"Hmmm, Rea … mungkin kamu sudah paham mengapa aku akhir-akhir ini mendekatimu dan menaruh perhatian lebih kepadamu. Tapi aku tidak ingin terburu-buru … namun juga aku tidak ingin mengulur waktu terlalu panjang untuk mengatakannya," tutur Rega dan membuat Rea bangun dari sandarannya.
Rea merubah posisi duduknya sehinga berhadapan dengan Rega. Ia juga terlihat tidak sabar ingin mendengar penuturan Rega selanjutnya.
"Rea … You will—"
"Yes, I will …."
"Hm?!" tanya Rega membesarkan matanya.
"Kamu ingin aku menjadi kekasihmu, bukan?" tanya Rea, mendekat pada Rega.
Mata Rega berbinar mendengar Rea yang sudah lebih dulu menjawabnya.
Tangan Rega meraih kedua tangan Rea dan menggenggamnya begitu erat. Tatapan matanya menunjukkan kalau ia begitu bahagia. Meski Rea tidak terlihat demikian, namun Rea berusaha untuk membuat Rega tidak mengerti kalau apa yang dilakukannya hanyalah rasa cemburu belaka.
"Terima kasih, Rea …."
***
Rea, Ferdinan, Aldy dan kali ini Grey ikut bersama mereka.
Malam ini lagi-lagi mereka pergi makan malam bersama, dengan menu yang sudah menjadi khas untuk mereka, yaitu sate.
Ferdinan duduk bersama Grey dan Rea duduk bersama Aldy. Mereka memang sudah terlihat pas dan serasi.
"Jadi, makan malam kali ini ada perayaan, kah?" tanya Ferdinan dengan ceringainya.
"Sepertinya," sahut Aldy menjawabnya.
"Wah, Aldy sudah resmi sepertinya dengan Soraya," tutur Ferdinan penuh semangat.
"Aku yang akan traktir kalian," timpal Rea tiba-tiba, sembari menatap layar ponselnya. "Tapi aku kedatangan orang untuk bergabung bersama kita."
"Hm?! Silakan. Siapa dia, Rea?" tanya Ferdinan, memajukan kursi tempat duduknya.
"Sebentar lagi juga datang," jawab Rea, lalu menyimpan ponselnya di atas meja.
Semua menjadi diam, terutama Aldy yang sejak tadi memperhatikan Rea, ia juga diam dan menebak dalam pikirannya, siapa orang yang akan bergabung bersama mereka.
"Rea!"
Rea, nama yang dipanggil … namun seluruh mata yang ada di tempat makan tersebut ikut menoleh, menyorot pada seorang pria yang baru saja memasuki area tempat sate, sembari melangkah dengan tegap dan menunjukkan pesona ketampanannya.
Potur tubuh yang tinggi dengan kulit putih dan mata yang bulat. Rambut sedikit ikal dengan style yang sangat modis, membuat hampir seluruh wanita bisa saja menyukai ketampanan Rega.
"Rega?! Kamu sedang apa di sini?" tanya Grey, heran dengan kehadiran Rega dan memanggil Rea, menghampiri mereka.
"Aku … datang untuk Rea," jawab Rega tersenyum, kini ia sedang berdiri tepat di belakang Rea, sembari memegangi kedua bahu Rea dan memberikan pijatan lembut di sana.
"Hah?! J—jadi … kalian …."
"Iya … Dia, pacarku," balas Rea malu-malu.
Ferdinan tiba-tiba saja bersorak seru, menandakan kalau ia turut bahagia mendengar dan melihatnya. Rea, gadis yang baru saja mengalami patah hati usia kecelakaan dan harus menerima kalau kekasihnya tiba-tiba saja hilang ingatan hanya untuknya –Hans-, kini sudah bisa menempatkan hatinya untuk pria lain yang jauh lebih lebih sempurna dari Hans.
"Aku tidak menyangka … Rea berhasil meluluhkan dua pria tampan di kelasku … hebat!" lanjut Ferdinan memberikan tepuk tangan.
"Memang di kelas kamu ada berapa pria tampan?" tanya Grey.
"Ada tiga. Hans di posisi ketiga dan Rega di posisi kedua," jawab Grey.
"Lalu posisi pertama?" tanya Rega dengan terkekeh mendengar pengakuan dari Ferdinan.
"Aku."
Hahaha ….
Gelak tawa semakin pecah dengan pengakuan Ferdinan yang terlalu percaya diri itu.
