Pemakaman itu tampak sangat sepi. Tidak ada peziarah yang datang ke sana pada siang itu. Hanya ada pepohonan, deretan tanah-tanah pemakaman berisi jasad-jasad orang-orang tercinta yang berharga untuk orang lain, dan angin yang menyambut kedatangan keduanya. Kaki Sheren menapak dengan hati-hati. Di tangan kanannya, terdapat sebuah buket bunga mawar merah yang merupakan salah satu bunga favorit orang yang akan dikunjungi oleh Sheren.
Mata Sheren melihatnya. Sebuah batu nisan bertuliskan nama seseorang yang selama bertahun-tahun dicarinya. Nama lengkap Anastasya terpatri di sana, lengkap dengan tanggal lahir dan tanggal wafatnya. "Ini beneran, Shawn? Kamu enggak bohong kan?" tanya Sheren dengan suara gemetar. Dia lalu berjongkok di samping gundukan makam itu.
"Apa aku harus minta orang buat ngebongkar makam ini baru kamu bisa percaya sama aku?" Shawn ikut berjongkok di samping Sheren. "Ini memang Anastasya yang kita kenal, Sheren. Dia pada akhirnya berakhir seperti ini."