Chereads / Alfi / Chapter 2 - Part 2

Chapter 2 - Part 2

0 2

Dug

Mampus, batin zhenna. ternyata kaki Zhena tidak sengaja terbentur pintu, dengan cepat dia menempel ke tembok samping kamar kakaknya,

Alfi menoleh ke sumber suara, kemudian mengacuhkan nya dan melanjutkan aktivitas nya, dan kemudian mengeluarkan asap yang mengepul,

ya Alfi sedang merokok, ia bohong dengan mamanya sendiri karena malas. Ia sudah tahu, pasti mamanya akan memarahinya karena masalah ia cepat pulang sejak tadi, padahal jaraknya cuman 30 menit.

" Gak usah pake ngumpet ngumpet segala, sini lo" Ucap Alfi santai, sebenarnya ia sudah tahu bahwa diluar sana ada zhenna yang sedang mengintip nya, namun ia mengacuhkan nya saja,

" E-enggak kok, A-aku ngak sengaja lewat tadi," kilah zhenna,

Alfi tersenyum sinis," gak usah cari alasan," ujarnya, kemudian menatapnya dengan intens,

" Kalo lo bilang lagi, sama nyokap bokap. Lo habis sama gue," ucap Alfi disertai dengan tatapan tajam nya,

" I-iya " jawab zhenna takut,

"IYAA, APA?, IYA BERARTI LO MAU KASIH TAU MEREKA?" bentak alfi kasar dengan emosi yang memuncak,

Flash back off

Zhenna berjalan menuju kamar kakaknya dengan berani, dengan wajah yang berseri seri ia berjalan dengan angkuh karena ingin memperlihatkan baju barunya saat ia berusia 8 tahun,

Setibanya di depan pintu dan pintu ternyata tidak dikunci,kemudian ia langsung masuk, " Bang lihat!" Ujarnya dengan senang,

Saat itu sifat Alfi tidak pernah kasar dengan adiknya, dan ia memang tidak terlalu peduli dengan adiknya sejak kecil, ia tidak suka dengan adiknya yang terlalu manja dan banyak tanya, jika ia malas meladeninya, biasanya ia hanya menanggapi dengan 'hemm', menggeleng kepala, mengangguk.

" Hemm," jawab Alfi pendek seraya menghisap puting rokoknya,

" Cantik gak?" Tanya zhenna, Kemudian alfi mengangguk.

" ihh, abang ngapain sih?" Tanya Zhenna kesal dengan respons kakaknya,

" Udah, sana keluar!" usir Alfi marah, tidak tahu karena hal apa, atau ia sedang ada masalah dan rokok sebagai pelampiasan nya, saat itu Alfi berusia 12 tahun, mungkin karena pergaulannya yang bebas membuat nya ikut merokok, biasanya ia tidak pernah merokok.

karena kesal, akhirnya zhenna keluar dari kamar kakaknya dan mengadu dengan ibunya,

ibunya marah, dan kemudian setelah papanya pulang mamanya langsung bilang dengan papanya,

Apalagi saat itu papanya lelah karena pulang kerja, dan langsung mendapati info tidak baik tentang perihal anaknya, yang membuat papanya marah besar dan memukulnya,

hingga saat itu Alfi tidur dirumah pamannya karena diusir oleh papanya,

flash back on

Zhenna menelan salivanya mengingat saat permusuhan antara ia dengan kakaknya setelah kejadian itu dulu, kakaknya begitu marah hingga mengasingkan dirinya hingga sekarang, tetapi ia hanya ingin mengajak kakaknya bermain dan inginkan hubungan kakak beradik layaknya orang biasanya,

" ENggak, aku nggak bakal bilang siapa- siapa, siapapun." jawab Zhenna cepat,

"aku janji," lanjutnya

Alfi kembali tersenyum sinis," Bagus, sana keluar! " ujar Alfi,

Tidak bisa dibohongi, ada sedikit rasa senang dihati zhenna saat kakaknya tersenyum, meski senyuman sinis yang muncul dari bibir kakaknya, ia cukup merasa terlindungi.

