Bryan keluar dari mobil sport mewahnya setelah memarkirkan mobilnya. Ia menelepon Arya tepat di pintu masuk The Delacey, klub malam paling terkenal di New York. Bryan memiliki spot tersendiri di klub itu. Ia dan Arya adalah tamu rutin yang sellau datang kesana menghabiskan uang dan waktu. Penjaga pintu langsung memberi Bryan akses masuk karena dirinya adalah salah satu VIP member di klub itu. Bryan tak perlu mengantri seperti pengunjung lainnya.
Dua kali menelpon cuma masuk ke voice mail tidak diangkat. Kemana Arya? pikir Bryan. ia bahkan tak menemukan sahabatnya itu di The Heist tempat mereka tinggal. Arya tak terlihat semenjak siang. Bryan menghela napas dan terpaksa meninggalkan pesan di voice mail milik Arya, berharap ia akan datang.
"Arya, gue di Delacey. Lo datang secepatnya ya!" ujar Bryan langsung masuk ke voice mail milik Arya. Sambil menyimpan ponsel, Bryan berjalan menuju bar dan disapa oleh bartender favoritnya, sekaligus sahabatnya, Xavier Rodriguez.
"Xavi, how you doin' man" (Xavi, apa kabarmu)" tanya Bryan sambil duduk di atas stool bar. Klub mulai ramai karena sudah jam 10 malam. Tapi spot Bryan dan Arya di bar selalu kosong, Xavier mengosongkannya setiap malam Minggu dan Sabtu.
"Awesome. As usual?" (baik, pesanan biasa?) jawab nya sambil mengocok cocktail.
"Aku hanya butuh sesuatu yang ringan untuk pemanasan, setelah itu kamu bisa memberikan yang terbaik!" jawab Bryan sambil menaikkan alis dan tersenyum. Xavier ikut tersenyum dan mengangguk.
"Ini birmu, Bryan!" Bryan berterima kasih dengan menaikkan gelas bir ke arah Xavi. Tak lama Alex Delacrux datang bersama beberapa orang temannya. Alex adalah pengusaha properti yang beberapa kali memakai jasa konsultan dan konstruksi VanAlex. Mereka berteman baik meski tidak sedekat Arya. Arya bagai saudara bagi Bryan..
"Hei, Dude! Senang melihatmu disini, mana sahabatmu?" ujarnya sambil memberi salam shoulderbump. Yang ia maksud adalah Arya yang belum kelihatan batang hidungnya.
"No idea!" jawab Bryan seadanya. Selanjutnya mereka berbicara hal hal yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Alex bercerita tentang perjalanannya ke Bahama menghadiri pesta pernikahan adiknya. Bryan bahkan baru tau jika adik Alex adalah salah satu model catwalk di Paris. Alex kemudian membisikkan sesuatu pada Bryan sambil menunjuk ke salah satu sudut klub dengan matanya.
"Dia terus melihatmu dari tadi. Lihatlah, dia sangat seksi!". Bryan ikut tersenyum melihat beberapa wanita yang terus memandanginya. Salah satu gadis yang berada di tengah sofa tanpa malu malu tersenyum dengan sensual. Bryan pun membalasnya dengan tatapan yang menantang.
"Apa kamu kenal?" tanya Bryan pada Alex tanpa melepaskan pandangan padanya.
"Dia seorang model, namanya Sheila, kamu pasti akan menyukainya!" Bryan mengangguk setuju.
"Biar aku saja yang menilai!" Bryan kemudian meninggalkan stool nya berjalan ke arah wanita itu. Alex hanya tertawa kecil, dia sudah bisa menebak jika Bryan akan membuat wanita itu hanya akan berakhir di ranjang.
"Hei cantik, mau berdansa denganku?" tanya Bryan sambil berdiri di depan meja nya dan memasukkan kedua tangan ke saku celana. Sayup sayup Bryan ikut mendengar pujian dari teman-teman si wanita.
"Oh Tuhan, lihat itu. Bukankah dia adalah Bryan Alexander, aku tidak pernah tau dia ternyata sangat seksi jika bertemu langsung!"
"Yeah, dia seperti model majalah Vogue!"
