Nala dan Denis kini sudah berada di kampus. Mereka kali ini memilih sarapan di kantin kampus karena merasa bosan dengan suasana sarapan di asrama. Tentu saja ini adalah ulah Nala, sedangkan Denis sama sekali tidak bisa menolak kekasihnya itu. Dan di sinilah mereka akhirnya, padahal menu sarapannya selalu sama.
Denis hanya bisa menghela napas memandang Nala yang dengan lahap menyantap nasinya. Ia sama sekali tidak ingin menegur karena tidak ingin merusak suasana yang sudah susah payah ia bangun sendirian. Dan lagi, Denis baru tahu jika Nala sebenarnya tidak semenyebalkan itu saat benar-benar sudah mengenalnya. Gadis itu mandiri dan dewasa. Kini Denis mulai memahami mengapa banyak lelaki yang tertarik dengan kekasihnya itu dimanapun ia berada. Nala memang memiliki pesona luar biasa. Hanya dengan senyumannya saja sudah banyak pasang mata lelaki yang menatapnya. "Pelan-pelan sayang," ucapnya saat melihat gadis itu melahap suapan besar terakhirnya.