Nala dan Denis kini sedang bersama di Perpustakaan. Mereka masih saling diam bahkan tak saling pandang meskipun sudah satu jam berdua saja. Sebenarnya Nala merasa sedikit canggung dan sedih bersamaan harus berdua saja dengan lelaki itu. Kenangan bahagia sesaat dan kenyataan yang menampar sudah cukup membuat dirinya tahu dimana posisinya selama ini. Ia mengiyakan semua ucapan lelaki itu karena sampai saat ini hanya dia yang merasa sakit. Denis bahkan tampak biasa saja dan tak memiliki beban apapun. Sangat berbeda dengan dirinya yang setengah mati berusaha terlihat baik-baik saja. Hari dimana lelaki itu membuat pengakuan di hadapan sang papa masih terekam jelas dalam ingatan Nala. "Kau luar biasa," gumamnya lirih dalam hati.
"Mana bagianmu?" suara Denis seolah menarik Nala kembali ke dunia nyata.
"Aku kirim sekarang," jawab Nala berusaha sekuat mungkin agar suaranya tidak bergetar.
"Hmmm," deheman Denis membuatnya tersenyum kecut.