Nisa belum melepaskan mode PA bahkan ketika sedang liburan. Ia terbiasa menyiapkan menu bagi atasannya. Kini pun begitu. Mereka pun akhirnya makan bersama sambil mengobrol dengan santai sampai selesai makan malam. Setelahnya Bryan mengikuti Arya ke sofa di ruang santai di vila dan mengobrol berdua. Sementara Nisa sibuk dengan ponselnya, ia harus membalas beberapa pesan teman-temannya yang masuk beberapa hari lalu.
Setelah selesai Nisa tidak lagi melihat Bryan hanya Arya yang masih duduk sendiri. Arya lalu tersenyum pada Nisa, dan Nisa membalasnya sambil berjalan ke arah Arya.
"Kak Arya sendiri?"
"Iya Bryan ada keperluan keluar sebentar," jawab Arya sambil tersenyum.
"Nisa, kamu mau gak jalan ke pantai sebentar, Kakak butuh teman." Nisa mengangguk dan bangkit dari duduknya.
Mereka berdua berjalan di pinggir pantai dengan penerangan dari beberapa lampu yang dipasang sepanjang pinggir pantai. Setelah beberapa lama, Arya dan Nisa pun menemukan tempat yang pas untuk bersantai dan mengobrol.
"Apa kabar kamu belakangan ini?" tanya Arya membuka percakapan.
"Baik Kak. Kakak sendiri, kakak sibuk banget belakangan ini sampai Nisa jarang ketemu di kantor." Arya tersenyum dan mengangguk
"Kakak punya beberapa hal yang harus diurus sebelum kemari."
"Bagaimana Bryan ke kamu sekarang, apa dia masih usil dan sering bikin kamu kesal?" tanya Arya sambil menoleh sekilas pada Nisa. Nisa hanya tersenyum.
"Nisa masih penasaran gimana kakak bisa tahan jadi temannya!" tawa Arya akhirnya meledak.
"Seusil itukah dia? Dia hanya terlalu menyukai kamu Nisa!" Wajah Nisa sontak berubah dan menunduk.
"Bryan itu sudah lama mencintai kamu, cintanya terlalu besar dan Kakak selalu merasa satu saat cinta itu akan membunuh dia!" Nisa berhenti berjalan dan memalingkan tubuhnya menghadap Arya.
"Maksud Kakak?" Arya ikut berhenti dan memalingkan wajahnya pada Nisa.
"Kamu tau kalau Bryan mencintai kamu kan?" Nisa diam dan tak menjawab.
"Nisa pikir dia cuma bercanda." Nisa berusaha menepis perasaan Bryan padanya. Arya hanya tersenyum manis.
"Kakak juga berharap dia bercanda, tapi gak Nisa dia benar-benar serius." Nisa makin diam dan tidak tau harus menanggapi apa
"Kakak tau, kamu mungkin tidak merasakan hal yang sama, tapi berikan Bryan kesempatan untuk membuktikan cintanya sama kamu." Nisa menatap lagi ke Arya. Dan Arya pun tersenyum. Ia kemudian membelai kepala Nisa.
"Pandangan kamu mengingatkan Kakak sama Adik Kakak paling kecil, namanya Dara. Dia dua tahun lebih muda dari kamu dan kalian punya keberanian yang sama," ujarnya sambil tersenyum.
Nisa dan Arya menghabiskan beberapa menit diluar sambil mengobrol sebelum akhirnya memutuskan kembali ke vila. Setelah mengucapkan selamat malam pada Arya, Nisa pun kembali ke kamarnya. Di tangga terakhir hendak ke lantai dua dimana kamarnya berada ia mendengar suara Bryan berbicara dengan Lian.
Bryan berada tepat di depan pintu kamar Lian dan Lian menarik Bryan masuk ke dalam. Dari balik dinding Nisa melihat kakak tirinya dengan wajah tersenyum masuk ke kamar seorang wanita. Nisa memegang dadanya dan menarik napas panjang. Ia kemudian memasukkan kunci dan masuk ke kamarnya yang berada dekat tangga.
Di dalam kamar, Nisa duduk dengan pelan di atas tempat tidur. Air matanya jatuh tanpa ia sadari. Ia mengingat kembali kata-kata Arya sebelumnya bahwa Bryan memang mencintainya. Tapi yang ia lihat barusan bukanlah seperti yang Arya katakan. Ia tahu Arya bukan orang yang suka berbohong mungkin Bryan-lah yang membohongi Arya - pikir Nisa.
