Rasanya dunia tak sesempit ini seharusnya. Tapi bagi Arya, kini dunianya jadi sempit saat melihat Dira ternyata berdiri di depannya menyambutnya di lobi tempatnya akan menginap.
"Papa gak bilang ya, kalau resort itu bakal jadi punya aku? Jadi kalian nantinya presentasi ke aku," ujar Dira dengan percaya diri dan senyuman cantiknya. Arya tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Setelah kejadian malam itu dengan Dira, ia menghindari bertemu wanita itu meski Dira mungkin sudah ratusan kali menghubunginya. Dira lalu berbalik ke belakang dan seorang wanita cantik muncul dari balik punggungnya.
"Oh ya kenalin ini sahabatku Berlian Kazumi, panggilannya Lian." Dira mengenalkan wanita di belakangnya yang bergeser ke samping sebagai sahabatnya pada Arya dan Bryan. Mereka pun saling berjabat tangan. Wanita yang dipanggil Lian itu cukup cantik, dan ia melihat Nisa sambil tersenyum manis. Dan Nisa membalas senyumannya dengan tulus.
"Kita semua nginap dalam satu vila. Kamar kalian sudah disiapkan, masing masing dapat satu kamar. Kecuali Arya mau tidur di kamarku." Nisa sempat mengernyitkan kening mendengar kalimat Dira yang berani menggoda Arya di depan mereka. Apa yang terjadi antara kak Arya dan mba Dira? Pikir Nisa. Arya tidak mau menanggapi dan berjalan dengan kesal ke Vila yang diarahkan oleh seorang bellboy. Tiba-tiba rasanya ia ingin istirahat di kamar saja.
Masuk ke kamar masing masing, Dira memanggil sahabatnya Lian ke kamarnya.
"Gue pengen lo nempel sama Bryan, kalo gak gue gak punya kesempatan buat sama Arya!" ujar Dira pada Berlian menyusun rencana.
"Ah Dira, lo kenapa gak nyerah aja sih, dia udah nolak lo berkali kali!" ujar Lian kesal sambil duduk manis di atas sofa.
"No way, lo gak ngerti gimana rasanya dibuang kayak gitu, Arya itu milik gue!"
"Ck..ck...ck... apa hebatnya sih dia! mending juga lo sama Jeremy, dia juga kaya!"
"Jeremy bahkan gak ada setengahnya Arya!" Lian mengernyitkan kening tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Dira. Lalu kemudian ia melebarkan mata dan mengangguk.
"Apa dia sehebat itu?" tanya Lian sambil menyipitkan matanya. Dira tersenyum sambil menyeringai.
"Yang dia lakuin ke gue malam itu belum setengahnya, tapi gue udah suka banget. Lo gak bisa bayangin kalo dia bener-bener mengeluarkan semuanya!" sahut Dira dengan antusias.
"Darimana lo tau itu belum semuanya?"
"Dia sendiri yang bilang, kalo dia itu Bad Boy dan gak seperti yang dikira banyak orang, dan setelah malam itu gue tau dia itu semacam Christian Grey!" Lian membuka mulutnya.
"Lo gila Dira! Maksud lo dia penyuka BDSM gitu! Yang suka-suka nyiksa?" Dira langsung memasang wajah nyiyir pada Berlian.
"Lo gak tau ya kalo itu lagi trend!" giliran Berlian memasang wajah nyinyir.
"Gue akan ngelakuin apapun supaya dia balik sama gue!" tambah Dira kemudian langsung keluar kamar hendak mencari Arya.
HARI PERTAMA
Bryan keluar kamar dengan T shirt dan celana pendek, ia berencana mencari Nisa untuk mengajaknya sarapan. Tapi Nisa sudah duduk dan sarapan bersama Juan. Arya baru keluar dari kamar dan menemukan Bryan malah berdiri di depan pintu restoran dengan berkacak pinggang dan wajah kesal.
"Kenapa malah berdiri disini?" tanya Arya kemudian menoleh pada Nisa yang sudah duduk berhadapan dengan Juan sambil tertawa dan sedang sarapan. Arya langsung menggaruk belakang kepalanya.
"Come on you'll be fine, udahlah, ayok!" ujar Arya merangkul Bryan yang wajahnya tidak tersenyum sama sekali. Mengajaknya ke buffet untuk sarapan. Bryan terus menarik napas panjang terus melihat ke samping ke arah Nisa dan Juan sedang duduk. Nisa tidak pernah tertawa seperti itu dengannya. Padahal Bryan berusaha keras membuat Nisa nyaman. Ia tidak bisa menutupi bahwa dirinya amat cemburu. Bryan sampai melemparkan sendok di meja buffet sangking kesalnya.
Hari ini seorang staf akan menunjukkan lokasi tempat resort dan hotel akan dibangun, lalu Arya akan menunjukan design resot dan hotel pada perwakilan dari Albert Wijaya. Arya yang tampan menjelaskan dengan detail rencana pembangunan resort pada perwakilan tersebut. Dan Dira yang sedang kasmaran terus memandangi dan menggodanya. Sementara Bryan terus mengingatkan pada Nisa agar tidak menjauh dari nya selama ia mendampingi Arya.