"Rega, duduk. Kamu ingin berdiri seperti itu?" tanya Ferdinan meminta Rega untuk duduk dan tidak lagi berdiri di belakang Rea. "Aldy, lekas pindah. Biarkan Rega duduk di samping Rea. Pasangan baru tidak boleh dipisahkan," pinta Ferdinan meminta Aldy untuk berpindah tempat duduk dan memberikannya kepada Rega.
Aldy hanya terkekeh dan segera menurutinya.
"Seharusnya aku juga mengajak Soraya, jadi kita bisa triple date," ujar Aldy menyayangkan kalau ia datang sendiri.
"Kenapa kamu tidak mengajak pasanganmu, Al?" tanya Grey.
"Aku pikir, Rea tidak akan mengajak Rega. Aku harus mengantarnya pulang. Kalau tahu ada Rega, aku tidak memiliki tanggung jawab untuk mengantar Rea pulang dan bisa mengajak Soraya bersama kita," jawab Aldy, memberikan jawaban yang sangat tepat.
Rea hanya tersenyum, ia tidak terlalu banyak merespon apapun yang dikatakan oleh Aldy.
Setelah lengkap, mereka memanggil pelayan di tempat makan tersebut untuk memesan makaan dan minuman. Sop kambing, selalu menjadi teman mereka ketika mereka memilih untuk memakan sate ayam.
"Kamu menyukai kambing?" tanya Rea pada sang kekasih.
"Tidak," jawab Rega singkat, menatap Rea.
"Lalu mengapa kamu memesan sate kambing? Kita sudah memesan sop kambing untuk teman lauknya."
"Tidak masalah."
"Tapi kamu tidak menyukai kambing—"
"Aku memang tidak menyukai kambing, karena yang aku sukai itu kamu, Rea … bukan kambing."
Hahaha …
Lagi-lagi, gelak tawa pecah diantara mereka.
Rea salah menempatkan kata dalam pertanyaannya. Ia malu dan menyembunyikan wajahnya dibalik punggung Rega.
"Beri pertanyaan yang benar, Rea …," pinta Grey yang juga ikut terkekeh.
"Rega, apa kamu suka kambing? Hm, maksudku—"
"Iya … aku suka sate kambing, sop kambing, gulai kambing … bahkan aku juga sangat menyukai tongseng kambing," sahut Rega, memotong omongan Rea yang terlihat bingung dalam penyampaiannya.
Rea menyeringai, mendapatkan jawabannya, meski pertanyaannya masih membuat orang awam bingung.
***
Mobil Rega menepi di depan rumah Rea, namun Rea tidak langsung keluar. Ia masih duduk dan menatap Rega yang sejak mobilnya menepi sudah melihat Rea. Keduanya sedang dimabuk asmara, baru saja meresmikan hari pacaran mereka.
Rega benar-benar senang dan bersyukur, mendapatkan Rea tidaklah sesulit yang dibayangkan. Dimana Rea yang masih belum bisa melupakan Hans. Sementara Rea juga merasa senang karena dengan kehadiran Rega, ia benar-benar bisa menahan api cemburunya pada Aldy, pria yang telah berhasil membuatnya berhenti untuk mencintai Hans.
"Rea … aku masih tidak menyangka, kalau pada akhirnya kita menjadi pasangan kekasih seperti ini," tutur Rega, kemudian menarik pelan tangan Rea dan memberikan kecupan di punggung tangannya.
"Rega … aku juga senang. Terima kasih sudah menemani hari-hariku akhir-akhir ini … aku benar-benar bersyukur karena kamu telah memilihku sebagai pasanganmu," tutur Rea, yang sebenarnya juga bersyukur karena biar bagaimanapun, Rega juga memiliki peran dalam kesehariannya.
Rega tersenyum, memberikan belaian lembut di rambut Rea.
Tangannya turun hingga ke pelipis kekasihnya dan memberikan usapan lembut di sana, membuat Rea memejamkan matanya, merasakan kenyamanan.
Rea membuka matanya, ia membalas genggaman tangan Rega dan juga mengecup punggung tangan pria yang kini telah resmi menjadi kekasihnya itu.
"Jangan pernah lelah dan merasa bosan padaku," pinta Rea dengan tatapan penuh harap.
"Pasti!" balas Rega tegas.
Rega memajukan tubuhnya, sedikit membungkuk, dengan tangan yang menarik lembut dagu Rea, agar ia bisa mencapai bibir sang kekasih.
Drrrrt drrrrt drrrt!!!