'Apa yang kuharapkan dari Bryan Alexander?' tanya Nisa dalam hatinya. Bryan hanya akan membuatnya patah hati dan dia sudah melakukannya berkali-kali.
DI KAMAR BERLIAN
"This is crazy, ini tidak akan berhasil Lian!" seru Bryan menahan pekikan kesalnya. Ia menyisir rambutnya berkali-kali ke belakang.
"Relax dude, lo liat gimana tadi Nisa masuk ke kamarnya, gue yakin dia suka sama lo!" jawab Lian sambil duduk manis di sofanya. Sementara Bryan berdiri uring uringan terus meremas rambut dengan jarinya karena frustasi.
"Gimana lo bisa tau, dia itu marah sama gue bukan suka!"
"mar!ah itu tanda cinta, idiot!" sembur Lian kesal. Bryan sampai melotot padanya .
"Trus kenapa gue dengan bodohnya bisa percaya sama lo, atau ini bukan bagian dari rencana lo sama Dira?"
"Rencana Dira cuma buat misahin elo sama Arya biar dia bisa deketin Arya, tapi karena gue liat Arya kekeuh gak mau sama dia jadi gue gak kuatir," sahut Lian santai.
"Tapi gue tetap curiga sama lo, jangan bilang lo suka sama gue!"
"Gak bakal, kalo gue kasih liat sesuatu lo bakal percaya atau gak!"
"Emangnya lo mau kasih liat apa?" Lian bangkit dan meletakkan minumannya. Lalu menyingkap tank topnya ke atas lantas berbalik.
"HOLY SHIT!!" umpat Bryan memekik saat melihat pinggang belakang Lian.
HARI KETIGA
Arya membuka bajunya berencana hendak berendam air panas di jakuzi didalam kamarnya. Dia ingin relaks sebentar sebelum sarapan dan menyelesaikan segala keperluan pekerjaan hari ini. Nanti sore mereka akan kembali ke Jakarta. Dan ketika ia memasuki ruang mandi, ia berhenti berjalan
"Bagaimana kamu bisa masuk kemari!!" hardik Arya terkejut karena dalam jakuzi nya sudah ada Dira berendam disana dengan air panas.
"I have your keys!" (aku punya kunci kamarmu) Arya menggelengkan kepalanya tak percaya Dira bisa senekat ini.
"Ayo sayang, sini!" ajak Dira menggoda Arya. Dira tidak memakai selembar pakaian pun dan Arya hanya terus menggeleng tidak percaya.
"Keluar!" sahut Arya marah sambil menopang tangan di kedua pinggangnya. Arya terlihat begitu seksi di mata Dira dengan hanya menggunakan handuk di pinggangnya.
"Gak!" Dira menggeleng ia masih terus berusaha memanggil Arya agar mengikutinya masuk ke jakuzi.
"I can't believe this, oke kamu gak mau keluar, aku yang keluar!" ujar Arya kelaur dari kamar mandinya dalam keadaan marah. Arya kembali ke kamar dan memakai kembali pakaiannya. Dira terus memanggilnya dan akhirnya keluar dengan menggunakan bathrobe dan menemukan Arya sudah selesai memakai kembali bajunya.
"Arya!"
"Please Dira, aku gak mau lagi lihat kamu sama sekali!" Dira lantas memeluk Arya dari belakang
"Berhenti. Cukup!"
"Kamu udah keterlaluan sekarang, I can't do this anymore, kamu boleh benci aku, aku gak perduli, tapi aku bukan laki laki rendahan macam itu Dira!" teriak Arya marah lalu keluar dan membanting pintu kamar.
Ia berencana masuk ke kamar Bryan ketika ia menemukan Bryan malah keluar dari kamar Lian dan Nisa baru keluar dari kamar ikut melihat Bryan dengan rambut acak-acakan baru bangun. Ia berada di kamar Lian semalaman, dan Nisa langsung membuang wajahnya begitu berpapasan dengan Bryan. Ia langsung pergi dari situasi yang aneh itu melewati dan Arya yang berdiri di depan tangga sambil berkacak pinggang dengan kening mengernyit. Bryan cuma bisa menutup mata menggaruk belakang lehernya. Apa yang sudah dia lakukan?
"Gue bener-bener kecewa sama lo!" semprot Arya langsung berbalik dan turun kembali ke bawah. Apa yang sudah dilakukannya? Masalah baru akan timbul lagi, Bryan pun hanya bisa bersandar lalu mengantukkan pelan kepalanya ke dinding.