletakkan kedua tangannya pada tanah. Cahaya muncul dari tangannya itu dan retakan besar tiba-tiba muncul pada tanah, semakin memanjang dan memanjang hingga mencapai area pijakan para penyusup itu. Salah satunya adalah pijakan si ketua itu.
"Ta—tanahnya!"
"Lompat!"
Sebelum bukaan di tanah itu cukup untuk menelan orang, para penyusup itu telah meloncat dengan lincah. Namun, karena tameng yang hilang akibat pergerakan itu, sejumlah duri es yang masih utuh langsung menghujam hampir sebagian dari mereka. Dalam sekejap, 26 dari mereka mati di tempat dengan tubuh yang penuh bolongan dari duri-duri itu.
Beberapa dari penyusup itu hampir jatuh terduduk karena ketakutan.
"Jangan takut! Hanya ada dua anak kecil. Kita masih menang dalam jumlah!" Ketua mereka segera memberi kembali semangat kepada anggotanya.
Baru saja mereka ingin kembali menyerang ketika tiba-tiba lima orang yang berada di barisan depan terjatuh ke samping seperti nyawanya keluar dari tubuh tanpa aba-aba.
"A—apa ya—agh!"
Kelima half-beast yang tepat di belakang orang-orang itu juga terjatuh tanpa bisa menyelesaikan pertanyaan mereka. Sang ketua dengan gesit membuat tameng api yang sangat tebal dan menahan benda tak kasat mata yang meluncur ke arah mereka – ternyata adalah jarum kecil yang sangat tipis – dengan kecepatan yang sangat tinggi.
"Hee … tidak buruk, tidak buruk. Insting half-beast memang tidak diragukan lagi."
Suara seorang pria dewasa yang terdengar sangat malas tiba-tiba muncul di atas mereka membuat para penyusup itu mendongak dan langsung mendapati dua sosok yang berdiri di atap rumah kediaman yang masih terlindungi oleh dinding air.
"Pergilah secepatnya jika kalian tidak ingin kehilangan nyawa lebih dari ini," tegur Albert dengan tulus. Sebagai seorang dokter, nyawa adalah sesuatu yang sangat berharga baginya.
Sebaliknya, Lonel hidup dengan benda-benda yang merenggut nyawa makhluk hidup seperti racun. Kedua tangannya sudah dilengkapi dengan jarum yang telah ia olesi dengan racun mematikan yang ia racik sendiri sebagai seorang ahli racun.
Jika sudah terkena racun itu, kematian adalah mutlak.
"Huh! Omong kosong! Kami tidak serendah itu untuk mendapatkan pengampunan dari kalian, para Incubus. Lebih baik kita mati dari pada lari dari kalian!" Ketua itu langsung angkat bicara. Sinar kebencian semakin memenuhi matanya yang berapi-api.
"Benar! Benar!" teriak anggotanya yang semangatnya ikut tersulut. Mereka mulai berlari lagi dan Victor segera menggunakan sihir tanahnya untuk menggerakkan beberapa pohon untuk melilit para penyusup itu.
Lonel mendengus penuh ejekan. Tatapan matanya sangat merendahkan mereka. "Jadi … aku bisa melanjutkan?" tanyanya kepada Albert yang menghela napas panjang.
Albert mengangguk kecil. Tidak ada pilihan lain. Karena kelompok penyusup itu tidak ingin mendengar tegurannya, ia harus merenggut nyawa mereka. Jika tidak, Luca yang akan turun tangan dan semuanya akan menjadi semakin menyedihkan.
Putaran angin yang cepat mulai terbentuk di tangan Albert, begitu cepat hingga dapat dilihat oleh mata telanjang. Ia sudah siap melapisi jarum-jarum itu dengan sihir anginnya lagi dan melemparkannya pada para penyusup itu ketika….
"DAAAAA!!!"
Aliran listrik bertegangan sangat tinggi mengalir ke seluruh area kediaman itu, membuat seluruh kediaman bercahaya kuning yang sangat silau.