Firasat Arya benar. Ayahnya tengah menginterogasi Emily dan wajah Arya langsung berubah datar.
"O, itu karena kami hanya berteman sebelumnya," jawab Emily. Sinta mulai memandangi Suaminya sambil menggeleng pelan.
"Hhmm, lantas apa pekerjaanmu?"
"Aku seorang Veterinarian." Mata Surya spontan membesar.
"Maksudmu, Kamu adalah dokter hewam?" tanya Surya meyakinkan dan Emily hanya mengangguk.
"Wah... cool!" celetuk Dara yang dihadiahi delikan Ayahnya karena tiba-tiba menyela. Emily hanya menunduk dan tersenyum.
"Ceritakan padaku tentang keluargamu. Orang tua mu dari mana?" pertanyaan Surya bahkan sempat mendapat sikutan lembut dari Sinta tapi ia hanya mengangkat bahunya.
"Aku seorang yatim piatu. Aku dulu tinggal di panti asuhan sampai beruumur 8 tahun. Dan keluarga Carter kemudian mengadopsiku, itu sebabnya mengapa aku memiliki nama belakang mereka. Namun sekarang orang tua angkatku sudah meninggal saat aku 18 tahun, jadi sejak saat itu aku tinggal sendiri." Emily menjelaskan sambil tersenyum.
Arya langsung menoleh Emily dengan raut wajah yang tidak bisa dijelaskan. Dia tidak tau bahwa Emily ternyata adalah yatim piatu. Emily selalu terlihat ceria namun ternyata ia tidak memiliki keluarga. Arya otomatis menggenggam jemari Emily. Entah mengapa dalam hatinya ia semakin ingin melindungi gadis itu.
"Aku turut sedih mendengarnya, Sayang," ujar Sinta dengan wajah simpati sambil tersenyum.
"Tak apa. Itu sudah sangat lama dan aku sudah terbiasa." Emily masih tersenyum ramah. Surya sempat diam sesaat sebelum kemudian menarik napas dan berdiri. Ia kemudian meminta ijin sebentar ke belakang sambil memanggil Arya untuk bersamanya.
"Maaf, kami ke belakang sebentar... Arya!" ujar Surya sedikit tersenyum pada Emily dan memberi kode pada Arya untuk ikut dengan sedikit mendelik. Arya pun ikut bangun dan tersenyum pada Emily sesaat.
"Sebentar ya!" Emily mengangguk dan ikut tersenyum pada Arya. Ia lalu berdiri dan mengikuti Ayahnya yang berjalan ke ruang makan.
"Pa, kenapa Papa jadi interogasi Emily kayak gitu?" tanya Arya begitu masuk ke ruang makan berhadapan dengan Ayahnya.
"Papa cuma bertanya soal keluarganya, apa salah?" balas Surya membela diri.
"Untung Emily gak tersinggung, keluarga itu kan hal pribadi Pa."
"Loh, memangnya Papa salah nanya latar belakang pacar kamu. Kamu sendiri tau gak kalau dia gak punya keluarga?" Arya terdiam. Ia memang tidak tau apa-apa soal Emily. Selama ini dalam hubungannya hanya ada soal dirinya.
"Kamu benar benar yakin sama dia? Apa kamu cinta sama dia?" Arya masih diam menghadapi pertanyaan Ayahnya. Arya mulai berpikir tapi ia belum berpikir sejauh apakah ia mencintai Emily atau tidak.
"Yang jelas Arya suka sama Emily, untuk saat ini kami hanya berhubungan biasa." Surya mengerutkan keningnya.
"Berhubungan biasa gimana? Arya, kamu sudah dewasa bagaimana bisa kamu mengajak perempuan yang kamu gak yakin mau jadikan istri buat datang ke rumah?"
"Tapi ini kan cuma makan malam biasa!" sahut Arya mulai meninggikan bisikannya.
"Bukan itu tujuan makan malam ini. Kamu ini sebenarnya bawa calon istri atau hanya selingan kamu?" tanya Ayahnya lagi. Surya mulai terlihat kesal dengan anaknya.
"Dia bukan selingan Pa. Oke Arya akui Arya mungkin belum cinta sama dia, tapi Arya gak mau ini jadi alasan Papa ngejodohin Arya sama Dira."
" Jadi dia hanya supaya Papa gak ngejodohin kamu gitu? Papa lebih kenal Dira daripada Emily."
"Pah..." Arya jadi sangat kesal karena Ayahnya tak mau mengerti.
"Kenapa kalian berdua malah berdebat disini?" tiba tiba suara Sinta terdengar dan keduanya pun langsung terdiam. Sinta menggeleng kepalanya. Anak dan Ayah sama saja tidak ada yang mau mengalah.
"Tidak baik membiarkan tamu sendiri. Untung ada Dara jadi Emily gak merasa terasing, tapi kalian berdua malah berdebat disini." Arya hanya menarik napas.
"Sayang, kami hanya diskusi sebentar. Iya kan Arya," ujar Surya mencari pembelaan dari Arya. Arya hanya menyeringai tipis. Ia tau Ayahnya akan kena masalah dari Ibunya jika ketahuan berdebat seperti ini dengannya.
"Diskusi apa sampai tamu ditinggal lama?" Sinta masih memakai mode 'Ratu' nya pada Suami dan anaknya. Surya akhirnya hanya diam saja dan menunduk.
