Chereads / Cerita Kia Untuk Randi / Chapter 31 - Kehidupan Baru

Chapter 31 - Kehidupan Baru

Bandung, 2020

Sudah hampir 1 tahun usia pernikahanku, tetapi aku belum juga di karuniai seorang anak. Aku sebanarnya merasa sedikit khawatir karena belum juga mendapatkan keturunan. Aku akan merasa sangat gagal menjadi seorang istri untuk suamiku jika aku tidak bisa mengandung.

Terkadang juga aku membayangkan, apa artinya hidupku tanpa ada suamiku ini. Walaupun suamiku memiliki kebiasaan yang kurang baik, seperti menaruh kaos kaki sembarangan, kamar yang berantakan, dan masih banyak yang lainnya. Namun dia juga bisa berubah menjadi imam yang baik bagiku. Kadang juga dia bisa menjadi seperti Ayahku, sahabatku, dan teman bertengkarku.

Dia yang selama ini sudah tahan menghadapi aku selama bertahun-tahun dengan sikapku yang kekanak-kanakan, manja, dan juga cengeng. Hanya dia yang bisa mengerti apa maunya aku.

Menikah di usia muda ternyata tidaklah mudah seperti yang aku bayangkan. Aku masih suka keteter dan kewalahan harus mengurus rumah dan suamiku sendiri. Namun suamiku selalu mengerti aku dan dia juga rela membantu pekerjaan rumah walaupun sebenarnya dia juga memiliki banyak pekerjaan di tempat kerjanya. Aku sangat bersyukur mempunyai suami seperti dirinya.

*****

Aku Azkia Maulida, biasa di panggil Kia. Masih ingat kan tentang kisah cintaku bersama Ihsan dan Randi. Kini Ihsan telah menjadi suami orang, dan Randi telah mempunyai kekasih hatinya yang bernama Eka, adik kelasnya sewaktu di SMK.

Penyesalanku yang telah memilih jurusan Keperawatan hanya karena untuk di lirik oleh Randi masih terus terasa hingg sekarang. Hingga saatnya aku sudah tidak bisa bersahabat lagi dengan perasaan itu. Pada akhirnya aku memilih untuk berhenti kuliah dan akan melanjutkannya di tahun depan dengan jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatku.

Ternyata pilihanku itu adalah pilihan yang tepat. Aku memilih untuk berhenti kuliah dan melanjutkannya di tahun berikutnya membuat aku semakin terasa nyaman dan melupakan perasaan penyesalanku. Aku melewati hari-hariku dengan menyenangkan dan lancar seperti sebelum mempunyai peradaan kepada Randi

"Kamu belum tidur nak?" Tanya ibuku.

"Belum Bu, aku masih ada tugas yang harus di selesaikan besok."

"Tapi kamu besok kuliah pagi loh. Ini udah jam 11 malam."

"Iya ga apa-apa Bu. Udah biasa kok. Ibu tidur aja duluan ya."

Aku sekarang sedang duduk di bangku perkuliahan Universitas Veteran Jakarta (UPN) dengan jurusan pendidikan islam. Sesuai dengan kemampuanku selama bersekolah. Malam ini sepertinya aku harus tidur lebih malam atau bisa jadi aku tidak tidur. Karena aku mempunyai tugas yang harus di kumpulkan pada esok hari. Walau demikian, aku sangat suka menjalani hari-hariku yang sekarang ini.

"Nih Ibu buatin susu buat kamu." Tiba-tiba Ibuku masuk kembali ke kamarku dan membawakan segelas susu serta makanan ringan untukku.

"Makasih Ibu."

"Sama-sama nak. Semoga tugasnya cepat selesai ya. Supaya kamu bisa segera tidur."

"Iya Bu, dikit lagi selesai kok." Aku hanya tersenyum dan melanjutkan untuk mengerjakan tugasku. Sedangkan Ibuku ke luar dari kamarku dan akhirnya Ibuku tertidur. Karena Ibuku juga sudah cukup capek untuk mengurusi pekerjaan rumah tangga seharian tadi. Mulai dari menyapu, mengepel, cuci baju, sampai memasak.

*****

Waktu sudah menunjukkan pukul 6 pagi.

"Astagaaa. Udah jam berapa ini."

Aku terkejut melihat jam dinding yang berada di kamarku sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Sedangkan aku ada kelas di kampus jam 7 pagi. Sepertinya aku akan telat masuk kelas hari ini. Karena jarak dari rumah ke kampusku membutuhkan waktu sekitar setengah jam lebih. Belum lagi di pagi hari biasanya jalanan sangat macat karena jam sibuk. Semua orang memulai harinya untuk bersekolah, bekerja, dan yang lainnya.