Bryan makin menyeringai mendengar kata-kata itu; seperti model, sexy, hot, charming, bahkan the God adalah kata kata yang paling sering dikeluarkan wanita jika melihatnya. Tidak ada yang tidak takluk saat Bryan meminta sesuatu dari para wanita. Mereka akan menyerahkan apa saja untuknya dan jika ia sudah bosan maka Bryan akan mencari alasan untuk pergi. Sebagian besar, tidak... hampir semua perempuan hanya melihat Bryan sebagai pemilik VanAlex dan B-Hit atau sebagai pria tampan pewaris kerajaan bisnis the Alexander. Jadi Bryan benar-benar memanfaatkan apa yang Tuhan berikan dengan sebaik mungkin.
"Excuse me ladies, aku ingin meminjam sebentar Tuan Putri kalian ke lantai dansa," ujar Bryan dengan gaya aristokrat yang menggoda sambil menjulurkan tangan pada Sandra ah... Sara oh bukan Sheila entah siapa namanya wanita sambil tersenyum manis. Wanita itu mengigit bibir bawahnya sambil tersenyum dan memberikan tangannya. Bryan menariknya dengan lembut ke tengah kerumunan lantai dansa.
Tak perlu waktu lama, dia langsung menempel seperti lintah. Beberapa kali wanita itu mencium Bryan di leher dan bibir. Dia bahkan tidak menanyakan siapa nama pria yang berdansa dengannya. Rasanya tak perlu, toh semua wanita yang berada di klub ini pasti tau siapa Bryan. Bryan bahkan lupa pada Arya, wanita itu telah membisikkan mantra nya yang membuat tangan Bryan meraba seluruh lekuk pinggulnya.
"Daddy," bisiknya ditelinga Baryan sambil mendesah cukup membuatnya panas.
"I'm gonna rip you out tonight kitten!" balas Bryan sambil mengigit pelan daun telinganya.
Tak lama aku mendengar suara yang familiar. Oh dia datang juga.
"Hei, Bro, Bryan!" Arya mencoba memanggil beberapa kali. Kali ini Bryan melihatnya. Wanita ini benar benar seperti lem, dia agak sedikit kesulitan mendekati Arya. Yang akhirnya Bryan hanya bisa menyapa memberikan fistbump.
"Hei, datang juga lo!" balas Bryan.
"Darimana lo, di telepon gak diangkat?"
"Ada dinner meeting," jawab Arya melihat ke arah wanita yang sedang menempel pada Bryan.
"On the weekend?"
"Yes, I'm not the big boss. Emangnya gue bos gede kayak lo!" jawabnya sarkas. Bryan cuma tergelak kecil dan mengangguk.
"Tunggu gue di bar!" Arya pun mengangguk dan langsung pergi menuju bar setelah melihat Bryan berciuman sekilas dengan wanita tersebut.
"Siapa itu?" tanya Sandra oh bukan Sheila, ah entahlah.
"Sahabatku, Sampai jumpa lagi, Babygirl" jawab Bryan sambil mencium bibirnya, dia merangkul leher Bryan dan mereka berciuman cukup lama. Usai melepaskan wanita itu, Bryan lalu berjalan menuju bar tempat Arya menunggu. Arya terlhat sedang bicara dengan Xavier.
"Beri aku Scotch, buat dua!" ujar Bryan pada Xavier. Ia pun mengangguk dan menyiapkan minuman.
"Siapa dia?" tanya Arya.
"Siapa?"
"Tadi, yang ciuman sama lo"
"I think she's Sandra, oh no Sara, entah, gue gak inget!" jawab Bryan sekenanya sambil menerima gelas Scotch dari Xavi. Arya hanya mengelengkan kepalanya pelan sambil tersenyum dan menerima minuman yang sama.
"Kita ada meeting senin?" tanya Bryan pada Arya
"I'm not your PA Bry, kenapa lo gak nanya sama Greyson!"
"Tengah malam begini? No way, dia cowok. Ntar gua disangka gay nelpon laki laki malam malam." Arya tertawa dan menggeleng.
"Well, lo kan telepon gue. Gue juga cowok, lagipula kalo lo gak nyaman sama dia kenapa lo gak terima PA cewek?"
"Uncle Darren yang hire dia jadi PA, katanya kalo perempuan, dia ga akan bekerja tapi bakal 'kerja' dibawah meja gue." Arya tersedak minumannya sendiri.
"Om Darren emang keren!"
"Damn you Arya!" Bryan menonjok bahu Arya tapi dia malah makin tertawa keras.