"Arya, kamu temani Emily. Kalau Dara dibiarkan lama nanti dia bisa bawa Emily ke kamarnya," tegur Sinta pada Arya. Mata Arya langsung membesar.
"Wadoh... Iya Ma!" jawab Arya buru-buru keluar. Tinggallah Surya disana harus mendapat ekspresi wajah tanpa emosi oleh Istrinya. Sinta lalu mendekat dan membelai lengan pria yang sudah jadi suaminya selama 29 tahun.
"Aku yakin Arya menyukai gadis itu, berikan anakmu kesempatan untuk membuktikan dirinya," ujar Sinta sambil menatap suaminya.
"Kita gak kenal Emily itu siapa. Bagaimana jika dia bawa dampak buruk bagi Arya, dia bahkan gak punya keluarga."
"Kamu lupa, aku juga tidak punya keluarga." Surya menundukkan pandangannya ketika istrinya berkata seperti itu.
"Tapi aku kenal seluruh kamu biarpun kamu yatim piatu," jawab Surya dengan nada lebih rendah. Sinta tersenyum
"Aku yakin dia gadis yang baik, kamu tau firasatku tidak pernah salah." Surya tidak bisa berkutik lagi. Ia terlalu mencintai istrinya untuk berdebat dengannya. Mungkin ia memang harus memberi Arya kesempatan untuk mencari sendiri pendamping hidupnya. Surya pun akhirnya mengangguk dan menarik napas.
"Okay, tapi jika Arya mengacaukan hubungannya kali ini, aku sendiri yang akan langsung menjodohkannya dengan orang lain." Sinta tersenyum dan mengangguk.
Arya masuk ke ruang santai menemukan kedua adiknya telah pindah tempat duduk di sebelah kanan dan kiri Emily. Dara yang begitu antusias bercerita pada Emily. Ibunya benar, ditinggal sedikit lama Dara bisa mengajak Emily tidur di kamarnya.
Dara itu anak yang sangat suka berteman. Jika ia sudah suka ia tidak perduli apa orangnya bisa atau tidak dia pasti akan mengajak menginap. Arya hanya memperhatikan saja kedua Adiknya bercerita dan tertawa dengan Emily. Ia terus bertanya dalam hatinya apa yang sebenarnya ia rasakan pada Emily. Apakah benar seperti yang Ayahnya katakan bahwa Emily hanya selingan atau dia merasakan lain.
Yang jelas saat ini, Arya merasa bahagia ketika bersama Emily, apakah itu cinta? Mengapa yang ia rasakan tidak sama seperti yang dulu ia rasakan pada Dira? Arya masih larut dalam pikirannya sendiri ketika Ayahnya datang dan meletakkan tangannya di bahu Arya.
"Pacar kamu cantik dan adik-adik kamu suka dia. Tapi kalau kamu mengacau, Papa akan jodohkan kamu dengan orang lain." Senyuman Arya langsung mengembang.
'Three strikes, the king's down,' teriak Arya dalam hati.
Pukul 10 malam Arya mengantar Emily kembali ke asramanya. Selama perjalanan pulang mereka tidak banyak mengobrol. Sampai di depan asrama, ketika Emily hendak turun Arya memegang lengannya.
"Terima kasih sudah mau makan malam dengan keluargaku," ujar Arya setengah berbisik. Emily tersenyum lalu mengecup bibir Arya pelan.
"Aku juga berterima kasih. Makan malamnya enak," jawabnya. Arya masih menahan lengannya dan menatap Emily. Arya makin mendekat dan mencium bibir Emily lembut.
"Tinggallah bersamaku," ujar Arya membuat Emily mengeryitkan keningnya.
"Maksudmu?"
"Aku ingin melihatmu setiap hari. Setiap aku bangun pagi dan pulang bekerja, aku ingin bersamamu. Aku ingin makan sandwichmu setiap hari, aku hanya ingin denganmu." Arya terus mengulang kalimat yang sama karena sesungguhnya ia tak tau harus berkata apa.
"Itu... langkah yang besar, Arya. Lalu orang tuamu bagaimana?"
"Ibuku menyukaimu itu sudahcukup. Sementara untuk Ayahku, dia pasti akan menyukaimu. Aku janji". Emily tersenyum.
"Akan kupikirkan." Arya mengangguk.
"Tolong pertimbangkan, katakanlah itu untuk hadiah ulang tahunku." Alis Emliy naik mendengar hal tersebut.
"Kapan ulang tahunmu?" tanya Emily dengan mata melebar.
"Tiga hari lagi." Emily tersenyum dan mengangguk. Setelah mencium Arya sekali lagi dan mengucapkan selamat malam Emily pun keluar dari mobil.
Sudah dua hari semenjak pertemuan terakhir Arya dan Emily. Setelah makan malam itu, Emily malah sulit dihubungi. Hari ini Arya berencana ke kebun binatang. Ia penasaran ada apa dengan pacarnya. Sedang memakai jaket hendak pergi, bel penthousenya malah berbunyi. Siapa yang datang ketika dia sudah bersiap pergi. Arya bahkan tidak melihat kamera pengawas dan langsung membuka pintu. Matanya melebar melihat tamu yang datang.
"Happy birthday Arya!" ujar Emily membawa kue dan...
Koper...