Chapter 3 - Cinta

Sepulang dari kuliah aku langsung menuju ke Louis, kembali ke rutinitas membantu ibuku.

Dengan semangat aku membuka pintu masuk Louis. Terlihat di sana sudah ada Arizona yang duduk manis serius memainkan laptopnya. Aku tersenyum sendiri melihatnya. Betapa gantengnya pria itu saat serius seperti ini.

"Kamu ngapain senyum-senyum sendiri. Sana Bantuin ke belakang" Lagi-lagi mama mengganggu pemandanganku.

Aku berjalan menuju dapur, dan beraktivitas mengantarkan makanan ke meja pelanggan.

"tunggu! " Suara Arizona, apa dia memanggilku, aku berbalik dan menuju ke arahnya.

"Iya ada apa?" Tanyaku senang.

"Susu coklat dingin satu ya." Kata Arizona yang langsung kembali serius menatap laptopnya. Uuuhhhh dasar, kirain dia ngenalin aku. Aku berjalan menuju dapur dengan terus manyun. Kubuatkan satu gelas susu coklat dingin untuknya. Lagian kenapa juga aku sekesal ini, kenal aja enggak. Udah deh aku gak usah terlalu berharap sama dia, kita itu bagaikan air dan minyak goreng, yang gak mungkin bisa menyatu. Tapi kalau di fikir lagi apa salahnya kalau aku sedikit menyukainya. Kan cuma sedikit, gak papa kan yaaa.

"Mas Arya, pria itu sering kesini ya?" Tanyaku ke karyawan terlama mamaku.

"Iya mbak, dia hampir tiap hari kesini. Kenapa memangnya?"

"Gak papa kok, cuma penasaran aja." aku memang jarang sekali melihatnya, lebih tepatnya selama ini aku tidak memperhatikanya. tentunya aku tidak menyadari kalau aku punya pelanggan sekaligus kakak angkatan setampan dirinya.

****

Setelah selesai membersihkan badan aku langsung merebahkan tubuhku di atas kasur.

Mengingat kembali wajah tampan Arizona. Aku tersenyum sendiri. Mungkin ini yang di namakan jatuh cinta. Enak-enak melamun tiba-tiba ponselku berbunyi.

"Ya ada apa Theo?"

"Amy, kenapa kamu ninggalin aku tadi di kampus, padahal tadi aku mau ikut ke Louis sama kamu." Crocos theola.

"Iya deh maaf, lagian tadi kamu kan pergi sama yayan. Aku pikir kalian pulang bareng."

"Lain kali jangan tinggalin aku, Ok"

"Siaaap" Aku kembali menutup telfonku.

Theola menelfon hanya untuk bicara hal yang tidak penting.

Aku membuka medsosku untuk mencari brita terkini. Seketika saja mataku terbelalak melihat berita pria tampan yang saat ini aku kagumi. Yup! Siapa lagi kalau bukan Arizona, dia menjadi tranding topic jadi pengusaha sukses termuda. Kalian pasti gak menyangka, aku pun juga begitu. Karena setahuku Arizona masih kuliah dan baru akan lulus tahun depan. Aku kembali menelfon Theola, siapa tau dia mengetahui sesuatu.

"Hallo, Theo?"

"Ada apa Amy?"

"Kamu tau gak berita hari ini."

"Berita apaan?"

"Itu, Arizona. Kok bisa ya dia jadi Pengusaha? Padahal dia kan masih kuliah tuh"

"Dia kan anak orang kaya, jelas aja dia udah jenius dari kecil. Gak usah heran kayak gitu juga kali."

"Oh gitu ya."

"Kenapa kamu suka ya sama dia?"

"Enggak kok, cuma pengen tau aja."

"Ciyeee, suka ni ye.. " goda theola.

"Udah deh, aku tidur dulu. Byee." Aku langsung menutup telfonku, iya memang aku sudah mulai menyukainya bahkan mungkin mencintainya entah sejak kapa,aku mulai memejamkan mataku dan segera berlabuh ke dunia mimpi.

***

Hari ini aku Terburu-buru menuju ke kampus, aku kesiangan hari ini, karena tadi begitu sibuk di Louis. Aku berlari menuju kelas tanpa memperhatikan sekelilingku karena sudah pasti terlambat, sampai aku menabrak seseorang.

"Maaf-maaf." Aku tidak memperhatikan siapa yang barusan aku tabrak aku langsung saja masuk ke kelas. Terlihat dosen sudah mulai menulis beberapa materi di papan depan.

