Dua jam kemudian, Bryan sedikit membuka matanya dan terkejut ketika lengannya menyentuh sesuatu di sisi ranjangnya. Ternyata ada kepala Nisa yang tertidur dengan posisi duduk sambil melipat pergelangan tangannya.
Ia menjadikan punggung tangan sebagai bantalan bagi wajahnya. Entah Sudah berapa lama Nisa tertidur dalam posisi yang tida nyaman seperti itu. Tangan Bryan kemudian terangkat dan membelai rambut Nisa perlahan.
"Snowflakes... Sayang," bisik Bryan dengan lembut. Tangan Bryan terus membelai rambut Nisa berusaha membangunkannya perlahan. Nisa nampak mengeliat pelan dan itu membuat Bryan tersenyum.
"Bangun Sayang." Nisa perlahan membuka matanya, ia benar-benar mengantuk jadi hanya menggumam ketika dibangunkan. Kepala Nisa terangkat perlahan dan masih setengah sadar saat sebelah tangan Bryan meraba pipinya.