Di tengah pohon-pohon bunga yang bermekaran di halaman kediaman, Luca menyapu kelopak-kelopak bunga yang terus berjatuhan. Kelopak itu begitu banyak jumlahnya hingga tidak jauh dari tempatnya berdiri, terdapat satu gunung kelopak bunga di tanah.
Sebuah kerikil kecil tiba-tiba mendarat di dahinya. Kulitnya langsung robek sedikit dan darah segar mengalir keluar dari robekan itu.
Luca meringis kecil tapi tidak berusaha untuk mencari sumber batu itu. Ia sudah tahu siapa yang melakukannya dan memutuskan untuk mengabaikannya. Namun, pihak yang melempar tidak begitu senang dengan hal itu. Oleh sebab itu, detik berikutnya, sebuah kerikil kecil lainnya mendarat pada pipi Luca diikuti dengan bentakan kesal.
"Woi! Makhluk rendahan! Jangan diam saja disitu. Membosankan!"