Chapter 69 - Devil Or God?

Ping... ponsel Emily berbunyi. Ia masih memeriksa badak Jawa yang sedang hamil. Setelah satu jam kemudian, barulah ia bisa melihat beberapa pesan masuk. Dari Arya ternyata, sambil tersenyum ia membuka kotak masuk pesan

'Kitten, aku sudah di rumah, aku ingin bertemu' tulis Arya.

'Aku selesai pukul 6, sampai jumpa di Penthouse,' balas Emily. Emily punya waktu dua jam lagi sebelum bertemu Arya di penthouse nya. Pukul 6 seorang supir yang dikirim Arya datang menjemput Emily dari asramanya dan membawa gadis itu ke penthouse Arya. Pintu penthouse terbuka dan tidak dikunci. Ketika Emily masuk ia tidak melihat Arya di dalam tapi tiba tiba Arya mengejutkan nya dari belakang.

"BOO..."

"AAHH!" Emily melompat kaget kemudian memegang dadanya. Arya tertawa puas sambil memamerkan sebotol wine dan sebuket bunga pada Emily. Arya menutup pintu masuk dengan kakinya lalu berjalan menuju Emily sambil tersenyum memberikan bunga. Emily ingin sekali tertawa melihat tingkah Arya. Ia pun menerima bunga dari Arya dan Arya mencium pipinya sambil mengucapkan I miss you.

Pulang dari Gili, Arya tidak bisa langsung menemui Emily. Masih ada yang harus ia urus setelah kepergiannya beberapa hari ke Gili. Maka baru dua hari kemudian Arya bisa menghubungi Emily. Arya bahkan belum membuka kemeja kerjanya. Tapi ia sudah melepaskan jas dan meloggarkan dasinya.

Ia kemudian mengambil dua buah gelas wine, memutar dan membuka botol wine dan menuangnya untuk Emily dan dirinya. Emily sudah duduk di sofa dengan manisnya. Mereka akhirnya minum dan saling bertukar cerita tentang perjalanan Arya ke Gili.

"Kenapa kamu kelihatan agak berbeda hari ini?" tanya Emily.

"Karena aku merindukanmu," jawab Arya sambil tersenyum menggombal. Emily terkekeh kecil dan minum wine-nya lagi.

"Memangnya ada apa?" Arya tidak menjawab dan malah mencium bibir Emily. Ia sudah menahan keinginannya sejak pulang dari Gili. Pertemuannya dengan Dira hanya membuatnya makin merindukan dan menginginkan Emily. Emily yang kemudian membalas ciuman Arya akhirnya meletakkan gelas wine-nya di meja. Ia melepaskan sebentar ciuman Arya untuk kemudian duduk di pinggul Arya.

"Aku sangat menginginkanmu, Kitten!" desah Arya dengan senyuman nakalnya dan Emily hanya tersenyum sambil terus menggulum bibir Arya. Arya memasukkan lidah dan ciumannya jadi berubah lebih panas.

"Kapan terakhir kali kita berhubungan sex?" tanya Arya tanpa basa basi.

"Hhmm... pagi hari sebelum kamu meeting ketika masih di Manhattan)

"Wah, ternyata sudah lama sekali!" ujar Arya sambil kedua tangannya membelai pinggang dan punggung Emily dari balik atasannyanya. Arya mulai bergairah dan ia sangat menginginkan Emily.

"Aku merindukannya juga, itu kenangan yang indah," balas Emily.

"Aku beritahukan rahasiaku, kitten, aku bukan penggemar vanilla sex."

"Tapi waktu itu..." Arya tersenyum

"Aku tidak bercinta, I fuck... hard." mata Emily membesar dan Arya tersenyum nakal.

"Kalau kamu mau, aku bisa tunjukkan seberapa 'nakal' nya aku." Emily mulai tersenyum namun masih mengernyitkan keningnya.

"Apa itu menyakitkan?" tanya nya ragu

"Kamu bisa menghentikan ku, tapi satu hal yang bisa aku janjikan. Akan kutunjukkan seperti apa surga itu sesunguhnya!" ujar Arya berbisik pada Emily sambil mengigit pelan telinganya. Emily mulai menyerah ketika bibir Arya mulai menciumnya dari ujung bawah daun telinga sampai leher. Dia mulai mendesah tidak bisa menahan diri. Emily yang masih dipinggul Arya, digendongnya masuk ke dalam kamar.

Sampai di ranjang, Arya meletakkan Emily dengan lembut dan masih terus mencium bahunya. Sampai kemudian ia berdiri dan melepaskan dasinya lalu membuka kemeja. Ia memerintahkan Emily tidak bergerak dari tempat tidur. Arya keluar kamar lalu kembali membawa segelas wine.

