"Assalamualaikum."
"Waalaikumsallam. Eh, udah pulang a?"
"Iya nih. Cape banget tadi lagi banyak kerjaan."
"Yaudah makan dulu yu sekarang, abis itu mandi, terus istirahat."
Aku segera menyiapkan makan untuk suamiku. Kesibukanku sekarang adalah menjadi Ibu rumah tangga dan mengajari anak-anak yang berada di sektiar rumahku untuk les matematika dan bahasa inggris. Karena suamiku tidak mengizinkan aku untuk bekerja di luar rumah. Apa lagi jika pekerjaan itu memberatkanku. Menurutnya, masalah uang adalah urusan seorang suami, dan aku sebagai istri hanya cukup untuk berbakti kepada suami dan membesarkan anak-anak kami kelak dengan baik sampai mereka menjadi anak yang baik, patuh kepada orangtua, shaleh, dan shalehah.
*****
Pagi ini aku sedikit telat bagun pagi, tetapi sepertinya aku tidak akan terlambat kali ini. Paling-paling tepat waktu untuk sampai ke kampus. Tidak telat dan tidak kepagian juga.
Pagi ini juga awan tampak cukup gelap. Namun hujan tidak sempat turun. Membuat pagi hari ini rasanya aku hanya ingin untuk tertidur kembali tanpa berkuliah. Karena magnet kasurku sangat kuat kali ini, tetapi aku tetap harus berangkat untuk kuliah, karena aku tidak mau mengecewakan Ibu dan Aayahku karena sikapku yang tidak baik.
"Pagii Kia..." Sapa Rina kepadaku dengan suara yang sangat kencang dan tangannya yang merangkul pundakku.
"Berisik banget lu pagi-pagi."
"Jahat banget si. Orang mah bilang, selamat pagi juga Rina.. Gitu..."
"Selamat pagi juga Rina..."
"Hehe, pagi... Oh iya, lu tau ga ada kakak tingkat yang super duper keceh ternyata di fakultas kita."
Aku yang tidak begitu mengetahui gosip-gosip terbaru masalah apapun di kampus, apa lagi tentang cowok, akhirnya aku hanya menanggapi cerita Rina dengan terdiam. Niatku di kampus memang hanya untuk belajar, bukan cari jodoh. Namun kalau ada, boleh juga si, hehe.
"Ohh..."
"Kok oh doang si?"
"Ya terus gua harus ngapain? Salto gitu? Udah ah, jangan gosip mulu. Yu langsung masuk ke kelas, sebentar lagi kelas di mulai tuh."
"Ah ga asik lu Ki. Yaudah deh ayo."
Kami berdua pun langsung melangkahkan kaki kami ke kelas dan tidak melanjutkan gosip yang tidak penting tadi. Lagi pula kelas kali ini akan di isi oleh dosen kami yang terkenal cukup killer atau dosen yang sangat di takuti karena ketegasannya. Ketika marah suaranya bisa sampai delapan oktaf. Aku tidak ingin memiliki masalah dengannya pagi ini. Lagi pula aku tidak bisa membayangkan ketika beliau berteriak-teriak di pagi hari ini, hanya menganggu suasana saja.
*****
"Iya iya ini pesanannya. Sesuai kan?"
"Iya Ki, sesuai kok. Makasih ya."
"Iya sama-sama."
"Yehh Kia, di kampus belajar, bukan jualan," ucap Rina kepadaku.
Keseharianku selain berkuliah adalah berdagang secara langsung maupun online. Aku menjual berbagai macam fashion wanita. Mulai dari pakaian, tas, jam tangan, dan aku juga menjual makeup serta masker. Aku beedagang itu semua karena aku melihat peluang bagus yang berada di sekelilingku adalah anak-anak muda yang sangat memperhatikan fashion dan mereka sangat memperhatikan penampilan mereka dengan bermakeup ataupun perawatan wajah lainnya, seperti masker dan skincare.
Di kampusku juga tidak ada larangan untuk berjualan. Sehingga aku dan temanku yang lainnya, yang ingin berjualan di persilahkan. Asalkan tahu waktu da tidak menganggu perkuliahan. Ketika di kelas sedang berlangsung pembelajaran, maka semuanya harus fokus belajar, tidak ada yang diam-diam justru berbisnis dengan teman yang berada di samping tempat duduknya.
Lagi pula aku berdagang lebih fokus ke cara online. Sehingga di kampus aku hanya codan saja dengan temenku yang sudah memesannya terlebih dahulu melalui online.
"Alhamdulillah, selesai juga codannya."
"Yaudah balik yuk, lama banget lu."
"Siapa suruh lu nungguin gua?"
