Chapter 85 - Pernikahan

Bryan menarik dengan lembut tangan Nisa untuk berdiri di depan pastur untuk acara pemberkatan. Sementara, Arya dan Alisha berdiri di belakang Bryan dan Nisa. Keduanya berpandangan dan saling tersenyum lalu Arya menawarkan tangannya untuk digenggam oleh Alisha. Keduanya saling bergenggaman tangan selama proses pemberkatan dan perjanjian pernikahan berlangsung.

Pastur yang menikahkan kemudian membacakan beberapa ayat injil sambil tersenyum pada keduanya. Baik Bryan dan Nisa menyimak dengan baik dan tak bicara. Tak lama keduanya saling berhadapan untuk kemudian mengikat janji pernikahan. Bryan lebih dahulu mengucapkan janji pernikahan yang akan mengikat ia selamanya pada Nisa

"I, Darsh Bryan Alexander, take you Deanisa Melody Harfa, to be my wedded wife. To have and to hold, from this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness or in health, to love and to cherish 'till death do us part. And hereto I pledge you my faithfulness." (saya Darsh Bryan Alexander mengambil Deanisa Melody Harfa sebagai istri yang sah, untuk mengasihi dan melayani pada waktu suka maupun duka, pada waktu sehat maupun sakit dan akan memelihara dia hingga kematian memisahkan. Saya berjanji akan menyatakan kesetiaan padanya)

Setelahnya giliran Nisa mengucapkan janji pernikahan yang sama.

"I, Deanisa Melody Harfa, take you Darsh Bryan Alexander, to be my wedded husband. To have and to hold, from this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness or in health, to love and to cherish 'till death do us part. And hereto I pledge you my faithfulness." (saya Deanisa Melody Harfa mengambil Darsh Bryan Alexander sebagai suami yang sah, untuk mengasihi dan melayani pada waktu suka maupun duka, pada waktu sehat maupun sakit dan akan memelihara dia hingga kematian memisahkan. Saya berjanji akan menyatakan kesetiaan padanya).

Keduanya kemudian dipersilahkan untuk memasangkan cincin pada pasangannya. Setelah Nisa memasangkan cincin pada Bryan lalu Bryan memasangkan cincin di jari manis Nisa.

"Atas nama Tuhan, saya nyatakan kalian berdua sebagai suami dan istri, kamu boleh mencium pengantinmu)," ujar pastur pada Bryan dan Nisa dengan tersenyum.

Bryan lantas membuka kerundung putih dikepala Nisa. Dan Nisa yang semula menunduk lalu menaikkan pandangan matanya melihat suaminya, Bryan Alexander. Bryan tidak menunggu lama untuk mencium istrinya. Ia memegang kedua pipi Nisa lalu menunduk dan mencium bibir Nisa perlahan. Nisa menutup matanya dan membalas ciuman Bryan dengan lembut. Sebelah tangannya memegang lengan Bryan. Beberapa detik setelah berciuman mereka sempat berpandangan. Seolah tak ada orang lain di sana, Bryan dan Nisa terus berpandangan dengan jarak sangat dekat. Hidung mereka bhakan bersentuhan. Ada cinta disana, keduanya saling mencintai hanya saja terlalu banyak alasan untuk mau jujur.

Bryan lalu melepaskan dirinya dari Nisa dan tersenyum. Riuh tepuk tangan dan tangisan Alisha yang sedang dipeluk Arya menyadarkan Bryan dan Nisa.

Bryan meraih tangan Nisa menariknya lembut membawa bersamanya menemui Ayah, Pamannya serta anggota keluarga Alexander yang telah berkumpul. Seluruh tamu mengucapkan selamat dan kagum pada keduanya. Mereka tampak sangat serasi. Setelah acara pemberkatan tinggal acara pesta penikahannya saja.

Alisha lalu mengajak Nisa untuk mengganti gaunnya. Ada dua baju pernikahan yang dibuat Alisha untuk Nisa dan ia ingin agar Nisa dapat memakai keduanya. Yang kedua tidak memiliki kerudung dan Nisa terlihat seperti putri kerajaan yang sangat cantik. Gaun kedua membuat Nisa jauh lebih leluasa bergerak dan Bryan menunggu dengan sabar pengantinnya berganti pakaian.

Bryan menggandeng Nisa dan keduanya lalu harus memotong kue pernikahan. Berhubung Bryan juga ulang tahun di saat yang sama maka Bryan juga harus meniup lilin dari kue yang sudah disediakan oleh Ayahnya. Semuanya berjalan sempurna sampai tiba giliran Nisa memberi selamat ulang tahun untuk Bryan. Ia mendekat pada Bryan dan sedikit menarik lengannya. Bryan bertanya dengan mata dan senyumannya lalu menunduk agar Nisa membisikkan sesuatu padanya.

"Nisa punya hadiah ulang tahun untuk Kakak." Bryan tersenyum sambil menaikkan alisnya bertanya dengan matanya. Nisa lalu mengeluarkan sebuah gelang rantai perak dengan dua buah liontin dari balik gaunnya.