"Permisi pak, boleh saya masuk."

"Kenapa kamu terlambat?" Kata pak Adi.

"Maaf pak, tadi saya harus bantu orang tua dulu."

"Cepat duduk, dan jangan bikin keributan."

"Baik pak." Aku melangkah menuju bangkuku. Dengan nafas yang masih ngos-ngosan.

"Kamu kenapa terlambat, gak biasanya." Kata Theola dengan suara yang sedikit di pelankan.

"Aku tadi bantu di Louis dulu, tadi sangat ramai, mangkanya aku sampai lupa waktu. Untung aja dosen gak marah."

"Iya, lain kali jangan seperti ini. Mentang-mentang kamu siswa pintar di sini."

"Hah sudah, perhatikan dosen menerangkan, nanti di kasih tugas kita gak faham."

***

Ibu kantin menyajikan bakmi tiga porsi, untukku, Theola dan juga Yayan.

"Kalian pacaran ya, kemana-mana selalu bareng" Kataku sambil menyantap bakmi di hadapanku.

"Maunya gitu." Jawab Yayan.

"Kok gitu."

"Iya, Theola nya gak mau." Kata Yayan sambil Tertawa.

"Apaan sih, udah makan dulu." Kata Theola.

Kami melanjutkan makan kembali, seseorang duduk di sampingku dan meletakkan minumnya di meja. Aku sontak menoleh ke arahnya. Dan melotot tak percaya.

"Kenapa? Gak boleh aku duduk di sini."

"Enggak kok kak." Jawabku kaku. Aku kembali makan dengan perasaan tidak tenang. Iyalah jantungku sudah pasti mau loncat. Kalau kalian sendiri duduk di samping orang yang kalian kagumi gimana coba perasaan kalian.

"Oiya, kamu kerja di Rumah makan Louis?" Tanya Arizona.

"Enggak kak, itu milik orang tuaku. Setiap hari aku membantunya di sana."

"Ohh."

"Maaf kak, kami permisi dulu." Kata Theola pamit undur diri bersama Yayan. Ku lihat makanan mereka sudah hampir habis, dan makananku masih banyak. Tapi perutku sudah kenyang gara-gara di deketin pria tampan. Aku menarik nafasku dalam-dalam dan kembali menyantap makananku, sayang kalau gak di habiskan.

"Nama kamu siapa?" Tanya Arizona.

"Amy." Jawabku singkat. Kami kembali terdiam, setelah selesai menghabiskan makananku aku berpamitan undur diri meninggalkan Arizona. Udara terasa sejuk ketika aku meninggalkan kantin. Tadi terasa panas sekali ketika berada di samping Arizona. Aku kembali ke kelas mencari Theola sebelum pulang, karena dia ingin main ke Louis.

"Theoo, dia nanyain namaku." Teriakku sambil meloncat kegirangan.

"Siapa?"

"Arizona."

"Kamu suka sama dia?" Tanya theola.

"Iya aku menyukainya Theo." Kataku senang.

Theola juga ikut senang melihatku bahagia. Kami langsung berjalan menuju parkiran mobil, dan kembali ke Louis.

"Sore om." sapa Theola ke arah ayahku dan menyalaminya.

"tante di mana om." Tanya Theola

"tante di belakang, lagi istirahat."

"ohh, aku susulin kesana deh." kata Theola. Theola berjalan menuju ke arah belakang, dia tidak Menyangka ternyata di belakang Louis ada taman yang begitu indah, tidak terlalu luas tapi sangat sejuk, di tumbuhi beberapa pohon dan juga ada kolam ikannya. Mamaku tengah duduk di atas gazebo sambil memainkan ponselnya.

"sore tante." sapa theola.

"eh, Theola. kamu sendirian kesini?" Tanya mamaku.

"enggak tante, tadi sama Amy."

"terus kemana Amy?"

"tadi Amy langsung bantuin ke dapur."

"Amy anak nya pekerja keras ya tante."

"iya, dia selalu bantuin tante dari dia masih SMP."

"tante beruntung banget ya punya anak seperti Amy. Amy juga, beruntung banget punya orang tua sebaik tante."

"ya alhamdulillah, tante bersyukur. selain itu Amy juga anaknya rajin belajar mangkanya pinter dan bisa dapat beasiswa."

"iya tante, aku juga beruntung banget bisa ketemu sama Amy."

obrolan mereka masih terus saja berlangsung cerita ini dan itu.