"Lu mah gitu banget si. Pulang bareng ayo, gua takut kalo pulang sendiri nanti gua di culik lagi."
"Orang yang mau nyulik lu juga mikir seribu kali dulu Rin, haha."
"Sialan."
"WOII! BISA BAWA MOBIL GA SI LU?" teriakku kepada sebuah mobil honda jazz berwarna silver yang telah membuat barang daganganku basah karena ulahnya.
Aku langsung menyamparinya dan mengetuk jendela mobilnya.
"WOI, KELUAR LU! BISA NYETIR GA SI?"
Orang yang berada di dalam mobil itupun segera keluar.
"Ki, ini kakak tingkat yang gua maksud," ucap Rina kepadaku dengan nada berbisik-bisik.
"OH INI KAKAK TINGKAT YANG LAGI JADI THE MOST WANTED DI KAMPUS INI. YANG KATANYA GANTENG PARAH, TAPI TERNYATA KELAKUANNYA UGAL-UGALAN. NYETIR AJA MASIH GA BECUS."
"Gimana gimana? Maksud lu gimana? Bisa di ulang lagi?" Ucapnya.
"BUDEK LU YA? LIAT NIH, GARA-GARA LU BARANG DAGANGAN GUA JADI BASAH SEMUA."
"Baju lu berapa si harganya? Palingan juga cewek kaya lu tuh cuma mau minta ganti rugi doang kan? 10 baju bisa gua beliin."
"EH LU JANGAN SOK YA JADI ORANG. MENTANG-MENTANG LU BERMOBIL DAN GUA JALAN KAKI LU BISA HINA GUA GITU SEENAK LU? LU SAMA MOBIL LU ITU GA ADA HARGANYA KALO KELAKUAN LU KAYA GINI, MURAHAN."
"Udah Ki udah, mending kita cabut aja dari sini."
"Gih, cabut gih. Bawa tuh teman lu yang suaranya kaya petasan."
"Awas lu ya. Urusan gua sama lu belum selesai."
"Oke, gua tunggu."
Aku di tarik paksa oleh Rina untuk segera pergi dan menjauh dari orang tersebut. Sebenarnya aku masih sangat kesal dengan orang itu. Dia tidak bisa menghargai orang lain yang berada di bawah dia. Hanya karena dia itu tampan dan bermobil sebenarnya dia tidak bisa bersikap seenaknya seperti itu juga. Dia harus banyak belajar. Mulai dari belajar menghargai orang hingga belajar bertanggung jawab.
"Kok ada ya orang kaya gitu."
"Udahlah Ki. Namanya juga orang kaya. Ya gitu deh."
"Ga bisa gitu dong. Percuma dia kaya, ganteng, kalo sikapnya murahan kaya gitu. Lagian kok bisa ya cewek-cewek di kampus ini bangga-banggain dia? Belum tau aja mereka sikap tuh cowok belagunya kaya apa."
"Yaudahlah Ki, lu jangan benci banget juga sama dia. Nanti lu malah suka lagi sama dia, haha."
"Gua? Suka sama dia? Amit-amit. Gua yang bakalan bikin dia suka sama gua. Biar dia tau rasa udah songong sama gua."
Aku dan Rina pun melanjutkan perjalanan pulang kami berdua. Walaupun aku rasanya masih sangat kesal karena tingkah lelaki songong itu.
*****
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsallam. Loh, Kia, kamu kehujanan?"
"Bukan Bu, ini ulah cowok songong di kampusku."
"Cowok songong? Kenapa emang?"
"Masa mentang-mentang dia ganteng terus bermobil bisa seenaknya aja sama orang yang lagi jalan kaki. Aku kena cipratan air dari mobilnya Bu. Barang dagangan aku juga basah semua.Terus dia juga ga ganti rugi. Bisa rugi ini aku, Bu."
"Oh gitu ceriranya. Yaudah sabar nak. Ganti baju gih, mandi, nanti kamu masuk angin pakai baju basah gitu. Anggap aja kali ini bukan rejeki kamu. Kalau sudah selesai, makan gih, Ibu udah masak."
"Iya Bu..."
Aku segera mandi dan mengganti pakaianku yang sudah basah tadi karena ulang cowok songong itu. Setelah selesai bersih-bersih, aku tidak segera pergi ke ruang makan untuk makan siang. Namun aku memilih untuk membaringkan tubuhku di atas kasur. Aku ingin menenangkan hati dan pikiranku yang sangat panas sedari tadi di kampus.
Aku memainkan ponselku. Aku malah asik ngestalk instagram milik mantan gebetanku dulu.
"Randi makin romantis aja ya sama Eka," ucapku di dalam hati.
-TBC-