Ketika waktu santai, Arya dan Bryan duduk di bangku sunbath sambil terus berdiskusi. Nisa mencoba menikmati pekerjaannya dengan mencuri-curi waktu untuk bersantai. Bryan memang tidak ingin dia bekerja seperti biasa, ia ingin Nisa bersantai dan berlibur sejenak jadi Bryan mengijinkan Nisa untuk mendekati laut.
Kaki Nisa terus memainkan pasir dan ujung air yang dibawa ombak. Dia sangat senang, ia bahkan tidak pernah punya waktu untuk menyenangkan dirinya sendiri. Jadilah ia bermain air sendirian. Dari kejauhan Bryan tersenyum melihat Nisa. Ia pun berniat menghampiri namun kalah cepat dari Juan yang kemudian mengajaknya mengobrol sambil bermain pasir.
Bryan berhenti berjalan ketika melihat Juan menghampiri dan mengobrol sama Nisa. Ia masih meneruskan berjalan menghampiri mereka berdua namun Berlian, teman Dira memanggilnya.
"Hi Bryan!" sapa Berlian menghalanginya.
"Hi" jawab Bryan sambil tersenyum tipis
"Kita belum punya kesempatan buat ngobrol, Dira sering cerita soal lo."
"Oya, cerita apa?" mata Bryan masih melirik Nisa sebelum melihat wajah Berlian lagi.
"Banyak, Dira bilang kalian dulu berteman dekat waktu SMP?" Bryan mengangguk.
"Kalau lo sendiri, kapan dekat dengan Dira?" tanya Bryan lagi.
"Oh waktu kuliah." Bryan tersenyum dan mengangguk.
Sementara Bryan mengobrol dengan Berlian, Juan yang menghampiri Nisa mengajaknya mengobrol.
"Kamu sendirian?" tanya Juan tiba-tiba mengagetkan Nisa. Nisa membalas tersenyum padanya.
"Iya, biarkan para bos bekerja," jawab Nisa disambut tawa kecil Juan.
"Pantai disini indah, tempat yang sangat bagus untuk liburan," ujar Juan sambil melihat sekeliling. Nisa mengangguk setuju kalau tempat yang sedang mereka kunjungi sangat indah. Jika hotel dan resort dibangun disini maka akan jadi tempat liburan yang sangat bagus.
"Suatu saat aku ingin mengajak kekasihku kesini, gimana menurutmu Nisa?" tanya Juan lagi dan Nisa tersenyum sambil mengangguk setuju. Nisa dan Juan masih mengobrol sampai sudut mata Nisa menangkap bayangan Bryan sedang mengobrol sambil tersenyum dengan Berlian. Nisa sempat menoleh sejenak dan Juan juga ikut.
"Pasangan baru?" ujar Juan melihat ke arah yang sama. Nisa hanya tersenyum dan tidak menjawab.
"Apa kamu mau cari makan diluar? Aku sedang senggang," tawar Juan pada Nisa. Aku mengangguk setuju. Daripada hatinya tidak karuan melihat Bryan lebih baik ia pergi mengikuti Juan mencari tempat makan diluar resort. Dari sudut matanya, ia melihat Bryan bahkan tidak melihat ke arahnya karena asik mengobrol. Nisa pun pergi mengikuti Juan pergi dan meninggalkan pantai itu.
Disudut lain, Arya sedang menggulung kertas cetak design resort dan memasukkan ke dalam kontainer ketika kemudian Dira duduk disebelahnya. Arya mencoba untuk tidak mengubrisnya. Presentasi sudah selesai, saatnya pergi dan beristirahat.
"Sampai berapa lama kamu mau cuekin aku?" tanya Dira saat Arya bahkan tak mau menoleh padanya. Arya memejamkan mata sesaat dan melepaskan napas berat.
"Dira, aku datang kesini untuk bekerja dan karena Papa kamu yang minta!" jawab Arya masih membereskan peralatannya.
"Arya, kamu masih marah sama aku?" Dira mulai membelai lengan Arya. Arya menggeleng. Arya memang tidak marah padanya, tapi ia marah pada dirinya sendiri karena membiarkan Dira masuk ke penthouse sehingga Arya melakukan hal yang tidak seharusnya ia lakukan. Dira bukanlah kekasihnya jadi tidak seharusnya ia malah berhubungan intim dengannya untuk alasan apapun.
"Trus kenapa kamu cuekin aku? I miss you Arya!" ujar Dira lagi menggoda setengah berbisik.
"Dira, kita sudah bicarakan ini. Aku gak mencintai kamu, dan aku gak punya perasaan apapun selain rasa hormat sama orang tua kamu dan menghargai kamu sebagai temanku, hanya itu!" jawab Arya masih dengan suara rendah.
"Oke katakanlah kamu gak mencintai aku, lalu apa kita gak bisa tetap berhubungan, berteman seperti dulu?" Arya sesungguhnya sudah tidak ingin lagi dekat dengan Dira dalam status apapun. Mungkin cukup hanya mengenalnya saja. Tiba-tiba ia jadi memikirkan Emily, Arya malah merindukan Mily disaat seperti ini.