Ia merasa terlindungi seperti saat dulu, ia ingat sekali senyuman itu, senyuman yang pernah muncul saat kelakuan aneh yang ia lakukan seperti saat itu,

ia rindu dengan kakaknya yang dulu, meski kadang kadang membuat nya kesal dengan respon pendeknya, dan tawa kecilnya saat ia terbentur sesuatu. Ohh Tuhan ia rindu masa masa saat itu,

Seandainya waktu dapat diputar kembali, maka ia akan memutar nya hingga tangannya sakit sekalipun,

" Tunggu apalagi, sana keluar!" Usir nya kembali,

Dengan ragu zhenna keluar dari kamar kakaknya dan lari menuju kamarnya, memeluk bantal guling dan menangis sepuasnya,

Malam Pukul 21: 24 ,

Alfi mengangkat telefon yang sejak tadi berdering disaku celananya, " Hm" jawabnya,

tampak orang diseberang sana sedang berdecak kesal,

" yaelah Al.. al..., niat ngangkat telepon gue nggak sih. responnya gitu amat," gerutunya

" Nggak," jawab alfi cepat,

" Temen macem apa lu haa? jahat amat," gerutunya lagi,

" gue, bukan temen lo. Udah To the poin!" pinta Alfi, ia sangat malas jika meladeni orang, sifat cold juga termasuk salah satu sifat yang dimiliki alfi,

" Ck.ck jahat lo, oke gue cuma mau bilang tuh si boss nyariin lo, mending lo kesini deh, dari pada nanti bos marah- marah," ujarnya,

" dimana?" tanya alfi,

" YA DIMANA LAGI KALO BUKAN DI MARKAS, Bego juga ya lo. AGHHH KESEL DEH GUE SAMA LO -" kesalnya

Tut.. tut*...

Alfi segera memutuskan sambungan secara sepihak, malas sekali mendengar celoteh si rival pikirnya, iya tadi itu rival celoteh celoteh ngga jelas, bikin ngantuk saja, pikirnya.

Dengan segera alfi bergegas menuju markas sekolah, dan melaju motornya dengan kecepatan diatas rata-rata,

Markas SMA Victoriyan Indonesian High School

Alfi berhenti tepat di parkir yang disediakan markas sekolahnya, jangan salah dulu, tempat markas mereka adalah tempat yang tersembunyi. So, tidak ada yang tahu kecuali anggota mereka sendiri, Semua fasilitas tersedia disana, termasuk alat masak sekalipun, semua yang melakukanya adalah orang bayaran mereka,

Dan, kalian tahu? ternyata boss mereka Charliyan Darez, adalah anak pemilik sekolah ini, semua keperluan dan, fasilitas markasnya ia mengurus biaya nya, dan ia juga yang membuat geng yang tidak jelas ini,

Alfi mulai memasuki wilayah markas, terdengar riuh sekali dari luar, ia melihat didalamnya, ramai sekali pikirnya. Kemudian ia langsung duduk disofa,

" Weii Udah sampai ternyata, main hayuk!" ajak salah satu temannya yang asyik main kartu, ' Gibran Kusuma' namanya,

" Gue ada urusan sama Liyan," ujarnya santai, gibran hanya diam kemudian merespon dengan membulatkan mulutnya berbentuk 'O',

Di sini tidak ada yang berani memanggil nama boss nya kecuali Alfi,

Alfi lah orang pertama yang memanggilnya dengan namanya mulai dari pertemuan awal mereka, sebelumnya boss nya juga marah,

Tetapi karena kondisi ia juga butuh berfikir dua kali, karena saat itu ia benar-benar menginginkan anggota baru sebagai pengganti anggota yang dikeluarkan saat kejadian itu, dan Alfi dengan beraninya mengancamnya, ia tahu Alfi terpaksa bergabung dalam geng mereka, yasudah lah pikirnya, lagipula ngga ada masalah nya juga kok, itu hanya sebagai bentuk kehormatan sebagai ketua saja,

" Saya disini" sahut bossnya yang sedang tiduran di sofa ujung, alfi menoleh ke sumber suara, " ada Apa?" tanyanya,

" Saya mau berbicara sesuatu sama kamu," ujar boss nya,

" hmm, begini...," ujarnya kemudian, menghela nafas,

Liyan membasahkan bibirnya sebelum memulai percakapan mereka, sepertinya masalah ini cukup rumit juga, pikirnya.

" Kamu tahu geng sekolah SMA CENDRAWASIH sebelah yang pernah  tawuran dengan kita dulu?" Tanya Liyan,

Alfi mengangguk,

" Nah, sepulang sekolah kemarin saya dihadang oleh segerombolan geng mereka, sepertinya sekarang mereka semakin liar," ujarnya,

Alfi sebenarnya tidak peduli akan hal itu, ia terlalu masa bodoh, apa hubungan nya dengan dia coba,

" kita harus susun rencana sebelum mereka menyerang kita terlebih dahulu," ujarnya

Apa apaan ini, Cih kayak perang perang segala, emang gue peduli, batinnya.