"Apa kamu akan minum?" tanya Emily lugu.

"Yap, aku akan minum sampai kamu kering, Sayang," goda Arya dengan wajah serius sambil minum wine. Ia meletakkan gelas wine di dekat tempat tidur. Lalu merangkak menuju Emily yang tidak mengerti apa yang akan dilakukan Arya.

"Jangan takut. Aku tidak akan menyakitimu!" Arya kemudian menarik T shirt Emily ke atas kepalanya, mengulung sampai ke ujung lengan dan mengikatnya satu sama lain. Ia menyeringai senang lalu mengambil dasi yang tadi dilemparnya ke atas tempat tidur dan melingkarkannya menutupi mata Emily.

"Kenapa mataku ditutup? tanya Emily mulai panik. Kepalanya menoleh ke semua arah.

"Agar kamu bisa menikmati setiap gigitanku," ujar Arya lagi kembali berbisik lalu menegakkan tubuhnya di atas tubuh Emily. Telapak tangannya meremas dengan lembut bra dan dada Emily. Emily mulai bernapas cepat dan tidak bisa bergerak. Tangannya terkunci dan matanya tertutup. Arya kemudian sedikit memundurkan tubuhnya dan mulai membuka celana jeans Emily dengan sedikit tenaganya ia menarik celana jeans dan membuka celana dalam Emily. Nafas Emily makin tidak karuan.

"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanay Emily ketakutan.

"Wow... aku tak begitu memperhatikan bagian ini sebelumnya," ujar Arya membelai selangkangan Emily dengan jemarinya. Matanya terus memperhatikan wajah Emily yang mulai merona. Setelah membuat bulu-bulu Emily berdiri, jemari Arya kemudian membuka celana dalamnya.

Arya lantas mengambil gelas Wine yang ia letakkan sebelumnya sebelum bicara pada Emily.

"Jaga gelasnya jangan sampai jatuh, aku akan memberi hadiah jika kamu berhasil!" Emily makin tak mengerti. Gelas apa?

Arya lantas memasukkan wine ke dalam mulutnya dengan sisanya masih berada di dalam gelas. Ia lantas meletakkan gelas itu tepat di atas perut Emily yang rata. Ia lalu menunduk dan membuka paha Emily sebelum mengeluarkan perlahan tepat di bagian paling sensitif milik Emily.

Hembusan napas dan aliran air yang lembut membelai, membuat Emily terkejut. Ia hampir saja menjatuhnya gelas diatas perutnya. Gelas itu bertujuan untuk membuatnya tak bergerak sehingga Arya lebih leluasa 'menyiksanya.

"Biarkan aku memujamu!" bisik Arya usai seluruh wine dikeluarkan dari mulutnya. Ia membenamkan seluruh bibirnya untuk menghisap sisa wine disana. Emily yang belum pernah melakukan oral sex mengelinjang dan hampir berteriak.

"Tetap tenang, jangan sampai gelasnya jatuh dari perutmu!" Emily menahan mati matian gelas di atas perunya. Ia bahkan sampai tak berani bernapas. Sementara Arya terus menikmati 'makan malam' nya. Arya memberinya double orgasme sampai Emily hampir tidak kuat. Ia lalu mengulang hal yang sama lagi bahkan sudah membasahi ranjang.

"Hhhm... ada rasa strawberry disini. Apa kamu memakan strawberry belakangan, Sayang?" Emily mengangguk.

"Bagus, makan itu setiap hari, aku menyukai rasanya. Terutama jika bercampur wine!"

Malam itu dilewati Arya dan Emily dengan bercinta sampai Emily harus meminta Arya untuk berhenti.

"Kamu memakai pil-kan?" tanya Arya sambil terengah. Emily sudah tidak sanggup lagi menjawab ia hanya mengangguk. Ia lelah tangannya tidak bisa bergerak dengan mata masih tertutup.

"Baiklah, sekali lagi dan aku akan berhenti. Kecuali kamu masih menginginkannya!" Emily spontan menggeleng. Arya terkekeh kecil lalu dengan cepat membalik tubuh Emily.

"Apa kamu sebenarnya?" tanya Emily dengan samping wajah menekan bantal.

"Your Daddy, kitten!" jawabnya mulai bercinta.

Arya terus memandang Emily yang tidur setengah tengkurap di sebelahnya. Ia membelai pundak dan rambut coklat gadis itu. Lalu menciumi hidung, kening dan pipinya. Arya kemudian tertidur dengan tubuh menyamping dan hidung bersentuhan dengan Emily.