Liontin pertama berbentuk simbol melody dan satunya lagi sebuah simbol yang Bryan tidak kenal.

"Apa ini?" tanya Bryan meraba simbol yang tak ia kenal itu dengan wajah yang sangat dekat dengan Nisa.

"Darsh adalah nama lain dari dewa Krisna, itu simbol dewa Krisna, seorang pemimpin," jawab Nisa sambil tersenyum. Ia kemudian mengambil gelang tersebut dan memakaikannya pada Bryan. Bryan masih terus tersenyum mendapat hadiah dari Nisa. Dari semua kado, kado dari Nisa adalah yang paling spesial. Bryan mencium pipi Nisa sambil mengucapkan terima kasih.

Acara berlangsung dengan meriah. Nisa melempar bunga dan Emily menjadi yang beruntung mendapatkannya. Arya tersenyum lebar melihat Emily yang tidak bahkan tidak ikut berada di belakang Nisa tapi malah menerima lemparan buket bunga. Bryan menggoda dengan mengedipkan matanya pada Arya.

Setelahnya Bryan dan Nisa berdansa sambil terus tersenyum dan sesekali Bryan mencium pipi Nisa. Seolah tidak ada yang terjadi pada mereka sebelum pernikahan itu. Mereka terlihat seperti pasangan bahagia. Setidaknya itulah yang dirasakan Bryan. Nisa begitu menikmati pesta pernikahannya. Ia tertawa senang bahagia dan terlihat sangat cantik.

Dari balik beberapa tamu terlihat Gabriel Moretti memperhatikan Bryan yang terlihat bahagia menghampiri istrinya. Ia tersenyum dan menghela napas sambal meminum minumannya. Gabriel lalu menoleh sekilas pada Darren yang terlihat tengah berbicara pada beberapa orang tamu. Ia pun menyelinap dan mengikuti Darren.

Darren yang merasa diikuti, akhirnya berhenti dan menoleh ke belakang. Betapa terkejutnya ia melihat Daniel Moretti alias David Ashton berada di belakangnya santai sambil masih memegang gelas minuman. Bagaimana dia bisa masuk kemari?

"We met again, Prince Darren Van Alexander," (kita bertemu lagi pangeran Darren Van Alexander) ujarnya sambil tersenyum.

"Bagaimana kamu bisa ada disini!" balas Darren dengan rahang mengeras. Ia benar-benar teledor bisa membiarkan pria itu masuk.

"Ini pernikahan putraku, tentu saja aku harus hadir!" balas Moretti tanpa takut sama sekali. Darren tak beranjak dari posisi nya dan tak mau menanggapi apapun. Ia sedang berpikir bagaimana caranya menyingkirkan Moretti tanpa membuat keributan di tengah pesta.

"Keamananmu bocor Darren, kamu seharusnya bisa mengurus lebih baik dari ini,' tambah Moretti lagi dengan nada mengejek.

"Dia bukan anakmu dan kamu tidak diterima disini!" geram Darren. Moretti mendengus dan tergelak sinis.

"Sampai kapan kamu mau membohonginya, Bryan berhak tau siapa ayah kandungnya." Darren melirik pada Juan yang sudah berada di belakang Gabriel dan menodongkan senjatanya. Mereka berada cukup jauh dari kerumunan tamu. Tidak ada yang melihat insiden itu. Gabriel kemudian menoleh ke belakang melihat Juan lalu menyengir jahat padanya.

"Kamu sangat pintar memilih seorang pengawal, Darren Alexander. Hhhmm!" ujarnya menyindir Darren. Gabriel kemudian menoleh kembali pada Juan lagi.

"Nice to see you again traitor!" (senang bertemu denganmu lagi pengkhianat).

"Jangan sampai aku menarik pelatuk senjataku disini, Tuan Moretti! Tidak ada yang harus mati hari ini!" hardik Juan masih terus menodongkan senjatanya di depan Gabriel. Gabriel menyengir dan tergelak melihat Juan. Daripada ikut mengeluarkan senjata, Gabriel merogoh saku jasnya dan mengeluarkan sebuah kotak dengan logo Maseratti lalu memberikannya pada Juan.

"Berikan ini pada Tuanmu sebagai hadiah pernikahan dariku," ujarnya menyodorkan kotak tersebut. Juan berpikir sejenak sebelum menjulurkan mengambil kotak sambil masih menodongkan senjatanya lalu membukanya dan ia melihat sebuah kunci mobil Maseratti Quattroporte.

"Sampai jumpa... Pangeran Darren!" sambung Gabriel lalu memakai kacamata dan berjalan keluar dari halaman tempat pesta tengah berlangsung. Setelah Moretti pergi, Juan menurunkan senjatanya dan Darren menghampiri dengan wajah marah.

"Aku ingin kamu periksa semua orang. Aku tidak mau lagi ada kesalahan seperti ini lagi nanti, mengerti!" bisik Darren menggeram lalu langsung pergi.

"Baik Pak," jawab Juan menundukkan kepalan sambil melepaskan napas berat dan masih memegang kotak kunci mobil tersebut.