"Ibu, aku berangkat ke kampus dulu yaa."

"Ga sarapan dulu nak?"

"Ga usah Bu, aku udah telat. Nanti sarapan di kampus aja."

"Eh... Eh... Untung Ibu udah siapin bekal buat kamu. Nih, di bawa ya, masukin ke dalam tas kamu."

"Ah... Ibu... Perhatian banget sama anaknya. Makasih ya Bu. Yaudah, aku berangkat ya Bu, assalamualaikum."

"Waalaikumsallam. Hati-hati nak."

Aku segera melangkahkan kakiku ke luar rumah untuk pergi ke kampus. Aku harus menaiki angkutan umum, yaitu busway untuk sampai ke kampus. Menunggu buswaynya saja membutuhkan waktu yang cukup lama. Aku sepertinya memang telat masuk kelas hari ini. Untung saja tugasku sudah selesai, sehingga aku tidak akan mendapatkan hukuman ganda. Karena sudah telat masuk dan tidak mengerjakan tugas.

"Aduh, penuh lagi buswaynya," ucapku di dalam hati.

"Duduk aja Mba."

"Eh, ga usah. Deket kok saya. Ga apa-apa."

"Ga apa-apa. Duduk aja Mba."

"Eh iya, makasih ya."

"Iya, sama-sama. Kuliah di Veteran?"

"Iya."

Untung saja masih ada orang baik yang mau mengalah untuk memberikan kursi itu kepadaku. Sehingga kini aku bisa duduk dengan nyaman. Sebenarnya aku juga ingin beristirahat untuk duduk sebentar. Karena sedari tadi aku berlari-larian terus, terburu-buru takut telat masuk kampus.

*****

"Maaf maaf Pak, saya terlambat."

"Saya juga tahu kalau kamu terlambat. Emangnya saya ga tahu waktu kaya kamu?"

"I... Iya Pak, maaf."

"Maaf, maaf. Apa tugas kamu juga ikutan telat ngumlulinnya?"

"Oh engga Pak, tenang aja. Saya udah selesain tugas dari Bapak kok semalam sampai akhirnya saya telat gini," ucapku sambil mengeluarkan buku yang berisikan tugas dosen tersebut.

"Jadi maksud kamu, kamu telat masuk kelas karena tugas saya gitu?"

"Hahaha." Suara teman-temanku yang menertawakan perbuatanku barusan.

"Ya sudah, sekarang kamu presentasikan hasil kerjaan kamu."

"Sekarang banget Pak?"

"Iya, kamu mau di tambah hukumannya?"

"I... Iya Pak, ampun Pak." Aku segera menyiapkan semua keperluanku untuk presentasi di depan dosen dan teman-temanku.

*****

Di kantin kampus.

"Ahhh, akhirnya kelar juga."

"Kita kampus cuma satu mata pelajaran doang loh Ki, sempat-sempatnya lu sampai telat."

"Gua semalam tidur jam 4 pagi Rina... Demi bisa ngejar gelar sarjalan dengan cara comlout gua sampe kaya gini. Ipk gua pokoknya ga boleh kurang dari 3.7."

"Kebelet banget lu buat lulus cepat. Emangnya udah mau nikah lu? Hahaha."

"Engga lah. Lu kan tahu sendiri gua tuh sempat berhenti kuliah di tengah jalan. Makanya gua mau nyusul teman-teman gua yang udah semester 3 sekarang. Paling engga kan gua bisa lulus barengan sama mereka."

"Oh iya, nikah juga sama siapa lu ya? Cerita cinta lu aja selalu menyedihkan, hahaha."

"Hahah, sial."

"Besok kan libur, mampir ke Cafe yu, nongkrong bentar kita. Gua dengar-dengar ada Cafe baru di dekat kampus."

"Boleh deh, gua juga kayanya butuh refreshing gara-gara2 semalaman ngerjain tugas otak gua sampai ngebul."

"Hahaha, ya udah ayo-ayo.".

Aku dan Rina segera bergegas untuk pergi bersama ke Cafe yang jaraknya tidak begitu jauh dari kampus kami. Cafe tersebut ternyat baru buka tetapi sudah berhasil menarik banyak pelanggan untuk datang ke sana setiap harinya.

Sesampainya di sana.

"Loh, kamu?" Tanyaku.

-TBC-