"Kak Felix" Pekik wanita itu yang membuat Ava ingin mematahkan tulang lehernya. "Berisik sialan!" Teriak Ava. Sang wanita itupun memasang wajah polos yang membuat Ava ingin mengeprek kepalanya. "Cih... Sok imut!" Sindir Ava. "Kak Felix" Sapa wanita itu. "Lu siapa?" Tanya Felix yang membuat Ava tertawa.
"Bwahaha" Tawa Ava yang membuat wanita itu kesal sekaligus malu. "Aku Berly" Ucap wanita itu. "Apa babi?!" Ledek Ava. "Gua gak nanya nama lo ya" Ucap Felix. "Mampus kau titisan setan" Kata Ava sembari tertawa. Berly sudah malu setengah mati di depan Felix.
Tapi dengan tidak tau malu nya Berly duduk di samping Felix. "Heh lo anak dakjal ngapain duduk!" Teriak Ava. "Suka-suka gua napa!" Emosi Berly. "Itu pacar gua bego, bukan pacar lo" Ava melanjutkan perkataannya. "Dia alergi sama jalang kayak elo". Kali ini perkataan Ava menarik perhatian para pengunjung.
Sedari tadi Felix hanya diam saja. "Jaga ya! Tuh mulut" Ngegas Berly karena tidak Terima oleh kenyataan yang ada. "Jaga tuh mata lu!" Balas Ava tak Terima. "Hah?!" Ucap Berly. "Hah, hah, hah mulu lo kek tukang keong" Kata-kata Ava membuat para pengunjung cafe tertawa.
"Jangan sampe gua siram lu pake air ya!" Ancam Berly. "Elu berani nyiram cewek gua. ABIS LO MALEM INI" ancaman Felix membuat nyali Berly ciut bukan main. "Jalang, jalang. Udah deh jangan sampe gua tendang ya lo!" Ucap Ava karena sudah geram dengan kelakuan Berly yang mepet terus dengan Felix. "Bodo Amat" Berly tidak peduli dengan kata-kata Ava.
Tanpa basa-basi Ava segera menendang Berly hingga tersungkur ke lantai. "Gimana?" Tanya Ava dengan smirk. Berly kesakitan karena Ava menendangnya dengan sekuat tenaga. "Bangun lo babi!" Kata Ava. Berly segera bangun dan langsung menampar Ava dengan keras.
Ava pun langsung menendang perut Berly dan menampar wajahnya dengan amat brutal. Setelah kejadian itu Ava pulang kerumah dengan bad mood. Felix pun mengetahui bahwa gadisnya itu sedang cemburu. Pada saat malam hari Ava keluar rumah dengan menggunakan sweater hitam dan celana jeans.
Ava menggunakan topi dan juga masker. Ava telah mencari informasi tentang wanita itu dan segera pergi menuju rumahnya. Ava dengan sangat hati-hati menerobos masuk kerumah yang dipenuhi oleh pengawal. Ava memanjat tembok yang tingginya sekitar 15 meter untuk memasuki balkon kamar.
Sesampainya di kamar itu Ava dengan segala keahliannya langsung membuka pintu dan menangkap seorang wanita. Ava membawa wanita itu ke sebuah gedung kosong. "Done!" Ucap Ava dengan bahagia. Wanita itupun tersadar dan segera berteriak. "TOLONG!!!" Teriak wanita itu. "BERLY mau lu teriak ampe tenggorokan lu putus juga gak bakalan ada yang nolongin" Ucap Ava dengan smirk yang sangat amat menyeramkan.
"Ava!" Kaget Berly saat Ava membuka topi dan maskernya. "Surprise bitch" Ava mengambil pisau kecil yang ada di dekat sepatunya dan menempelkan ke leher Berly. Berly sudah menangis sedari tadi. "Jangan nangis bitch" Ava mencoba menenangkan Berly dengan Amat seram.
"Lo gak akan mati! Kalo lo gak ngusik gua bitch!!" Teriakan Ava menggema di seluruh gedung kosong itu. "Maaf" Tangisan Berly semakin pecah melihat Ava yang menyeramkan. "Sorry bitch lo bakalan mati sekarang!" Setelah mengucapkan itu Ava mendorong Berly dari atas gedung lantai 20. Sudah dapat di pastikan bahwa Berly akan mati.
Ava melewati mayat Berly yang dipenuhi darah dimana-mana. Ava terlihat sangat santai dan pergi menuju rumahnya dengan menggunakan mobil sport berwarna putih. Selama perjalanan Ava tertawa bahagia. Dasar psychopath kalo abis bunuh orang ya pasti seneng. Ava tidak memiliki jejak apapun di gedung itu seakan tidak terjadi apapun.
Bahkan gedung itu sudah tidak diurus dan tidak banyak orang yang lewat. Pemukiman jauh sekitar 5 kilometer. Jadi mungkin sekitar beberapa bulan baru bisa di temukan mayat Berly yang tergeletak tidak bernyawa. Ava sampai dirumah dan langsung masuk ke kamar. Ia mengganti baju dengan piyama berwarna Nevy.
Dan turun untuk pergi ke perpustakaan pribadi. Ia hanya akan membaca novel bukan sejarah atau pelajaran lainnya. Ava tidak sekolah di bantu dengan biaya siswa lagi. Ia sungguh bebas dan bisa bolos sekolah. Namun ia harus tetap menggapai cita-citanya yaitu membahagiakan kedua orang tuanya.